Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Lukah Gilo
15 Maret 2017 16:09 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Lukah Gilo. (Foto: utamaberkarya.blogspot.com)
Lukah Gilo adalah adat mistis yang udah biasa dimainkan di Riau. Tapi, mau sebiasa apa pun di Riau, sekalinya dibawa ke Jakarta bareng sama arwahnya ya tetep serem, bosku…
ADVERTISEMENT
Kalian tau Lukah Gilo? Lukah Gilo adalah adat istiadat Riau yang biasa dimainkan setiap ada upacara tertentu, misalnya ada yang sunatan, atau nikahan, atau syukuran. Seperti adat istiadat lain, Lukah Gilo ini kental dengan mistisitas. Aturan mainnya, seorang dukun mendoakan sebuah lukah atau penjerat ikan yang dipegang oleh dua orang. Kemudian, lukah itu akan menggila, dipermainkan oleh makhluk lain yang dipanggil oleh si dukun untuk ikut main.
Di Riau, itu hal yang sangat biasa. Biasa banget. Biasa abis. Biasa parah. Sebiasa kita pake sound system seabrek-abrek buat bikin acara musik gitu misalnya. Tapi buat manusia-manusia urban macem kita (yea ngajak-ngajak memaksakan consensus hehe), tradisi yang kayak gitu fiks serem banget.

Ini bentuk lukah, penangkap ikan. (Foto: hasanzainuddin.wordpress.com)
ADVERTISEMENT
Pekan lalu Lukah Gilo ini ditarikan di salah satu ruang seni terkemuka di jantung kota Jakarta. Gue nonton pentas tarinya berdua sama temen gue, sebut saja Putra. Udah pasti beda ya sama yang biasa di Riau – yang di Jakarta ini uda diatur dengan sangat kontemporer. Yang diperankan penarinya justru arwah-arwah yang mempermainkan lukah itu. Walau ditutup dengan kocak, awalnya serem banget. Pencahayaan dibikin gelap-gelap gimana gitu. Sekali waktu penarinya melengking pilu, terus gerakannya patah-patah kayak Juon.
Sampai situ barangkali cuma pengalaman artistik aja ya. Masalahnya, ada satu fase penari-penarinya naik ke bangku penonton. Gue merinding-merinding disko namun tetap excited banget gitu. Sementara Putra yang duduk di sebelah gue dieeeeem bener anteeeeng tenan. Gue pikir doi lagi menghayati gitu, tapi lama-lama gue sadar doi tegang abis.
ADVERTISEMENT
Pas penari-penarinya balik lagi ke panggung, Putra genggem lengan gue kenceng. Tangannya dingin. Gue kaget-kaget lucu mau ketawa tapi bingung gitu, ni orang takut beneran apa gimana dah, kocak bener tapi kok mengkhawatirkan yha, “Napa lo weh..”
“Penarinya dari tadi ada berapa sih?”
“Kalau sama dukunnya ya enam.”

Penarinya lebih satu… Gilo betul… (Foto: imgur.com)
Tiba-tiba Putra bangkit, keluar. Gue ikutin, Usut punya usut, Putra ngeliat penarinya lebih satu. Ketinggalan di belakang atas, tempat penonton. Berdiri pake jubah item. Tapi pas pertunjukan kelar, penari yang satu itu gak keliatan batang hidungnya…