Konten dari Pengguna

Misteri 096: Keberadaan Makhluk Misterius (Part 13)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
2 Maret 2021 18:10 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ruangan horor, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ruangan horor, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Tidak terasa, bahkan hampir satu jam perjalanan, aku melihat Bapak sudah membelokan ke salah satu rumah sama besarnya dengan rumah Neneku, yang berada di samping jalan utama, bahkan tidak terlalu jauh dari pintu keluar Tol.
ADVERTISEMENT
Langsung saja, seorang wanita seumuran dengan Ibuku membukakan pintu gerbang, ketika aku melihat ke jam yang terpasang di layar monitor mobil “tidak terasa sudah hampir tengah malam,” ucapku.
Ketika lampu mobil menyorot ke arah depan rumah, terlihat lelaki tua dengan rambut yang dari kejauhan sudah memutih berdiri dan tersenyum ketika Bapak keluar dari mobil dan langsung memangku kak Salsa, tapi anehnya, aku melihat kak Salsa dengan wajahnya mengerut, dan benar saja langsung teriak sangat kencang!.
Bapak langsung saja berjalan dengan cepat, dan aku semakin khawatir dengan kondisi kak Salsa. Segera turun dengan Ibu yang dipegang oleh wanita yang membukakan gerbang, karena telihat langkah ibu sangat perlahan, dan aku yakin wanita itu kalau bukan anak kakek Bambang mungkin pekerja rumah tangga di sini.
ADVERTISEMENT
Aku berjalan bareng dengan Ibu, ketika masuk kak Salsa sudah terduduk di kursi ruangan tengah di rumah ini, dan tidak terlihat keberadaan kakek Bambang.
Aku dan Ibu juga Bapak sudah duduk menunggu kakek Bambang datang, dan tidak lama dibarengi wanita yang sebelumnya membantu Ibu berjalan datang, dengan membawakan air minum.
“Lama sekali teteh tidak berkunjung ke sini, dulu sama seperti Bapaknya teteh Suherman, memang harus selalu saya yang datang ke rumah itu, berapa lama yah? 1997 kalau tidak salah saya terakhir kesana ikut mengantarkan Nenek ke tempat peristirahatan terakhir,” ucap kakek Bambang, sambil duduk dan membakar rokoknya.
“Iya kek, teteh tidak tau lagi harus datang dan minta tolong ke siapa, tidak tau kenapa, beberapa hari ke belakang teteh mimpi ngasih minum kopi ke Bapak (kakeknya Bastian) ini dan kek Kakek yang sedang duduk di halaman belakang,” jawab Ibu.
ADVERTISEMENT
“Sudah besar-besar yah Bastian sama Salsa ini, padahal hari di mana kalian lahir, kakek tidak pernah absen datang loh hehe,” ucap kakek Bambang.
Aku hanya terseyum saja mendengarkan begitu hangat ucapan dari kakek Bambang, beda dengan kak Salsa yang tiba-tiba selalu berekspresi seperti menunjukan ketidaknyamanan berada di rumah ini.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/qwertyping]
“heeeemmm... hemmmm,” tidak jarang erangan keluar dari mulut kak Salsa tanpa ekspresi dan tatapanya yang masih saja kosong.
“Sudah biarkan saja, aman kok baik-baik saja semuanya,” sahut kakek, sambil berpindah duduk di sebelah kak Salsa.
Kakek Bambang langsung segera mengelus-elus kepala kak Salsa berkali-kali sambil tersenyum, dan aku hanya menyaksikan saja, begitu juga dengan Ibu juga Bapak
ADVERTISEMENT
“Andai kedekatan dulu dengan keluarga Dirman tidak sampai segitunya, mungkin kejadian itu tidak perlu tersangka untuk dijadikan kambing hitam. Nek Suherman terlalu baik, bunuh diri itu bakalan tetap terjadi andai kata Nek Suherman mencengahnyapun, itu sudah takdir, sudah bukan lagi cara manusia yang berkerja itu cara tuhan yang berkerja sebagaimana mestinya, tapi sayang kejadian itu, harus Nek Suherman yang menjadi kambing hitam,” ucap kakek Bambang dengan perlahan, dan tidak hentinya mengusap-usap rambut kak Salsa, yang masih saja mengeluarkan suara erangan.
Ilustrasi iblis, dok: pixabay
Aku memperhatikan dengan jelas dan baik-baik apa yang dikatakan kakek Bambang, walau pertemuan ini yang pertama bagiku, tapi melihat Ibu dan Ayah sebegitu dekatnya.
“Kek, aku yang mendengar sebenarnya kenapa,” ucap Ibu, sambil meneteskan air mata.
ADVERTISEMENT
“Jawaban teteh akan sama dengan saya, itulah kenapa saya selalu menganggap teteh dan bapak sampai sekarang seperti anak saya, walau saya tidak semuda dulu segalanya,” jawab Kakek Bambang.
Aku melihat jam di ruangan tengah ini sudah hampir jam 01:00 dini hari, dan semenjak sore kak Salsa masih saja seperti ini, bahkan aku benar-benar khawatir dengan keadaanya, apalagi ingat omongan Silvi bahwa itu sepenuhnya bukan kak Salsa, melainkan mahluk lain.
“Teteh taukan, kehamilan teteh mengandung Salsa adalah kebahagian keluarga besar teteh apalagi kakak-kakak teteh belum mempunyai anak dari istrinya masing-masing. Kebahagiaan untuk keluarga teteh tidak sama dengan yang dirasakan Keluarga Dirman teh, mereka hanya memiliki satu anak perempuan, mempunyai keturunan adalah impian dari sebuah keluarga teh, tapi sayangnya persekutuan itulah yang menyebakan sampai seperti sekarang,” ucap kakek Bambang, perlahan dan sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Bapak tidak berkata apapun sama denganku, hanya diam dan mendengarkan dengan baik.
“Kenapa haru dan selalu kepada keluarga teteh kek, ini bukan salah keluarga teteh sepenuhnya kek,” ucap Ibu sambil meneteskan air mata.
Obrolan malam ini, mungkin sebelumnya tidak pernah aku pikirkan sama sekali, apalagi ini adalah hal pertama aku harus dan keadaan sendiri yang membuatnya harus seperti ini, mengetahuinya.
Kakek Bambang hanya diam tidak menjawab dan terlihat memejamkan mata, lalu mengusap rambut kak berkali-berkali dengan sedikit menggunakan tenaga.
“Aku ingin anak ini, hihihi anak ini sudah aku tunggu kembali hihih lucu sekali maniss,” ucap kak Salsa untuk pertama kalinya setelah sekian jam tidak berbicara sama sekali.
Tapi suaranya jelas bukan suara kak Salsa yang sebelumnya aku tau betul kak Salsa seperti apa, tanganya seperti menggendong bayi menganyunkan berkali-kali. “Iya ini mahluk yang sebelumnya Silvi katakan” ucapku dalam hati.
ADVERTISEMENT
“Ini bukan anakmu, jatah hidupmu sudah selesai. Kamu hidup dengan dendam kamu berkahir dengan keputusaan jangan jadikan anak ini adalah alasan kamu datang kembali,” ucap kakek Bambang.
Ibu hanya melihat kak Salsa dengan air mata yang sedari tadi tidak berhenti turun membasahi pipinya, sementara ayah sama denganku hanya memperhatikan.
“So tau! So tau kamu hah!!!! Bajingannnn... anak ini miliku sekarang akan ikut denganku, aku sudah punya perjanjian dan dia sudah memberikanya kepadaku!!!!,” jawab mahluk itu dengan membentak, yang masuk ke dalam tubuh kak Salsa.
Kakek Bambang tidak berkata apapun lagi, langsung mengusap punggung kak Salsa dengan keras dan langsung mengusap wajah kak Salsa. Dengan sendirinya kak Salsa tertidur begitu saja dipangkuan kakek Bambang, terlihat diwajahnya keringat mulai bercucuran dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
“Saya sengaja dari datang tidak langsung mengeluarkan mahluk itu, mahluk itu masih ada di sini menunggu Salsa lemah dan sadar, sebelum semua badanya tertutup bakalan seperti ini lagi, selamanya, ingat saja maaf teh, kepergian Nek Suherman sebelumnya ingat sama percis seperti ini,” ucap kakek Bambang
“Ingat betul kek, kerasukan selama dua hari dan seminggu setelah kejadian itu Ibu pergi,” jawab Ibu sambil meneteskan air mata.
“Bastian, siapa yang masuk ke dalam rumah itu?, kamu?, kak Salsa?, atau siapa?,” tanya kakek Bambang.
Aku yang sedang memperhatikan tiba-tiba kaget dengan pertanyaan kakek Bambang yang secara tiba-tiba.
“Tidak kek, aku dan kak Salsa sepakat mengikuti peraturan yang mang Yaya berikan, dan tidak pernah sama sekali masuk dan membuka gerbang itu,” jawbaku dengan perlahan.
Ilustrasi rumah tua, dok: pixabay
“Walau aku dan kak Salsa juga temanku Anton mengalami hal-hal aneh dari rumah sebelah entah itu gangguan atau apa aku tidak benar-benar tau,” jawabku lagi meneruskan.
ADVERTISEMENT
Obrolan di ruang tengah, dengan sedikit tenang apalagi melihat kak Salsa sudah tertidur di pangkuan kakek Bambang sedikit lega, walau perkataan “mahluk itu masih ada di sini” tentu membuat aku cemas.
“Dengar teh, saya rasa rasa kita sepakat dan paham kalau yang sudah melakukan perjanjian dengan memberikan Salsa kepada mahluk itu tau siapa orangnya dan Bastian saya rasa benar-benar jujur, sesuai apa yang siang tadi kita obrolkan,” jawab kakek Bambang.
Ibu dan Bapak hanya mengangguk berkali-kali, sementara aku belum mengetahui apa yang sebelumnya ibu obrolkan.
“Tidak apa-apa Bas, sudah waktunya kamu tau juga,” ucap Ibu
Baru saja Ibu akan menjelaskan panjang, kakek Bambang memotong dengan mengusap kembali wajah kak Salsa, dan terlihat kak Salsa membuka matanya perlahan, sangat pelan. Segera kakek Bambang memberikan minum. Dan kak Salsa sangat sayu seperti sangat kelelahan, sambil meninum air yang disodorkan oleh kakek Bambang.
ADVERTISEMENT
“Ibu...” ucap kak Salsa.
Segera ibu memeluk kak Salsa dengan sangat lembut sambil menangis aku ikut senang sekali dengan apa yang aku lihat. Karena sebelumnya khawatiran dan pikiran tidak baik silih berganti bergelut dalam perasaanku sendiri.
“Lanjutkan teh, apa yang mau teteh ucapkan barusan, biar Bastian juga Salsa dengar dan tau, tidak apa-apa ada saya saksinya, begitukan Pak?,” tanya kakek Bambang.
“Iya benar Bu, ada baiknya lagian sudah kejadian apapun yang pernah kita khawatirkan sebelumnya,” jawab Bapak dengan perlahan.
Kak Salsa terus menerus menimum air dalam gelas yang barusan diberikan oleh kakek Bambang, sementara aku menunggu dan tidak tau kenapa cukup bagiku informasi-informasi sebelumnya yang sudah aku dapatkan “mungkin tidak akan terlalu kaget” ucapku dalam hati.
ADVERTISEMENT
“Jadi begini Bas, Salsa juga dengarkan baik-baik, Ibu minta maaf memang salah Ibu yang terlalu memaksakan kalian berdua tinggal di rumah bekas Nenek itu. Awalnya Ibu terpengaruh dengan omongan mang Yaya karena ketika mendengar penjelasan mang Yaya; tidak pernah ada gangguan apapun setelah 14 tahun lamanya, Ibu dan kedua kakak Ibu pergi dari rumah itu, kenyataanya sekarang terbukti Ibu salah besar, dan hampir kehilangan Salsa dengan cara yang sama walau waktu yang berbeda. Bastian Ibu tau kamu tidak terima dan semenjak obrolan di rumah yang kamu dengar, pasti kamu juga sudah mikir ada sesuatu yang aneh, dan ini Bas yang selama ini Ibu khawatirkan terjadi,” ucap Ibu sangat perlahan.
Bersambung...
ADVERTISEMENT