Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Misteri Pernikahan Gaib Buaya Putih (VIII)
19 Maret 2020 23:42 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asmah pun ikut duduk di sebelah Saini sambil berbincang tentang asal Sattar yang mana Sattar ini berasal dari pulau Kalimantan. Sattar merupakan salah satu pendiri padepokan silat di kota j**** setelah menempa ilmu dari tanah kelahirannya.
ADVERTISEMENT
Beliau memiliki batu semacam penghubung dengan dunia gaib yang dia dapat sewaktu bertapa untuk menyempurnakan ilmunya.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter.com/angah_put]
Setelah lama berbincang kemudian Saini pun kembali menanyakan perihal pesan yang ingin di sampaikan Sattar tersebut.
"Ohh iya pak kata bapak tadi mau menyampaikan pesan. Pesan dari siapa ya?," tanya Saini.
Sattar pun menyesap kopi lalu terdiam sejenak,
"Saya mendapatkan pesan dari seseorang dari alam gaib melalui batu ini. Namun saya tidak tau namanya namun saya begitu mengingat wajahnya," ucap Sattar sambil menunjukkan cincin yang digunakannya.
Karna batu yang dia dapat sewaktu bertapa tersebut telah di buat menjadi cincin oleh Sattar.
"Bisa ambilkan saya kertas dan pensil?," ucap Sattar kepada Asmah.
ADVERTISEMENT
Asmah pun mengangguk dan langsung masuk kedalam, lalu Asmah keluar membawa barang yang di minta oleh Sattar itu.
Sattar pun mengambil dan memberikannya kepada udin. Kemudian dia berdiri lalu seperti membaca mantra dan menepukkannya ke Udin.
Spontan Udin pun langsung kesurupan dan mulai mencoret coret kertas tadi, tampak seperti acak namun sangat jelas. Setelah gambar sudah mulai selesai, sattar memegang kepala Udin dan langsung mengeluarkan sosok yang merasuki Udin tersebut. Kertas yang penuh coretan tadi seperti menggambarkan seseorang dan tampak jelas.
"Ini, Apakah bapak mengenalinya?,"Ucap sattar sambil menunjukkannya kepada Saini.
Saini pun terkejut melihatnya. Karna gambar itu mirip sekali dengan kakeknya Sinampar.
"Ini Kakek saya pak, memang malam tadi beliau datang ke mimpi saya dan memberikan sesuatu," ucap Saini kepada Sattar.
"Mungkin mimpi bapak ada kaitannya dengan pesan yang di sampaikan dengan saya ini. Beliau mengatakan jika saya harus mencari seseorang yang tinggal berseberangan dengan sungai ini," ucap Sattar sambil menunjuk sungai yang berada di seberang pekarangan rumahnya itu.
ADVERTISEMENT
"Lalu beliau mengatakan jika dia ingin mengembalikan apa yang dulu pernah dipinjamnya. Dan saya melihat beliau menggendong seekor buaya putih dengan moncongnya yang panjang," ucap Sattar kepada Saini.
Kemudian Saini teringat dengan mimpinya dimana sang kakek memberikannya seekor buaya.
"Beliau pernah datang ke mimpi saya pak, Sebelumnya beliau ingin membawa saya dan saya menolaknya. Lalu tak lama beliau mengatakan jika saya tidak mau ikut maka dia akan meminjam anak perempuan saya. Karna sadar saya tidak memiliki anak perempuan saya hanya mengiyakan perkataannya," ucap Saini sambil menceritakan tentang mimpinya 10 tahun silam. Hingga Saini menceritakan tentang kandungan Asmah yang aneh karena mengandung selama 11 bulan
Serta malam pendarahan Asmah sebelum melahirkan anaknya Roni. Kemudian Sattar kembali menghidupkan rokoknya dan mulai menyesap kopinya lalu mengatakan
ADVERTISEMENT
"Sepertinya buaya putih itu adalah anak bapak yang telah di pinjamnya," ucap Sattar.
"Bagaimana bisa pak?, Kenapa berwujud buaya," tanya Saini yang sedikit terkejut.
Asmah yang mendengarkan apa yang dikatakan Sattar tadi hanya bisa terdiam namun setelah itu dia pun mulai berbicara.
"jika memang itu anak kami, saya harap dia bisa datang ke pekarangan rumah ini. Saya akan tetap menerimanya," ujar Asmah kepada Sattar.
Saini yang mendengar itu pun tidak bisa membantah karna jika Asmah menerima dia pun harus juga menerima walau pun dia tau bakal jadi omongan para tetangga. Karna tidak mungkin rasanya seorang manusia bisa memilik anak seekor buaya.
"Baiklah bu, nanti malam saya akan menyampaikan pesan ini semoga saja dia bisa datang," ucap Sattar dan langsung memuntungkan rokoknya ke asbak.
ADVERTISEMENT
Setelah itu Sattar pun pamit untuk pulang karna mengingat hari yang sudah mulai petang.
Sebelum pergi, Sattar menyampaikan pesan kepada Saini, "Besok bapak saya sarankan tidak usah melaut dulu. Bisa saja buaya itu datang yang disebut sebagai wujud anak bapak itu," saran Sattar kepada Saini.
"Baiklah pak, terima kasih sudah menyampaikan pesan ini," ucap Saini kemudian Sattar pun pamit dan mengucapkan salam.
Tak lama setelah Sattar pergi Saini pun melamun dan di sadarkan oleh asmah.
"Kenapa pak?, Jangan di pikirkan kita terima saja jika itu anak kita," ucap Asmah sambil menepuk pundak Saini.
"Bapak hanya terpikir tentang bagaimana tanggapan tetangga jika kita menjadikan buaya itu sebagai anak kita," ucap Saini yang tampak sedikit murung.
ADVERTISEMENT
"Semoga ada hikmahnya pak, Kita terima saja takdir ini" ucap Asmah sambil meyakinkan Saini sambil tersenyum. Lalu Saini memandang Asmah dan membalas senyumnya.
Petang pun berganti malam, tidak ada yang aneh di malam yang Saini lewati begitu pula dengan Asmah. Hingga pagi hari mereka menjalankan rutinitas seperti biasa, namun kali ini Saini tidak pergi melaut. Dia membantu pekerjaan Asmah untuk meringankan beban Asmah sedikit, Sesekali Saini mengitari sungai melihat-lihat apakah buaya yang di katakan Sattar kemarin akan datang.
Hingga siang hari, dia tidak juga menemukan apa-apa. Dia pun memutuskan pulang ke rumah untuk makan siang. Sesampainya di rumah, Saini langsung menuju dapur.
Di lantai beralaskan tikar anyaman, sudah terletak lauk dan nasi yang siap untuk segera di santap.
"Gimana pak? Ada nemu?," tanya Asmah kepada sang suami.
ADVERTISEMENT
"Gak ada bu, Bapak udah telusuri sungai namun tidak menemukan buaya. Sungai itu kan memang tidak di huni buaya selama bapak mencari ikan juga gak pernah ketemu," ucap Saini yang mulai tidak percaya kepada pesan Sattar semalam.
"Yaudah kalo gitu pak, makan dulu"
Asmah pun mengambil piring dan memberikannya kepada Saini juga anak-anaknya.
Bersambung...