Mitos Setan Welthok, Sosok Kerdil Berkepala Api dari Surabaya

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2020 14:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kepala api, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kepala api, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Bumi diciptakan dengan banyak mahluk yang beragam seperti manusia, hewan dan juga tumbuhan. Selain itu, bumi juga dikelilingi oleh banyak mahluk tak kasat mata bahkan konon katanya jika "mereka" terlihat, maka sekeliling kita akan penuh dan pengap.
ADVERTISEMENT
Mahluk gaib memang diyakini sering menempati lokasi-lokasi yang dianggap angker dan horor seperti hutan, pegunungan, bangunan tua dan juga sungai. Seperti kisah hantu Welthok ini contohnya yang gemar sekali berkeliling di tepian sungai.
Hantu atau sering juga disebut Setan Welthok memang sosok mahluk halus yang gemar berjalan-jalan di sekitar sungai terutama di daerah sungai yang ada di Surabaya karena memang ia berasal dari sana.
Ilustrasi pinggiran sungai, dok: pixabay
Setan Welthok ini biasanya menyusuri sepanjang tepian sungai untuk mencari udang-udang yang nantinya akan ia bakar di kepalanya. Karena menurut mitosnya, sosok setan Welthok ini adalah anak kecil yang hanya memiliki tengkorak kepala setengah seperti mangkuk.
Dalam mangkuk tersebut diyakini masyarakat terdapat api menyala yang tujuannya untuk membakar apa saja yang ia tangkap seperti udang salah satunya. Oleh karena mitos ini, banyak orang tua yang menakut-nakuti anak mereka agar tidak bermain di bantaran sungai saat menjelang malam hari.
ADVERTISEMENT
Meski sebenarnya hantu ini tidak berbahaya, namun tetap saja sosoknya mampu mengikuti siapa saja yang bertemu dengannya. Welthok juga bukan tergolong hantu banyu (air) karena meski sering beraktifitas di dekat sungai, setan ini tidak bersarang atau tinggal di sungai itu.
Ilustrasi udang bakar, dok: pixabay
Setan ini diyakini akan keluar dari sarangnya di sekitaran hutan yang dekat dengan tepi sungai ketika perpindahan waktu dari siang ke malam. Welthok juga tidak akan berlama-lama di sekitaran sungai, karena katanya ia hanya akan menampung tangkapan udangnya sesuai ukuran mangkuk tengkoraknya saja, setelah penuh biasanya ia akan hilang entah ke mana.