Konten dari Pengguna

Perjalanan Maut (Part 2)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
22 September 2020 19:20 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perjalanan, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perjalanan, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
“Gedung bekas PT penyalur TKI, tapi semenjak kejadian tujuh tahun lalu itu, semua orang yang ada di gedung itu pergi dan gedungnya ditinggalin begitu saja,” cerita Layla.
ADVERTISEMENT
“Kejadian apa?" Yusuf semakin penasaran.
Belum sempat dijawab oleh Layla, Yusuf dikejutkan dengan sosok hitam legam dengan mata menyala melihatnya melalui jendela di dalam gedung itu.
Yusuf seakan terpaku dan tak dapat bergerak saat sosok itu menyeringai dan melihatnya dengan seksama. Yusuf diam, sampai Layla menepuk pundaknya.
Woy, kamu denger ga sih?, ayo cepetan ah, keburu sore nih,” Layla menarik tangan Yusuf agar segera mengikutinya.
Merekapun akhirnya tiba di rumah nenek Layla, rumahnya begitu sederhana dengan perpaduan dinding bilik dan tembok layaknya rumah zaman dulu.
Disitu neneknya duduk seolah sedang menunggu kedatangan cucunya itu. Berucap salam, mereka pun masuk sambil Layla membuka bungkusan besar yang ada di dalam tas nya, dua bungkusan. Yang satu berisi makanan pokok dan bungkusan kedua berisi bunga-bungaan dan parfum.
ADVERTISEMENT
Yusuf heran namun dia tak berani bertanya. Dia hanya diam.
“Aki ada nek?,” tanya Layla karena ia tak melihat Aki Toha, adik neneknya berada di dalam rumah.
“Ada, dia di kamar seperti biasa,” nek Ira, sambil tersenyum menjawab pertanyaan Layla namun matanya tertuju pada Yusuf.
“Temen Lalya?,” tanya nek Ira kepada Yusuf.
“Iya nek,” jawab Yusuf sambil tersenyum ramah.
“Kalau mau pulang, mending dari sekarang, jangan nunggu malam, kalau keburu malam, mending nginep di sini saja,” ucap nek Ira dengan tegas.
“Kami pulang saja nek, besok kan harus sekolah,”
“Ya sudah, bukannya nenek ngusir, mending pulang sekarang aja, jangan lewat magrib,” dan mereka pun pamit saat itu juga, namun pandangan nenek masih tertuju pada Yusuf, seakan ada hal yang ingin dia sampaikan.
ADVERTISEMENT
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/bulanpurnama0]
Yusuf yang masih membayangkan sosok yang ia lihat di dalam gedung, tidak terlalu memperhatikan hal itu. Hanya Layla yang melihat ada keanehan dari mereka berdua.
“Cup, nenekku hari ini aneh banget,” Layla membuka obrolan.
“Aneh gimana?,” Yusuf merespon sewajarnya.
“Kalau aku main ke rumah, dia selalu nyuruh aku nginep meskipun aku datang pagi, tapi sekarang dia kayak ngusir gitu,” ucap Layla dengan penuh kecurigaan.
“Ah itu cuma perasaan kamu aja, lagian apa yang dibilang nenek kamu bener, jangan keluar pas magrib, pamali,” tegas Yusuf.
Mereka berjalan ke depan dan akhirnya sampai di gedung kosong itu. Yusuf kembali terdiam, dia tak berani menoleh.
Namun semakin dia diam, semakin dia penasaran, dan disaat matanya menoleh ke arah dalam gedung itu, alangkah terkejutnya Yusuf saat yang dia lihat adalah kumpulan gadis remaja tergeletak penuh darah di dalam gedung tersebut. Tak ada satupun yang masih hidup.
ADVERTISEMENT
Yusuf panik, Layla sudah berjalan lebih dulu. Yusuf berusaha memanggil Layla, namun suaranya tak dapat keluar sedikitpun.
Kakinya tak dapat melangkah, Yusuf semakin panik. Yusuf, seorang anak penakut yang sengaja dibukakan mata batinnya oleh sang kakek karena kejadian semasa kecil, tak kuasa menahan air mata saat salah satu gadis yang tergeletak itu terbangun.
Ilustrasi ketakutan, dok: pixabay
Dengan berlumuran darah, gadis itu perlahan berdiri. Dia menghampiri pintu kaca tepat di depan Yusuf bediri, gadis itu tersenyum, dia melambaikan tangan pada Yusuf. Dan betapa terkejutnya Yusuf sangat dia lihat gadis itu sangat mirip dengan seseorang yang ia kenali yakni Aini.
Layla yang sedari berjalan cepat di depan, tak melihat Yusuf di sampingnya dan saat dia menoleh ke belakang, Layla terkejut saat mendapati Yusuf tergeletak tak sadarkan diri.
ADVERTISEMENT
Layla berlari menuju rumah nenek untuk meminta bantuan dan Aki Toha yang biasanya tak pernah keluar kamar pun akhirnya ikut membantu membopong tubuh Yusuf dan segera membawanya ke dalam rumah.
Nek Ira tak banyak bertanya, dia hanya memijat jempol kaki Yusuf sambil diciumkan wewangian ke dekat hidungnya sampai akhirnya Yusuf tersadar.
Mata Yusuf memerah.
“Ini di mana?, kalian siapa?,” Yusuf sontak kaget saat ia melihat ia dikelilingi oleh orang yang sama sekali tak ia kenali. Begitu riuh, dan penuh sesak. Mereka berkerumun mengelilingi Yusuf sampai ada satu wajah yang tak asing, lagi-lagi Aini.
“Tolong aku,” suara lirih keluar dari mulut gadis itu.
Yusuf yang tak berhenti berteriak akhirnya perlahan diam, ia dengarkan dengan seksama suara itu.
ADVERTISEMENT
“Hutan, tolong aku,” hanya itu kata yang dikeluarkan gadis itu sampai akhirnya Yusuf benar-benar tersadar dan dilihatnya Layla, Nek Ira dan sosok tua yang baru ia lihat, Aki Toha.
“Sepertinya kamu dapat pesan dari gadis itu,” ucap Nek Ira yang ditanggapi dengan heran oleh Layla.
“Siapa nek?,” tanya Layla.
“Aini,” jawab Yusuf singkat.
“Aini?, temen sekolah kita yang hilang itu?,” tanya Layla yang dijawab anggukan oleh Yusuf.
Ilustrasi terjatuh, dok: pixabay
“Gadis itu harus menggantikan kakaknya,” Nek Ira membuka cerita yang didengarkan seksama oleh Yusuf dan Layla.
Aki Toha yang melihat Yusuf sudah membaik, langsung pamit menuju kamarnya. Nek ira bercerita kalau gedung di depan, dulunya bekas penampungan TKI, banyak warga sini yang mendaftar, tapi anehnya banyak pula yang ditolak.
ADVERTISEMENT
Si pengelola hanya punya satu syarat. Seorang gadis yang belum menikah dan berusia 17 tahun. Tentu saja itu syarat yang sedikit membebani, mengingat di sini banyak anak gadis yang menikah di usia muda atau janda yang sulit mendapatkan pekerjaan. Saking sedikitnya, bahkan gadis di luar desa pun banyak yang datang kemari untuk sekadar mendaftarkan diri.
Nek ira ingat betul, Januari tujuh tahun lalu, pagi-pagi buta ada dua anak gadis yang datang ke gedung itu. Nek Ira yang saat itu baru pulang dari pasar disapa oleh salah satunya.
“Nek, maaf mau tanya, ini benar PT untuk penyalur TKI itu?,” tanya gadis itu dengan ramah.
“Betul neng, emang neng dari mana?, mau mendaftar?,” tanya nek Ira.
ADVERTISEMENT
“Iya nek,” gadis itu tersenyum.
“Sudah izin orang tua?,” Nek Ira sedikit khawatir karena gadis itu membawa tas yang cukup besar dan ditemani anak kecil seusia cucunya.
“Orang tua kami sudah meninggal dunia sejak kami kecil dan ini adik saya. Kami baru pamit dari panti. Setelah saya banyak mendengar tentang yayasan ini, saya mau mendaftar,” gadis itu masih dengan wajah tersenyumnya menjelaskan kepada nek Ira.
“Mampir ke rumah nenek dulu saja, jam segini PT masih belum buka, tunggu jam 9 pagi yah,” ajak Nek Ira yang diiyakan olah gadis itu.
Baru akan melewati gedung, tiba-tiba ada seorang wanita yang keluar dari gedung memanggil gadis itu.
“Adek yang namanya Andini, yang kemarin menelepon?,” tanya wanita itu yang seketika membuat kedua gadis itu menoleh.
ADVERTISEMENT
“Betul, itu saya,” andini, nama gadis itu, berjalan menghampiri wanita tersebut sekaligus pamit kepada Nek Ira.
Sesaat Andini dan adiknya masuk, wanita itu menatap Nek Ira dengan tatapan sinis dan berlalu masuk kedalam gedung. Dan itulah pertama dan terakhir kalinya Nek ira bertemu dengan kedua gadis itu.
Hingga suatu hari, muncul kabar menghebohkan. Bus yang ditumpangi oleh 13 gadis calon TKI yang akan diberangkatkan ke kota seberang menuju imigrasi guna pembuatan paspor, mengalami kecelakaan di hutan dan menewaskan semua penumpang, termasuk Andini.
Bersambung...