news-card-video
16 Ramadhan 1446 HMinggu, 16 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Sosok Putih Itu dan Kemunculannya Yang Tiba-Tiba

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
19 Agustus 2017 14:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bukan hanya rupanya saja, kemunculannya yang tiba-tiba dan spontan pun menambah sisi horornya.
Sosok Putih Itu dan Kemunculannya Yang Tiba-Tiba
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kuntilanak (Foto: Hantupedia.com)
ADVERTISEMENT
Hantu muncul kapan saja dan dimana saja. Kedatangannya selalu meupakan fenomena spontan yang tak terduga, meski kadang pula hadir setelah tanda. Oleh karena itulah setiap orang yang mengaku telah melihat hantu pasti menyelipkan dua pesan: ketakutan, dan rasa kaget. Ketiba-tibaannya lah yang membuat mereka masih saja ngeri, kendati sebelumnya telah sampai pada mereka rumor-rumor tentang keberadaan dan wujud para astral itu.
Malam itu gue bertamu ke rumah sepupu gue, sebut saja Apep, di kampung. Rumah sepupu gue itu terletak di sebuah daerah perkampungan, detilnya ia terletak di dusun Kubang desa Sidamulya kabupaten Ciamis Jawa Barat. Kondisi perkampungan itu cukup terpencil, ia berjarak 37 km dari jalan utama. Untuk sampai kesana, gue melewati jalan-jalan berlubang yang dihiasi oleh kerumunan pohon-pohon karet di sisi tiap jalan-jalannya. Dengan kondisi semacam itu, wajar saja bila kemudian banyak orang pantang untuk melewati jalanan itu pada malam hari. Konon perkebunan karet itu katanya angker, maklum, perkebunan itu memang sering digunakan untuk pembunuhan, pembuangan korban pembunuhan, dan bahkan bunuh diri sekalipun.
ADVERTISEMENT
Namun cerita ini bukan soal perkebunan karet itu, tapi tentang apa yang pernah dialami oleh Apep saat ia masih bersekolah di kelas 3 SMA. Sedari SD Apep ini memang hobi banget otomotif dan balapan, khususnya motor cross. Kendati hobi itu sudah berada pada dirinya semenjak SD, tapi ia baru benar-benar berkecimpung di dunia motor cross saat ia mulai memasuki SMA. Saat itu ia mulai mengikuti banyak kejuaran amatir dan sering pula memenangkan kejuaraan-kejuaraan yang diikutinya. Terbilang sukses di dunia balap motor, ia pun jadi sering sekali nongkrong di bengkel.
Selain sering berkunjung ke bengkel motor milik bos yang mensponsori balapannya, ia juga memiliki semacam bengkel kecil yang ia kelola bersama temannya. Bengkel motor milik Apep dan temannya tidak terlalu berorientasi pada pendapatan dan untung, bengkel itu justru hanya sebagai tempat bagi Apep dan temannya dalam menjalani hobi mereka terhadap otomotif, karena disitulah ia dan temannya menghabiskan waktu dengan merakit motot balap.
ADVERTISEMENT
Di suatu malam pada pukul 23.00, Apep dan temannya yang sedang di bengkel, memutuskan untuk segera pulang dan beristirahat. Maka tak lama kemudian Apep menjalankan mesin motornya untuk segera pulang. Jarak antara rumah Apep dan bengkel itu sesungguhnya tidak jauh, untuk sampai ke rumah Apep hanya perlu berjalan sejauh 35 meter. Namun karena suasana sudah sangat gelap dan sepi, alangkah baiknya memang menggunakan kendaraan untuk memangkas waktu tempuh. Itulah yang dipikirkan Apep saat itu.
Ketika Apep mulai beranjak dari bengkel, tiba-tiba munculah sekelibat bayangan berwarna hitam yang cukup besar. Kemunculannya sangat cepat, bagai sebuah dementor yang terbang dengan kecepatan tinggi. Melihat penampakan semacam itu, Apep tidak terlalu ambil pusing. Ia dengan santai masih tetap menjalankan motornya tanpa henti. Hingga saat Apep telah sampai di depan halaman pekarangan rumahnya, dan hendak memasukan motornya ke halaman pekarangan rumah itu, ia melihat sesosok kuntilanak dengan rambut terurai ke depan wajahnya sedang ‘nangkring’ di genteng rumahnya tanpa bersuara. Melihat sosok itu, sontak Apep pun ketakutan dan segera masuk ke dalam rumah. Di rumah ia mengatakan apa yang ia lihat pada orang tuanya, sembari menutup dirinya dengan sarung.
ADVERTISEMENT