Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Suara-Suara dari yang Tak Kasatmata
22 Agustus 2017 16:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Cerita ini, merupakan cerita yang gue dapatkan dari salah satu temen gue yang ‘nyantren’ di daerah Kuningan. Yup, hidup gue memang dipenuhi oleh anak-anak santri yang demen banget ngeliat fenomena-fenomena klenik. Tapi gue kira, sejuah ini wajar-wajar saja, mengingat memang pesantren selalu dekat dengan cerita-cerita horror.
ADVERTISEMENT
Temen gue yang santri ini, sebut saja namanya Dani, memang seorang anak laki-laki yang bandelnya masyaallah (bikin nyebut ). Gak heran jika akhirnya ia dimasukin ke pesantren oleh kedua orang tuanya. Meski ya masih sama-sama aja sebenernya, karena toh sampai saat ini dia memang masih gitu-gitu aja. Bagaimanapun doi anaknya asik banget, dan gue sayang.
“Lu kan bandel nih Dan, pasti sering kabur dari pesantren kan lo?” tanya gue pada Dani di suatu sore.
“Yoih, so bad ass!!” Jawabnya dengan pede.
“Ya Allah (nyebut lagi), jijiiiiiiikkkk,” ujar gue dalam hati.
“Pernah ga sih lo Dan, waktu kabur dari pesantren gitu, apes nemu yang klenik-klenik?”
“Hmmm… YAA!! PERNAH!! SEREM BANGEEETTT TAUK!! So sad ”
ADVERTISEMENT
Dani pun akhirnya bercerita. Suatu malam, ia sedang melamun di kamar asrama pesantrennya. Dia sedang bosan setengah mati, ditambah lagi saat itu memang anak santri lainnya sedang pada libur dan pulang ke rumah masing-masing. Adapun Dani, ia tidak bisa pulang karena ia tidak punya cukup uang untuk ongkos. Maka ia pun tinggal di pesantren, ditemani oleh para ustadznya yang bertugas menjaga pesantren.
“Saat itu gue cuma punya duit 20rb, ga bisa buat ongkos tapi. Di situ gue puyeng, tapi untung gue inget kalo gue masih ada rokok di lemari huehehe.”
Maka akhirnya Dani pun memutuskan untuk merokok di salah satu gedung bertingkat 3, dimana para santri biasa belajar dan mengaji. Saat itu, hari sedang hujan, dan taka da lagi yang paling nikmat bagi Dani saat itu selain merokok, ngopi, dan esek-esek (duh Dani, kontrol dong kalo ngomong! Kan jadinya ketulis sama gue ). Setibanya di gedung tersebut, ia pun segera naik ke lantai 2. Yang ada di bayangannya hanyalah ia dapat merokok sambil ngopi di teras lantai 2 gedung itu.
ADVERTISEMENT
Sedang asyik merokok, Dani mendengar keramaian dan tawa anak-anak dari lantai 3. Ia pun langsung sumringah, nampaknya masih ada beberapa santri yang tidak pulang seperti dirinya juga di gedung ini, pikir Dani. Maka Dani pun segera naik ke lantai 3. Terkejutlah Dani mendapati ruangan-ruangan di lantai 3 gelap gulita, dan bahkan pintu-pintu ruangannya pun terkunci rapat. Adapun suara keriuhan tadi sudah hilang. Tidak mau ambi pusing, ia pun meneruskan aktifitas merokoknya di lantai 3.
Namun sedang asyik merokok, ia mendengar suara keramaian lagi, tapi kali ini dari lantai 1. Ia pun langsung turun ke lanta 1 guna melihat siapa gerangan yang ada di lantai 1. Terkejutlah lagi Dani mendapati kondisi di lantai 1 sama dengan kondisi di lantai 3. Ia pun akhirnya memutuskan untuk ke lantai 2 dan kembali merokok.
ADVERTISEMENT
Namun tak lama, terdengar lagi suara keriuhan di lantai 3. Tanpa basa-basi, Dani pun turun dan berlari meninggalkan ruangan tersebut dengan ketakutan. Hujan deras dan rumput-rumput berduri ia hantam dengan membabi-buta.