Susuk (Bagian 3)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
13 Juli 2020 19:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ilmu hitam, dok: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ilmu hitam, dok: pixabay
ADVERTISEMENT
Aku tahu urusan kaya gitu gak akan bisa main-main sama Nath. Tapi dari pertemuan antara Shinta dan pak Brata ini lah semua misteri dan malapetaka dimulai.
ADVERTISEMENT
Malam harinya di salah satu tempat makan ternama di Jakarta
"Shin, kamu cantik banget malam ini," ucap pak Brata.
Shinta pun hanya tersenyum simpul tidak mampu menolak pesona pak Brata hingga tanpa sadar sudah masuk kedalam jeratnya. Mereka berdua makan malam layaknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta, tapi siapa sangka bahwa ada rencana lain dari keduanya.
Mulai dari tatapan mata yg mesra hingga flirting pun tak terelakkan lagi. Bukan, itu bukan malam pengantin bagi mereka, tapi malam malapetaka buat mereka, karena disadari atau tidak mereka saling menancapkan jeratnya satu sama lain. Sekaligus, malam peresmian bahwa malapetaka sedang mengincar keduanya
Keesokan harinya,
"Gimana kencan lu?," kata Budi.
"Lah katanya gue sama Nath doank yang tau, ini kenapa si Budi tau juga?," ucapku.
ADVERTISEMENT
"Psssssssst emang lu bertiga doank yang tau, gue percaya lu bertiga gak ngember," ucap Shinta.
"Kita sih bodo amat ya Shin, gak tau klo lu," ucap Nath.
[Cerita ini diadaptasi dari Twitter/greymocil]
"Nanti pas jam istirahat gue teraktir lu bertiga, sekalian kita gosip-gosip lucu," ucap Shinta.
"Yaa gak apa-apa sih Shin, asal lu yang bayarin kita hahahaha," ucapku.
"Lu mah ya Yik, kalo diajakin pasti minta orang yang ngajak bayarin lu," kata Shinta.
"Sapa suruh ngajak gue," ucapku.
Di sudut fastfood ternama di bilangan Salemba,
"Emang ada apaan sih Shin?," ucapku dengan penuh kekepoan, jujur untuk urusan jadi detektif nan kepo, temen-temenku biasanya ngandelin aku.
"Jadi gini, gue semalem udah dinner sama pak Brata, terus dia ngasih gue hadiah dong," ujar Shinta sambil memamerkan kalung emas berbandul batu warna merah yang menurutku tidak wajar.
ADVERTISEMENT
"Trus kelanjutannya?, lu ngajak kita kesini cuma mau pamer kalung?," kata Budi.
"Gak gitu lah, gue juga semalem menebarkan jaring lah ke pak Brata, laki - laki kaya pak Brata, sama kaya laki - laki lain, gampang diiketnya," ujar Shinta.
Ilustrasi kalung, dok: pixabay
"Maksudnya lu tali-tali?, BDSM dong lu semalem sama pak Brata hahahahaha," sahut Nath.
Aku masih menyimak dengan seksama arah obrolan ini, aku tahu apa yang dimaksud Shinta, tapi aku enggan berucap apapun, karena aku lebih memilih untuk menghabiskan makananku.
"Ya nggak gitu lah Nath, lu kebanyakan halu sih, jadi ngeres otak lu, bukan iket kaya gitu maksud gue," ucap Shinta.
"Jadi, gue pasanglah ajian buat naklukin pak Brata, tentunya dibantu penjaga gue," ucap Shinta dengan bangganya.
ADVERTISEMENT
"Cari mati anak ini," batinku.
"Terus terus, demen neh gue kalo udah ke arah klenik," kata Budi.
Pengen gue jitak rasanya, tapi burgerku lebih menggoda.
"Jadi, gue diajarin sama nenek gue buat masang jaring ke orang yang gue mau, hahaha so far sih sukses ya, ke gadun-gadun gue yang lalu, dan ke pak Brata gue dapet kalung kaya gini, hahaha," seloroh Shinta.
"Lu kenapa diem aja Yik dari tadi," tanya Nath.
"Iya Yik, biasanya lu paling hobi kalo cerita-cerita kaya gini," kata Budi menimpali Nath.
"Kalian gak liat, gue lagi asyik makan?," jawabku asal.
"Emang lu gak ngerasa aneh gitu Shin, gak curiga gitu sama pak Brata?, emang penjaga lu gak ngomong apa-apa tentang pak Brata?," tanyaku sejurus kemudian.
ADVERTISEMENT
"Kagaklah, gue tanya penjaga gue katanya aman, yasudah gue pasang, lagian gue gak ngerasa gimana-gimana sama pak Brata. Beda hal sama Koh Har, mantan gadun gue yg lalu, itu gue ngerasa dia pake, nah sama pak Brata ini aman banget Yik," ucap Shinta.
"Lu nggak pernah tahu Shin, siapa dan apa yang lu hadapin, makin tinggi dan makin mumpuni orang itu, akan makin susah dibacanya," ucapku sambil kemudian menyalakan rokokku.
"Kagak lah, lu pikir penjaga gue orang sembarangan, ngaco lu Yik," ketus Shinta.
"Udah - udah, pokoknya ya Shin, inget pesen gue, gue gak mau imbasnya ke kerjaan, kasian anak-anak lain kalo sampe imbasnya ke kerjaan, banyak yang bergantung dari project ini, jangan sampe karena ego dan nafsu lu, orang lain harus kena imbasnya," ucap Nath menegaskan.
Ilustrasi makan siang, dok: pixabay
"Iya iya, gue tau Nath, gue janji bakal tanggung jawab kalau ada apa-apa di kemudian hari," janji Shinta.
ADVERTISEMENT
"Semoga yaa Shin," kata Budi.
Setelah kejadian itu Shinta menjauhiku, dia masih bertegur sapa dengan Nath, Budi dan yang lainnya tapi dia hanya bicara denganku tentang pekerjaan, di luar itu kami nyaris tidak bertegur sapa.
Karena buatku, ketika orang lain acuh akupun akan acuh, tapi jika suatu hari orang tersebut meminta bantuan, maka akupun akan membantunya.
Tak terasa sudah hampir 6 bulan hubungan Shinta dan pak Brata, seluruh kantor sudah tau tentang hal ini desas desus tentang Shinta pun sampai ke telinga bosku, hingga akhirnya bosku memanggilku.
"Yik, lu tau kelakuan Shinta?," tanya bosku.
"Tau mas, kenapa emangnya?," Tanyku
"Shinta tau gak pak Brata itu siapa dan istrinya siapa?," tanya bos sekaligus kakak angkatku itu.
ADVERTISEMENT
Bersambung...