Tali Pocong Bayi: Kendi yang Kosong (Part 2)

Dukun Millenial
INGAT!! Di dunia ini kita tidak pernah sendirian....
Konten dari Pengguna
19 Februari 2022 19:27 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dukun Millenial tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kematian, dok: Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kematian, dok: Pribadi
ADVERTISEMENT
Rohim pun hanya mengangguk dan segera pergi meninggalkan rumah Mbah Wiro.
ADVERTISEMENT
Rohim segera menguburkan tali tersebut di bawah pohon jati, pohon jati yang berada di bagian paling ujung, karena posisi tanah tersebut berada di pinggir jalan raya membuatnya harus lebih waspada dan memilih ujung terjauh agar tidak ada orang yang melihat jika ada yang sekedar lewat.
Tali itu digunakan sebagai penarik agar para makhluk halus bisa menarik para pembeli dan mengaburkan mata maupun pendengaran orang-orang yang hendak membeli.
Hal tersebut dilakukan agar para pembeli menyetujui segala hal yang diucapkan oleh Pak rohim.
Dua hari setelah tali pocong tersebut dikubur di tanah milik Pak kades tiba-tiba ada orang yang datang ke rumah Rohim.
Dia adalah seorang pengusaha muda yang kebetulan sedang mencari tanah untuk keperluan membangun usaha pabrik gula, sebut saja Pak Nur.
ADVERTISEMENT
"Permisi pak," terdengar suara dari depan rumah diiringi sebuah ketukan pintu.
Tatik berjalan pelan menghampiri pintu, dengan keadaan yang begitu mengenaskan tatik membuka pintu rumahnya membuat tamu yang berada di depan pintu kaget melihatnya.
Pasalnya rambut Tatik sangat berantakan dengan keadaan mata yang sembab Serta menghitam dengan wajah pucat membuat siapapun yang melihatnya pasti kaget karena takut.
"Astagfirullah" ucap mbak Tin yang mengantar Pak Nur menemui Pak rohim sambil mengelus dadanya dengan nafas berat yang sedikit tersengal.
Mbak Tin menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya
"Tatik kamu nyeremin banget ih kaya hantu tau," ucap mbak Tin yang merasa kaget dan kesal setelah menyadari bahwa orang yang membukakan pintu adalah Tatik.
ADVERTISEMENT
"Panggilin bapak, ada tamu mau ketemu sama Pak Rohim," ucap mbak Tin kemudian masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
[Cerita Ini Diadaptasi dari Twitter/TTenguk]
Tanpa menjawab, Tatik kemudian berjalan pergi meninggalkan mereka dan menghampiri kamar mertuanya, setelah mengetuk kamar mertuanya beberapa kali, Tatik pergi dan kembali ke kamarnya.
Rohim keluar kamar dan melihat ada tamu yang duduk di ruang tamunya. Dengan segera, Rohim menghampiri mereka dan meminta tolong sang istri untuk membuatkan minuman dan menyuguhkan makanan kecil.
Setelah berbincang tentang maksud dan tujuan mereka datang, bibir Rohim tak kuasa mengembang memberikan senyum terindah kepada tamu yang datang kerumahnya.
Setelah perbincangan singkat di ruang tamu tersebut, Rohim mengajak Pak Nur untuk langsung menuju ke lokasi.
ADVERTISEMENT
Sesampainya disana, Rohim menjelaskan batas batas luas tanah tersebut serta keuntungan dan basa-basi yang lainnya hingga Pak Nur menyetujui nominal dari harga jual tanah yang disebutkan oleh Rohim.
Ilustrasi tanah dijual, dok: Pribadi
Hari itu juga Rohim menelpon Pak kades untuk memberitahukan kabar bahagia tersebut dan bertemu di rumah Pak kades, segala sesuatu hal selesai hari itu juga. Mulai surat-surat pembayaran dll selesai hanya dalam satu hari.
Setelah pembayaran diterima Rohim dan semuanya selesai, segera ia pergi menemui Mbah Wiro dan membayarkan jumlah nominal kepada Mbah Wiro, mbah Wiro tersenyum melihat kedatangan Rohim dan mereka tertawa bersama-sama.
Satu hari setelah anaknya meninggal, Somad melakukan kegiatan yang biasa dia lakukan, memberi makan ternak, membersihkan kandang dll.
ADVERTISEMENT
Pada saat dia akan membakar sampah, dia melihat suatu hal yang janggal, Somad segera melangkah menghampiri kuburan ari-ari anaknya.
Somad melihat kuburan ari-ari anaknya agak berantakan, dia terdiam menatapnya. Dengan hati-hati, Somad membuka kendi berisi ari-ari,
Ketika di buka, alangkah terkejutnya Somad, kendi tersebut kosong tidak ada isinya. Kemana ari-ari anaknya? Pertanyaan itu membuatnya murka, hal tersebut membuatnya sadar bahwa ada yang salah dari kematian anaknya, anaknya sengaja dibunuh
Bukan! .... Anaknya sudah dijadikan tumbal oleh seseorang
Tapi siapa??? Muncul pertanyaan lain di kepala Somad membuatnya harus mencari tahu siapa dalang di balik meninggalnya sang anak.
Hari itu Somad tidak melihat sang ayah di rumah membuatnya bertanya kepada ibunya.
"Bapak lagi pergi kemana bu?" tanya Somad.
ADVERTISEMENT
"Tadi ada tamu datang ke rumah terus bapak pergi sama tamunya," kelas sang ibu.
"Sepertinya ada yang aneh sama kematian anakku bu" Somad membuka percakapan.
Sang ibu terdiam mendengar ucapan tersebut membuat tangannya teriris pisau.
"Aduuuh .." ucap sang ibu meringis karena jarinya teriris pisau.
"Ibu hati-hati, pisaunya tajam lho bu" ucap Somad menghampiri sang ibu dan menyiram jari ibunya yang berdarah dengan air bersih kemudian memasukannya ke dalam mulutnya.
Sang ibu melihat wajah Somad dengan penuh iba dan sedih.
"Somad mau menanyakan sesuatu ke bapak, nanti kalo bapak udah pulang kasih tau Somad ya bu," ucap Somad kemudian pergi ke kamar untuk menemani sang istri.
Malam ini ayahnya pulang setelah acara pengajian selesai membuat Somad kesal. Rohim pulang dengan senyum menggembang lebar di bibirnya dan memberitahukan kabar bahagia tersebut kepada keluarganya.
ADVERTISEMENT
"Hari ini tanah Pak kades laku terjual, bapak punya uang banyak," ucap pa Rohim dengan wajah tersenyum bahagia. Somad tersentak kaget mendengar suara tawa yang menggema.
Bersambung...