Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Diplomat dari Luar Angkasa: Sebuah Kisah Perjuangan Anak Berkebutuhan Khusus
9 Oktober 2018 9:54 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Dumas Radityo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Foto: Pribadi/Istimewa - Altair Berangkat Sekolah
Aku adalah Altair, seorang Diplomat dari luar angkasa. Layaknya bintang pada konstelasi Elang Aquila, aku bersinar terang di luar sana. Mengepakan sayap, hinggap di setiap ruang.
ADVERTISEMENT
Aku tiba di bumi tujuh tahun yang lalu. Sang Pencipta menitipkan aku pada seorang Ibu, Bu Wulan, perempuan riang, anggun, dan pandai. Seperti Ibu ku, aku gemar bersenda gurau.

Foto: Pribadi/Istimewa - Altair Temani Belanja
Pagi Hari Ku
Hari ku dimulai dengan mandi pagi, dan tentu saja sarapan. Sebagai Diplomat dari luar angkasa, sarapan ku istimewa. Nasi rendah gula, roti tanpa gluten, telur bebas pestisida, dan daging ayam tidak berpenyedap rasa adalah menu sederhana aku. Tidak lupa, aku harus minum suplemen. Suplemen makanan yang akan membantuku berkomunikasi dengan manusia bumi di sekitarku.

Foto: Pribadi/Istimewa - Altair Sarapan
Akademi Luar Angkasa
Ibu ku memilihku untuk bersekolah di Taman Kanak-Kanak Angkasa. Ini sekolah biasa, karena Ibu ku ingin aku berbaur dengan anak-anak lainnya. Aku memang sulit berbicara, bahasa bukanlah keunggulan ku berkomunikasi. Namun, aku pandai berbicara melalui isyarat sederhana. Nyatanya, isyarat sederhana itu mampu dipahami seribu makna oleh sahabat ku di sekolah itu. Tenang saja, Ibu ku tahu kesulitan ku, disiapkannya seorang penterjemah bahasa. Iya, guru pendamping ku, Ibu Kalima, selalu membantuku berbicara.
ADVERTISEMENT

Foto: Pribadi/Istimewa - Altair Belajar "Face Painting"
Selain di Taman Kanak-Kanak Angkasa, aku juga belajar bahasa di Akademi Bahasa Klinik Mentari. Di Akademi itu, aku berusaha berekspresi dengan ujaran kata, berempati dengan lainnya, dan bersosialisasi dengan mereka yang dewasa. Semua ini aku harap membawa bekal bagi ku, untuk ku ceritakan kembali di luar angkasa.
Siang Hari Ku
Aku menutup keseharian ku dengan bermain. Bersama aku, ada penjaga kecil ku, Alara. Seperti bulan kecil mengorbit di Jupiter, Alara selalu riang berlari kecil mengitariku. Alara pula yang selalu mengajak ku belajar agama, sholat, dan bershalawat. Nampaknya, Alara adalah adik kecil ku yang shalihah, dan pintar.

Foto: Pribadi/Istimewa - Altair Menuju Masjid
ADVERTISEMENT
Sudah dulu ya, aku hendak pergi tidur. Semoga aku bisa bermimpi, kembali menjadi antariksawan bermain di angkasa luar.

Foto: Pribadi/Istimewa - Altair Belajar Sholat
Kisah ini didedikasikan kepada anak laki-laki penulis. Seorang Anak Berkebutuhan Khusus.
***