Konten dari Pengguna

Gandeng BEM Nusantara, IMAKIPSI Dorong Pendidikan bagi Difabel di Kota Surabaya

Dwi Ardiansyah
Penulis merupakan lulusan S1 Manajemen Pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya, saat berkuliah aktif dalam beberapa organisasi dan project advokasi pendidikan dalam level internal perguruan tinggi, regional dan nasional.
12 Januari 2023 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Ardiansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Surabaya, Hari rabu tanggal 11 januari 2023 Imakipsi (Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan seluruh Indonesia) berkolaborasi dengan BEM Nusantara menyelenggarakan kegiatan bakti sosial di UPTD lingkungan pondok sosial kalijudan.kegiatan yang berisi game edukasi dan mewarnai bersama ini berlangsung secara meriah melibatkan lebih dari 35 penyandang difabel dan 15 relawan.
ADVERTISEMENT
Menurut keterangan kepala UPTD Liponsos Kalijudan Cholik Anwar saat ditemui relawan menyampaikan bahwa didalam liponsos kalijudan ada sekitar 58 penyandang difabel yang memiliki umur dan "keunikan" yang beragam. Banyak diantaranya ditemukan dengan kondisi tidak dirawat dengan baik oleh keluarganya sehingga dinas sosial melalui UPTD liponsos hadir untuk menampung penyandang difabel yang ada di kota Surabaya

Banyak Pihak Bisa Berperan dan Membantu Kepastian Pendidikan bagi Penyandang Difabel

Sumber : Dokumen Pribadi
Pembukaan UUD 1945 barangkali menjadi dasar banyak hal dan nilai kemasyarakatan "Indonesia" diletakkan, termasuk didalamnya adalah upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang artinya semua warga negara berhak untuk mendapatkan pendidikan termasuk bagi penyandang difabel. Walaupun penyandang disabilitas sering dikatakan sebagai kelompok masyarakat yang rentan karena beberapa keterbatasan yang dimiliki, yang dalam UU Nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas disebut sebagai
ADVERTISEMENT
Tentunya dengan beberapa keterbatasan tersebut pola pendidikan yang diberikan haruslah berbeda dan khusus, terutama dalam hal jenis difabel yang dialami. Pendidikan bagi penyandang difabel ditujukan untuk memberikan kemampuan kecakapan hidup sehari- hari dan keterampilan- keterampilan yang dapat dijadikan sebagai lahan pencaharian penghasilan. Berdasarkan data dari Susenas (2019-2020) 29,60% penyandang disabilitas hanya berpendidikan sekolah dasar, padahal dengan meningkatnya jenjang pendidikan berdampak positif bagi peluang perbaikan taraf hidup penyandang disabilitas.
Realitas ini semakin nampak ketika melihat fakta yang para relawan temukan di liponsos Kalijudan karena belum ada program pendidikan formal bagi penyandang disabilitas yang sedang berjalan
ADVERTISEMENT
Memberikan pendidikan bagi penyandang disabilitas memanglah bukan suatu hal yang mudah, Rahmania Adinda Mahasiswa S1 PLB Unesa yang juga salah satu relawan mengungkapkan bahwa diperlukan assasmen yang tepat sebelum menentukan metode pembelajaran dan keterampilan yang akan dicapai. Sehingga dalam hal ini diperlukan kolaborasi banyak pihak terlepas dari swasta ataupun lembaga pemerintah, mulai dari mahasiswa, Corporate Social Responsibility, pemerintah daerah/kota dan bahkan yayasan pendidikan swasta dapat berperan untuk memastikan penyandang disabilitas mendapatkan pendidikan yang layak dan memiliki kesempatan untuk menguasai keterampilan yang diinginkan.
Pentingnya kolaborasi dalam menjamin pendidikan bagi penyandang disabilitas ini sudah disadari oleh IMAKIPSI yang merupakan ikatan mahasiswa fakultas ilmu pendidikan seluruh indonesia, Ihda Filzafat selaku Wakil Ketua DPP IMAKIPSI menyampaikan
ADVERTISEMENT
Tantangan akses pendidikan formal yang ditemukan di Liponsos Kalijudan merupakan satu contoh kecil dari sekian bayak problem yang terjadi di lembaga sosial penyandang disabilitas, Sehingga Menjadi harapan bersama akan muncul banyak program dan projek sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan khusus dari semua kalangan termasuk mahasiswa.
ADVERTISEMENT