Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Fenomena FOMO yang Bisa Berujung Hustle Culture di Kalangan Mahasiswa
7 Mei 2023 20:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dwi Ayu Noviyanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini marak istilah FOMO yang kerap digunakan di sosial media terutama oleh anak muda. FOMO sendiri adalah singkatan dari Fear of Missing Out yang artinya takut ketinggalan. Istilah tersebut merujuk pada ketakutan bahwa orang lain bisa saja mengalami pengalaman berharga sementara kita tidak.
ADVERTISEMENT
Dalam penggunaan sosial media, FOMO sering dilontarkan apabila seseorang merasa sedang ada bahasan, informasi, maupun kegiatan yang menjadi perbincangan lalu ia merasa ketinggalan atau tidak tahu mengenai hal tersebut.
Seiring berjalannya waktu, istilah FOMO tidak hanya digunakan di sosial media saja, tetapi juga dalam komunikasi di kehidupan nyata. Banyak mahasiswa yang menggunakan istilah ini saat berkomunikasi dengan rekan seusianya.
Seperti yang kita tahu bahwa di dalam kampus banyak organisasi dan kegiatan yang dapat diikuti oleh mahasiswa. Kerap kali mahasiswa merasa FOMO apabila melihat rekannya sudah bergabung dengan organisasi, kepanitiaan, dan mengikuti perlombaan sementara dirinya belum mengikuti kegiatan serupa. Tidak sedikit pula mahasiswa yang sudah mengikuti beberapa kegiatan masih mengikuti kegiatan baru karena FOMO.
ADVERTISEMENT
Pada mulanya, mahasiswa mungkin mengikuti suatu kegiatan hanya karena FOMO. Namun, jika hal tersebut terus berlanjut dapat menjerumuskan mahasiswa pada budaya gila kerja atau hustle culture.
Terlebih lagi, adanya tuntutan sosial seperti pandangan bahwa orang yang lebih aktif atau memiliki kesibukan lebih akan lebih sukses. Kondisi ini membuat seseorang merasa harus selalu memiliki kesibukan.
Pada mahasiswa, hal ini dapat berupa usaha untuk aktif di banyak kegiatan selain pembelajaran dalam perkuliahan. Sebenarnya, menjadi aktif dengan mengikuti kegiatan lain di luar perkuliahan seperti organisasi, kepanitiaan, dan perlombaan itu baik.
Namun, tidak sedikit mahasiswa yang akhirnya tidak bisa mengatur prioritas dan waktu bahkan, mengabaikan kesehatan. Seakan-akan mereka ingin mengikuti berbagai kegiatan tanpa tahu batas dirinya.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dilakukan oleh Zalina dkk (2022), terhadap mahasiswa di Kalimantan Selatan menunjukkan bahwa dari 100 mahasiswa terdapat 94 mahasiswa yang mengalami hustle culture. Hustle culture sendiri dapat berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Aktif di berbagai kegiatan membuat seseorang memiliki beban kerja yang besar pula. Hal tersebut dapat memicu stres, cemas, insomnia, dan perubahan suasana hati. Jam tidur yang tidak teratur demi menyelesaikan semua tugas dan beban kerja dari kegiatan yang diikuti juga berpengaruh menurunkan daya tahan tubuh.
Dalam artikel yang diunggah oleh Siloam Hospitals pada 29 Maret 2023, disebutkan bahwa sistem imunitas juga ikut menurun apabila tubuh tidak memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat. Pasalnya, antibodi dan senyawa sitokin yang berperan dalam melawan bakteri serta virus penyebab penyakit dalam tubuh akan diproduksi selama waktu tidur.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa memang suatu hal yang baik jika menjadi aktif dan produktif. Namun, kita tetap harus tahu batasan diri. Tugas utama mahasiswa adalah belajar, oleh karena itu, kita harus bisa memprioritaskan pendidikan terlebih dahulu.
Jangan sampai terlalu aktif di kegiatan selain perkuliahan membuat kita melupakan kewajiban belajar, bahkan menyelesaikan masa studi melebihi batas. Sangat penting untuk memilih mana kegiatan yang benar-benar penting dan sesuai tujuan kita, bukan hanya karena FOMO.