Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.7
26 Ramadhan 1446 HRabu, 26 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Dari Jual Koran Sampai Antar Anak Menjadi TNI
8 November 2017 13:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Dwi Herlambang Ade Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Bisingnya kota Jakarta tidak menyurutkan niatnya untuk menjajakan dagangan. Suaranya seakan memecah kebisingan kendaraan yang berlalu lalang di jalanan. Di bawah Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) Cawang UKI, Jakarta Timur di setiap harinya, Bambang (65 tahun) menjadi saksi bisu kehebatan bapak dari 7 orang anak ini.
ADVERTISEMENT
"Koran....koran....koran," begitulah bunyi teriaknya. Dengan teriakannya ia berharap bahwa akan ada yang datang untuk membeli dagangannya. Di bawah JPO Cawang UKI, ia menggantungkan sebuah harapan untuk dapat mengais rezeki untuk di bawa pulang ke rumah.
Rezeki itu pun datang, seorang ibu datang untuk membeli koran. "Pak korannya satu ya," ujar ibu tersebut. Bambang pun langsung memberikan koran yang ibu tersebut minta. Melihat dagangannya terjual tersungging senyuman dari bibir Bambang. Ia tahu betul di era saat ini yang sudah menuju era digital sangat sulit rasanya orang membeli koran untuk membaca berita.
"Sekarang mah susah jualan ini (koran) kan udah pada bisa liat berita di hp (handphone)," kata Bambang kepada Kumparan (kumparan.com) di bawah JPO Cawang UKI, Jakarta Timur, Rabu (8/11).
ADVERTISEMENT
Terlihat wajahnya yang sudah tampak memperlihatkan kerutan menandakan bahwa dirinya sudah lama bekerja sebagai penjual koran. Bapak dari 7 orang anak dan kakek dari 8 orang cucu ini sudah berjualan di bawah JPO Cawang UKI sejak tahun 1983. Dari hasil berjualan koran ini, Bambang mampu menghidupi ke-7 orang anaknya.
"Saya jualan di sini dari belum ada Transjakarta sampai sekarang udah ada," katanya sembari berkelakar.
Setiap harinya, Bambang berjalan dari rumahnya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, menuju JPO Cawang UKI untuk menjajakan dagangannya. Bermodalkan topi merah yang sudah mulai luntur warnanya, Bambang mulai menjajakan dagangannya.
Tidak hanya koran, Bambang juga menjual tisu dan masker. Semuanya ia susun rapi di bawah tangga JPO. Ia mulai menjajakannya dagangannya mulai pukul 6 pagi hingga 3 sore. Menurutnya pendapatannya tidak bisa ditentukan.
ADVERTISEMENT
"Ya, saya jualan dari jam 6 pagi sampai jam 3 sore. Kalau ngomongin pendapatan mah ga nentu ya kadang habis kadang juga sisa," katanya.
Jika koran dagangannya tidak habis, Bambang akan membawa kembali pulang dan dikumpulkan. "Nanti dikiloin mas, satu kilonya itu 5 ribu. Lumayan lah buat tambah-tambah."
Dulu, menurut Bambang, ia menjajakannya dengan menggunakan meja namun, beberapa kali ia juga harus merasakan kenyataan pahit saat Satpol PP mengusirnya.
"Dulu mah saya pakai meja cuma sekarang udah gaboleh katanya mengganggu," ujarnya.
Siapa sangka, Bambang yang hanya berjulan koran mampu mengantarkan anaknya menjadi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Anaknya yang bernama Teguh Harianto menjadi anggota TNI sejak tahun 1995. Ia menceritakan awal dari anaknya bisa menjadi anggota TNI.
ADVERTISEMENT
"Iya dulu awalnya anaknya (Teguh Harianto) itu minat jadi ABRI. Yaudah dia ikut test terus lulus. Sekarang dinas di Jawa Tengah," kata Bambang saat menceritakan proses anaknya menjadi anggota TNI.
Bambang mengaku bangga dengan keberhasilan anaknya tersebut. Namun, ia juga tidak membeda-bedakan anaknya yang lain.
"Buat saya anak mah sama saja mau kerjanya apa itu pasti saya dukung. Yang penting jangan seperti saya jualan koran," ujarnya.
Di saat cuaca tidak bersahabat dan hujan, Bambang tidak marah kepada Tuhan. Justru itu adalah anugerah lain untuknya. Hujan yang turun di kawasan Cawang, Jakarta Timur siang itu menjadi sumber pencarian rezeki lain untuknya.
Dengan cepat Bambang mengemas korannya dan memasukannya ke dalam kantong plastik hitam agar tidak basah dan menggantungkannya di bawah JPO. Ia lantas bergegas memakai jas hujan plastik dan mengambil dagangan lainnya. Ya, selain menjual koran, Bambang juga menjual jas hujan plastik.
ADVERTISEMENT

"Jas hujan mas...mba.. sepuluh ribu aja," katanya kepada para pengendara sepeda motor yang berteduh di bawah JPO Cawang UKI, Jakarta Timur.
Dengan kaki yang sudah sedikit pincang, Bambang menelusuri Jalan Mayor Jenderal Sutoyo, Jakarta Timur untuk menjajakan jas hujannya. Seraya berjualan, ia juga dapat membantu para pengendara yang sedang terjebak hujan dengan membeli dagangannya agar bisa melanjutkan perjalanan kembali.

Sebelum berpisah, Bambang mengaku tidak akan lama lagi berjualan koran di Jakarta. Setelah anak terakhirnya menikah ia akan pulang ke kampung halamannya di Purworejo, Jawa tengah untuk menikmati hari tuanya. Baginya, Jakarta adalah ladang rezekinya bagi ia menghidupi anak dan keluarganya.