Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
RPTRA Citra Betawi, Primadona Anak-anak untuk Bermain Sepak Bola
3 November 2017 12:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari dwi herlambang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sepak bola merupakan olahraga paling digemari oleh anak-anak. Mulai dari usia muda hingga dewasa pun sangat menggemari permain tersebut. Namun, pesatnya pembangunan di Jakarta seakan menjadi hambatan bagi anak-anak memainkan "si kulit bundar" tersebut.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkuri, sulitnya mencari area atau lahan bermain bola mengharuskan mereka bermain di tempat-tempat yang kurang laik seperti di jalanan yang tentu saja membahayakan bagi keselamatan mereka.
Saat ini setidaknya ada sedikit jalan keluar bagi anak-anak yang ingin bermain bola seperti yang terjadi di kawasan Setu Babakan, Jakarta Selatan. Adanya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), semenjak diresmikan beberapa bulan silam RPTRA Citra betawi ini seakan menjadi primadona bagi anak-anak dalam bermain sepak bola.
"Alhamdulillah adanya lapangan bola di RPTRA ini efektif. Ya, kita tau lah selama ini anak-anak suka susah nyari lapangan (sepak bola) . Biasanya mereka bermain di jalanan atau memcari tempat yang jauh atau di sekolah sekolah tapi kan kalo sekolah sudah tutup kan gaboleh dan kasian," kata Emi, pengurus RPTRA Citra Betawi, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan saat ditemui kumparan (kumparan.com) pada Jumat (3/11).
ADVERTISEMENT
Emi menuturkan, anak-anak yang datang dari beberapa golongan usia. Mulai dari SD,SMP hingga SMA datang untuk bermain bola. Menurut emi, tidak ada ketentuan khusus bagi anak-anak yang ingin bermain sepak bola di lapangan RPTRA Citra Betawi ini.
"Mereka hanya bilang kepada saya ingin bermain dan isi daftar hadir," katanya.
Melihat animo yang sangat tinggi dari anak-anak, Emi berupaya untuk memberikan waktu bermain selama 15 menit dalam satu pertandingan. Hal ini mengingat hanya ada satu lapangan yang bisa di gunakan. Mereka pun harus sabar dan bergantian dalam bermain bola.
"Mereka biasanya datang abis Ashar atau jam 4 (sore) sudah ramai. Sampai hujan pun mereka tetep main asal ga ada petirnya itu tetep main anak-anak," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sama dengan RPTRA Citra Betawi, RPTRA Shibi, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan juga selalu di ramaikan dengan anak-anak yang bermain bola. Meskipun di RPTRA banyak fasilitas lainnya seperti ayunan, jungkat-jungkit dan perpustakaan, seakan lapangan sepak bola adalah menjadi pilihan wajib mereka untuk mengisi waktu bermain.

Sri Mulyani, pengurus RPTRA Shibi ingin memanggil pelatih sepak bola untuk mengajarkan anak-anak bermain bola. Hal ini dilakukan agar anak-anak tidak hanya bermain bola semata namun dapat lebih tersalurkan lagi hobi yg mereka miliki.
"Kita akan cari pelatih berdasarkan kelompok umur mereka, kemudian kita akan atur waktu untuk mereka (berlatih sepak bola)," kata Sri Mulyani.
Menurutnya, malam Sabtu dan malam Minggu adalah waktu paling favorit bagi anak-anak dalam bermain bola. Mereka bermain hingga malam hari meskipun tidak di dukung dengan lampu penerangan yang memadai.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya lampu, di RPTRA Shibi ini juga belum ada tiang gawang dan jaring. Hal itu sangat beralasan karena pada dasarnya lapangan yang digunakan adalah lapangan bulu tangkis. Namun, karena anak-anak lebih suka bermain bola, menjadikan lapangan bulu tangkis beralih fungsi menjadi lapangan bola. Tidak jarang banyak anak-anak yang menuntut untuk membelikan tiang gawang dan jaring.
"Bu, beliin gawang dong sama beliin jaring," ujar Mulyani ketika menirukan tuntutan anak-anak kepadanya.
Menurutnya, anak-anak yang bermain memanfaatkan sendal atau batu untuk menjadi tiang gawang. Meskipun dalam kondisi terik di bawah sinar matahari, anak-anak juga melepas sendal dalam bermain sepak bola. Sedangkan untuk bolanya anak-anak membawa bola masing-masing.
"Agar lebih nyaman aja," kata Nizam (9 tahun), salah satu anak yang bermain sepak bola di RPTRA Shibi.
ADVERTISEMENT
Melihat animo dari anak-anak yang begitu tinggi sehingga membuat Mulyani sampai pusing saat mengurus jadwal anak-anak bermain bola. "Sampai ada saatnya saya pusing tuh ngeliatnya ramai banget. Yaudah saya suruh main bareng aja gimanapun caranya yang penting tetap jaga sportif karena kalo ada yang berantem saya akan larang mereka untuk bermain lagi."
Bermain bola di RPTRA pun masih ada kendalanya. Dengan jarak RPTRA dengan rumah warga yang sangat dekat membuat ada kalanya bola yang dimainkan akan nyangkut di atap rumah warga. Hal ini yang menjadi perhatian Mulyani. Sebab, jika tidak di awasi anak-anak akan memanjat dan mengambil bola yang tersangkut di atas warga. Tentu hal tersebut menjadi bahaya.

"Sampai mereka tuh kalau bolanya nyangkut gitu di rumah orang sampai PR banget buat kita sampai kita teriakin jangan naik-naik (ke atap rumah)," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Emi dan Mulyani, adanya lapangan bola di RPTRA sangat memberikan dampak besar bagi anak-anak dalam bermain bola sehingga anak-anak tidak perlu lagi bermain di jalanan atau kebun yang sangat memiliki resiko tinggi bagi keselamatan mereka.