Konten dari Pengguna

Kina, Tanaman Berpotensi Obat COVID-19 di Kebun Raya Cibodas

Dwi Novia Puspitasari
Pranata Humas Penyelia, Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional
10 Oktober 2020 12:58 WIB
clock
Diperbarui 6 Mei 2024 10:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Novia Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tanaman Kina Yang Diduga Berpotensi Sebagai Obat COVID-19, di Kebun Raya Cibodas . (Foto: Trisno Utomo)
zoom-in-whitePerbesar
Tanaman Kina Yang Diduga Berpotensi Sebagai Obat COVID-19, di Kebun Raya Cibodas . (Foto: Trisno Utomo)
ADVERTISEMENT
Kina dinilai berpotensi sebagai obat COVID-19 dan saat ini sedang dilakukan uji klinis oleh Kemenristek. Tidak banyak yang tahu jika kina pernah ditanam di Kebun Raya Cibodas.
ADVERTISEMENT
Kebun Raya merupakan suatu instansi yang mengelola koleksi tumbuhan hidup yang terdokumentasi. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 93 Tahun 2011 Kebun Raya adalah kawasan konservasi tumbuhan secara ex situ yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik, atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.
Kebun Raya Cibodas adalah salah satu dari empat Kebun Raya yang berada di bawah pengelolaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kebun Raya Cibodas terletak tepat di bawah kaki Gunung Gede Pangrango sehingga memiliki kondisi suhu yang dingin dengan ketinggian 1300-1425 mdpl. Luas Kebun Raya Cibodas sekitar 86 Ha dengan suhu rata-rata 23 derajat celcius per tahun. Kebun Raya Cibodas sendiri berdiri pada tanggal 11 April 1852 oleh Johannes Elias Teijsmann yang ditandai dengan penanaman pohon kina.
ADVERTISEMENT
Kina merupakan tumbuhan obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit malaria. Nah sejalan dengan waktu kina sendiri tidak dapat tumbuh dengan baik di Cibodas karena suhu yang terlalu dingin, sehingga oleh Jonghunn di pindahkan ke daerah Pengalengan Ciwidey Bandung. Saat ini kina dapat tumbuh dengan baik di daerah tersebut dan sudah menjadi komoditas ekonomi bagi masyarakat Ciwidey.
Klorokuin dan Kandungan Senyawa Dalam Kina
Pandemi COVID-19 di Indonesia sudah berjalan tujuh bulan lebih dan banyak memakan korban baik dari masyarakat sipil maupun tenaga kesehatan. COVID-19 tidak mengenal usia, pendidikan, pekerjaan maupun jabatan. Hampir semua kalangan dapat terkena virus ini. Dampak COVID-19 pun luar biasa terutama berdampak terhadap laju perekonomian negara kita. Banyak masyarakat yang mengalami PHK, tempat usaha banyak yang tutup, dan lain sebagainya. Dampak tersebut dirasakan di berbagai aspek baik bidang social, ekonomi, pendidikan, budaya dan politik.
ADVERTISEMENT
Saat ini banyak instansi dan pihak yang sedang melakukan penelitian dan uji klinis mengenai obat COVID-19. Ada yang tumbuhan rempah-rempah, buah jambu biji, kayu putih (eucalypthus) dan lain sebagainya. Dan yang paling banyak jadi bahan pembicaraan pada waktu itu adalah pil kina.
Pada awal pandemi, publik banyak menyebut mengenai klorokuin fosfat yang konon dapat menyembuhkan COVID-19. Hingga akhirnya banyak beredar isu jika klorokuin sudah langka ditemukan di apotik-apotik karena banyak masyarakat yang membelinya. Hal ini dikarenakan masyarakat mulai resah dan takut terkena virus yang tak kasad mata tersebut. Berdasarkan hasil uji klinis di China, klourokuin fosfat tersebut memang ampuh untuk memepercepat penyembuhan pasien COVID-19 di China. Klorokuin sendiri sudah banyak diproduksi di Indonesia tetapi untuk bahan dasarnya tetap harus impor dari China dan India. Nah melihat situasi seperti ini tidak memungkinkan Indonesia mengimpor bahan dasar tersebut karena pasti Negara tersebut juga membutuhkannya untuk membantu penyembuhan warganya sendiri. Membuat obat baru pun tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu yang singkat karena harus melalui riset terlebih dahulu, mulai dari in vitro, in vivo, uji praklinik, uji klinik.
ADVERTISEMENT
Menurut Profesor Keri Lestari, guru besar yang juga Dekan Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran (Unpad), jika harus membuat obat baru memerlukan waktu yang cukup lama dan memerlukan riset yang mendalam. Sehingga salah satu langkah cepatnya adalah mencari obat-obat yang memiliki potensi terapi yang dapat diberikan terhadap pasien COVID-19 misalnya pil kina yang selama ini digunakan untuk mengobati penyakit malaria.
Keri menyampaikan jika kina mengandung senyawa kuinin sulfat yang mempunyai base structure yang mirip dengan klorokuin fosfat. Jika peneliti China dapat menemukan uji klinis bahwa klorokuin fosfat itu mempunyai aktivitas yang bagus untuk penanganan coronavirus maka dapat diambil satu kesetaraan bahwa adanya kesamaan mekanisme kerja di malaria yang memungkinkan adanya potensi kesamaan juga untuk kerja di penanganan COVID-19. Sehingga tidak ada salahnya jika kina bisa dijadikan alternatif untuk pengobatan pasien COVID-19. Saat ini kina sudah masuk dalam daftar obat yang sedang diuji oleh Kemenristek sebagai salah satu obat alternatif untuk pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Tanaman Kina di Kebun Raya Cibodas
Salah satu fungsi Kebun Raya Cibodas adalah sebagai lembaga konservasi ex-situ yaitu usaha pelestarian alam yang dilakukan di luar habitat aslinya. Salah satu tumbuhan yang di konservasi di Kebun Raya Cibodas adalah kina. Kina merupakan tanaman asli dari Bolivia dan tidak banyak orang yang tahu jika kina pertama dibawa ke Indonesia itu ditanamnya di Kebun Raya Cibodas. Kina pertama kali di bawa oleh Johannes Elias Teijsmann, seorang kebangsaan Belanda yang sekaligus peneliti di Kebun Raya Bogor.
Kina mulai di tanam di Kebun Raya Cibodas karena Cibodas dianggap memiliki kesamaan suhu seperti di habitat aslinya. Sampai akhirnya kina di bawa oleh Junghuhn ke daerah Pengalengan Lembang Bandung karena di Cibodas kina tidak dapat tumbuh dengan bagus. Di sini mulailah dikembangkan perkebunan kina sampai berdirilah pabrik kina yang bernama “Bandoengsche Kinine Fabriek N.V” pada 28 Juli 1896. Pabrik rancangan arsitek Gnelig Mijling A.W., ini terletak di batas barat Bandung dan merupakan industri paling tua di Kota Kembang. Sampai pada akhirnya, pada abad ke-20, Pulau Jawa menjadi terkenal karena menghasilkan lebih dari 90 persen produksi kina dunia.
ADVERTISEMENT
Saat ini masih ada beberapa pohon kina yang dikoleksikan di Kebun Raya Cibodas. Jika memang nanti kina bisa menjadi alternatif obat COVID-19 maka akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kebun Raya Cibodas karena cikal bakal penyebaran kina di Indonesia itu di Kebun Raya Cibodas.
Potensi Kina sebagai Obat COVID-19
Saat ini kita masih menunggu uji klinis pil kina yang dilakukan oleh Kemenristek. Semoga kina bisa menjadi salah satu alternatif yang dapat menyembuhkan penyakit covid-19. Dengan demikian kita tidak susah payah lagi untuk mencari bahan dasarnya karena sudah tersedia di Jawa Barat. Semoga kita akan menjadi negara yang dapat memproduksi obat covid-19 tanpa harus mengimpor dari negara lain. Bahkan diharapkan kita dapat mengekspor obat tersebut ke negara lain.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian perekonomian Indonesia akan semakin membaik, kesejahteraan masyarakat juga akan mulai normal kembali dan kesehatan masyarakat Indonesia akan terjamin dengan baik. Tidak akan ada lagi masyarakat yang kehilangan ,mata pencahariannya karena pandemi, tidak akan ada anak yang kehilangan orang tuanya, tidak akan ada lagi anak belajar di rumah, tidak akan ada anak yang meninggal karena di bunuh orang tuanya, dan tidak akan lagi ada krimilatitas di mana-mana. Yang ada adalah kesejahteraan rakyat dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Yakinlah Indonesia pasti bisa bangkit dan melalui semua ini dengan baik.