Pemandu Wisata, Profesi Yang Menyenangkan

Dwi Novia Puspitasari
Pranata Humas Penyelia, Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Konten dari Pengguna
20 Maret 2021 10:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Novia Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan Pemanduan di Kebun Raya Cibodas
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Pemanduan di Kebun Raya Cibodas
ADVERTISEMENT
Pemandu merupakan pekerjaan yang membutuhkan kesabaran, keikhlasan dan ketenangan. Menurut saya pemandu wisata adalah suatu profesi yang sangat menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pemandu adalah penunjuk jalan (di hutan), orang yang memandu sesuatu (dalam diskusi dan sebagainya). Menurut Oka. A. Yoeti, pramuwisata adalah seorang yang memberi penerangan, penjelasan serta petunjuk kepada wisatawan tentang segala sesuatu yang hendak dilihat dan disaksikan bilamana mereka berkunjung pada suatu obyek, tempat atau daerah tertentu. Saya adalah seorang ASN yang bekerja di salah satu lembaga yang memiliki fungsi untuk konservasi, penelitian, pendidikan dan wisata yaitu Kebun Raya Cibodas.
Saat penerimaan CPNS saya ditempatkan sebagai pemandu wisata di Kebun Raya Cibodas. Pertama kali saya menginjakkan kaki ke Kebun Raya Cibodas adalah saat orientasi CPNS tahun 2007. Saat itu saya sedikit terkejut dengan keindahan Kebun Raya Cibodas. Satu hal yang terbesit dipikiran saya saat itu adalah cara yang cepat untuk mempelajari beribu jenis tumbuhan yang ada di Kebun Raya Cibodas, sedangkan latar belakang pendidikan saya bukan dari biologi, kehutanan maupun pertanian tetapi kepariwisataan. Namun saya tetap optimis. Awal tahun 2008 saya mulai aktif bekerja. Saat itu saya mulai belajar mengenai tumbuhan, belajar cara komunikasi yang baik, dan mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan tugas saya.
ADVERTISEMENT
Pada awalnya memang tidak mudah menjalani profesi ini. Karena materi yang dipelajari adalah materi yang khusus yaitu mengenai tumbuhan. Tak pelak jika kami disebut sebagai pemandu wisata khusus (pemandu ekowisata). Membutuhkan waktu yang cukup lama juga untuk mempelajari materinya. Akhirnya setelah lebih dari enam bulan saya belajar mengenai Kebun Raya Cibodas, saya mulai dipercaya untuk membawa tamu secara mandiri. Secara bertahap saya mulai memandu anak-anak sekolah mulai dari tingkat TK hingga perguruan tinggi. Setelah itu beranjak membawa tamu dari komunitas tertentu, keluarga, bahkan sampai tamu negara.
Memandu bagi saya suatu hal yang menyenangkan. Saya dapat mengetahui berbagai karakter peserta, melatih kesabaran saya, mengasah kemampuan saya baik materi yang saya bawakan maupun cara komunikasi saya. Saya juga dapat merasakan kesedihan saat peserta yang saya pandu masa bodoh dengan apa yang saya sampaikan, dan rasa bersalah yang menghantui saat saya tidak bisa menjawab pertanyaan. Namun semua itu tetap membutuhkan kesabaran dan ketenangan diri. Bagi saya seorang pemandu itu boleh salah tetapi tidak boleh bohong. Oleh karena itu saat ada yang bertanya dan saya tidak bisa menjawab maka saya akan jujur kepada mereka. Saya akan meminta waktu untuk mencari jawabannya dan meminta nomor kontak mereka untuk secepatnya menyampaikan jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Memandu itu membutuhkan kesabaran yang luar biasa, apalagi yang dipandunya adalah anak-anak sekolah. Saya harus menyiapkan mental saat peserta yang saya bawa itu acuh dan masa bodoh dengan apa yang saya sampaikan terlebih saat memandu siswa SMP dan SMA. Mereka asyik dengan dunia mereka sendiri. Suka foto-foto sendiri dan bahkan tidak memperhatikan apa yang saya jelaskan. Nah di situ diperlukan kesabaran dan cara agar mereka bisa fokus terhadap apa yang saya sampaikan. Biasanya saya mengajak mereka terjun langsung untuk meremas daun dan membaui bunga yang saya temukan diperjalanan. Selain itu saya harus menyiapkan beberapa permainan agar suasana menjadi cair, enak dan tidak membosankan.
ADVERTISEMENT
Hal itu pun berbeda jika pesertanya adalah anak TK. Ujian kesabaran saya justru mengenai materi yang akan saya sampaikan. Saya harus mencari kata-kata yang mudah untuk mereka pahami. Apalagi anak TK memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi, aktif dan energik, daya imajinasinya cukup besar, memiliki semangat belajar yang cukup besar tetapi daya konsentrasi yang masih rendah. Sehingga saya harus mencari cara agar mereka mudah mengerti dengan apa yang saya sampaikan. Selain itu saya harus sigap saat mereka lelah, ingin ke kamar mandi, lapar, haus dan sebagaianya. Saya harus lebih sabar menghadapi mereka. Saya menyiasatinya dengan mengajak mereka jalan sambil bernyanyi, menyelipkan permainan di sela-sela perjalanan, dan menyentuh langsung bagian tumbuhan seperti daun, bunga, batang dan buah. Beberapa hal tersebut dapat megalihkan rasa lelah mereka.
ADVERTISEMENT
Lain halnya jika saya memandu mahasiswa dan peserta umum seperti dari komunitas atau instansi tertentu, perusahaan maupun keluarga. Rasanya lebih santai jika dibandingkan dengan memandu anak sekolah. Kesulitan yang saya hadapi saat memandu mahasiswa adalah mengenai materi. Materinya akan lebih spesifik seperti mengenai taksonomi tumbuhan, morfologi, dan sebagainya. Selebihnya sih santai saja dan lebih banyak saling bertukar pikiran. Peserta pemandu umum justru lebih enak dan santai karena mereka hanya membutuhkan seorang pemandu untuk menunjukkan arah dan jalan menuju lokasi tertentu yang menarik untuk foto bersama dan selfie.
Pengalaman yang paling menegangkan adalah saat saya membawa tamu negara. Selain membutuhkan persiapan lebih lama juga ada protokoler yang harus kita patuhi sehingga muncul rasa takut dan tegang. Grogi itu pasti dan bahkan kadang kala materi yang mudah dan sudah hafal di luar kepala tiba-tiba lupa dan menghilang dengan sendirinya. Itu juga pengalaman yang pernah saya alami. Ketegangan membuat saya merasa kurang percaya diri. Menurut saya membawa tamu negara lebih sulit dibandingkan tamu lainnya. Cara komunikasinya pun tentunya berbeda. Tantangannya lebih besar karena saya harus bisa menciptakan komunikasi dua arah. Nah biasanya saya akan mencari tahu terlebih dahulu mengenai tamu yang akan saya pandu. Bagaimana beliau sehari-harinya, kira-kira suka tanaman atau tidak, suka selfie atau tidak dan kebiasaan beliau lainnya. Hal tersebut dapat membantu saya dalam mempersiapkan materi dan strategi komunikasi yang akan saya gunakan agar tercipta komunikasi dua arah. Karena menurut saya keberhasilan kegiatan pemanduan yang saya lakukan akan terlihat saat tamu saya memberikan feed back yang positif saat saya berkomunikasi dengan mereka. Saat komunikasi dua arah terjadi maka saya lebih merasa santai, tidak ada beban dan menjelaskan materinya pun mengalir begitu saja. Tetapi sebaliknya jika hanya saya saja yang berbicara dan tidak ada feed back maka saya merasa pemanduan yang saya lakukan kurang berhasil. Saya pernah merasakan hal tersebut dan saya mencari tahu kira-kira apa yang kurang dari proses pemanduan yang saya lakukan. Mungkin cara saya dalam berkomunikasi kurang tepat atau materinya terlalu monoton atau mungkin saya yang kurang peka terhadap tamu yang saya bawa. Nah pengalaman buruk tersebut justru membuat saya lebih tertantang untuk terus mencoba dan terus belajar serta memperbaiki kemungkinan kekurangan yang saya miliki.
ADVERTISEMENT
Suka duka pun saya rasakan selama menjadi pemandu wisata di Kebun Raya Cibodas. Dukanya menurut saya hanya satu yaitu saat tamu yang saya pandu tidak memberikan respon terhadap komunikasi yang saya bangun. Sukanya justru lebih banyak yaitu saya bisa bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakternya, tambah teman, tambah keluarga, tambah relasi dan tambah tali silaturahmi. Bahkan ada beberapa tamu yang tadinya pernah saya pandu, saat berkunjung kembali ke Cibodas meminta saya yang memandunya. Mereka justru tidak mau jika dipandu oleh orang lain selain saya. Nah di situ saya merasa bangga karena saya dapat dipercaya oleh tamu saya. Tetapi di sisi lain juga saya merasa sungkan dan kurang enak dengan teman seprofesi saya. Saya bangga bukan berarti saya “jumawa” karena menurut saya ilmu dan pelayanan yang saya berikan jauh dari sempurna. Kesalahan demi kesalahan itu justru menuntun saya untuk terus belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Prinsip saya saat memandu adalah bagaimana saya dapat memberikan pelayanan terbaik bagi mereka dan bukan apa yang saya dapatkan dari mereka. Saat kita menjalaninya dengan ikhlas dan dengan niat baik maka hasilnya pun akan baik.
ADVERTISEMENT