news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Perjalanan Panjang Menjadi ASN (Part 2): Akan Aku Buktikan Bahwa Aku Bisa

Dwi Novia Puspitasari
Pranata Humas Penyelia, Biro Komunikasi Publik, Umum dan Kesekretariatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional
Konten dari Pengguna
23 April 2021 11:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Novia Puspitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perjalanan Panjang Menjadi ASN (Part 2), Akan Aku Buktikan Bahwa Aku Bisa, Foto: Dokumentasi Kebun Raya Cibodas
zoom-in-whitePerbesar
Perjalanan Panjang Menjadi ASN (Part 2), Akan Aku Buktikan Bahwa Aku Bisa, Foto: Dokumentasi Kebun Raya Cibodas
ADVERTISEMENT
Lulus kuliah tidak langsung menghantarkan saya pada status ASN. Mencari pekerjaan pun tidak semudah yang saya bayangkan. Berbagai hambatan menghiasi perjalanan saya untuk menjadi ASN. Hanya saja tekad saya sudah kuat dan saya ingin membuktikan bahwa saya bisa menjadi ASN.
ADVERTISEMENT
Setelah acara wisuda saya pulang kampung dan seperti layaknya first graduate yang lainnya, saya pun mencari lowongan pekerjaan melalui kantor pos maupun koran. Hampir setiap hari saya membeli koran di terminal. Ratusan lamaran pekerjaan pun sudah saya kirimkan tetapi hasilnya masih nihil. Putus asa? Pasti, karena hampir 3 bulan diam di rumah dengan aktivitas yang monoton.
Lamaran pekerjaan tidak ada yang tembus tetapi justru ada lamaran datang ke rumah untuk meminang saya sebagai istri. Ada tetangga yang melamar saya (orangnya berbeda dengan waktu dulu saya lulus SMA) hanya saja saya tetap pada pendirian saya untuk bekerja dulu. Maklum anak baru lulus kuliah jadi masih memiliki idealisme yang tinggi.
Setelah kejadian itu beberapa hari kemudian saya meminta izin kepada ibu untuk mencari kerja ke Yogyakarta. Ibu pun mendukung keputusan itu karena ibu juga belum rela jika saya menikah. Selain itu selama saya di rumah banyak tetangga yang bilang “buat apa kuliah tinggi-tinggi jika tetap tidak mendapat pekerjaan, toh nanti juga akhirnya akan menjadi ibu rumah tangga juga”. Gunjingan itu yang membuat saya bertekad membuktikan kepada mereka bahwa saya bisa.
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta saya kos di tempat yang sama sewaktu saya kuliah dulu. Kebetulan juga saat itu ada teman kos yang menawarkan pekerjaan kepada saya sebagai penjaga toko parfum. Tanpa berpikir panjang, saya pun menerima tawaran tersebut. Gaji saya waktu sebesar tiga ratus ribu sebulan dengan jam kerja dari jam delapan pagi hingga jam delapan malam.
Jika dihitung, gaji tersebut tidak cukup buat makan dan bayar kos. Hanya karena ingin cepat bekerja maka saya terima saja pekerjaan itu. Jarak antara kos dengan tempat kerja saya lumayan jauh sekitar 1 jam dan saya tempuh dengan naik sepeda milik teman saya.
Hari berganti hari dan saya mulai menikmati pekerjaan saya. Tiap hari saya bergelut dengan tiga puluh lebih jenis parfum hingga saya hafal parfum yang orang lain gunakan. Berbagai ujian pun datang silih berganti. Ejekan mengenai pekerjaan saya pun mulai berdatangan.
ADVERTISEMENT
Ada yang bilang “Mbak lulusan D3 kok kerja jadi pelayan toko, anak lulus SLTP pun bisa mbak, jadi buat apa kuliah tinggi-tinggi jika hanya jadi pelayan toko”. Saya menanggapinya dengan senyuman saja walaupun dalam hati terasa sakit.
Bahkan yang lebih menyakitkan lagi saat kalimat tersebut terucap oleh teman dekat saya alias pacar. Hati saya rasanya tercabik-cabik dan hancur. Pacar yang seharusnya mendukung dan memotivasi saya justru malah membuat saya menjadi lebih terpuruk. Dia justru membandingkan saya dengan temannya yang lulus SMA bisa menjadi ASN.
Tidak hanya itu saja, orang tua pacar saya tidak merestui hubungan kami. Kebetulan saat itu pacar saya sudah mapan. Mereka masih percaya dengan adanya primbon Jawa dan mereka menyampaikan bahwa jika saya menikah sama anak mereka maka rezeki kami tidak akan bagus. Saya hanya diam dan pasrah menerima keputusan tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat saya menceritakan ke ibu saya justru ibu kaget, menangis sambil memeluk saya. Beliau saat itu berkata “Nduk tak dongake mengko awakmu iso dadi PNS (Nak aku doakan nanti kamu bisa jadi PNS)”. Saat itu juga hati saya hancur dan dalam hati saya berkata “Lihat saja suatu saat nanti akan aku buktikan bahwa aku juga bisa menjadi ASN”.
Tidak terasa enam bulan lebih sudah saya bekerja menjadi pelayan toko parfum. Selama itu juga saya sering prihatin, puasa dan menahan lapar dikarenakan gaji yang seadanya. Pernah juga saya mengalami tidak memiliki uang sama sekali. Tetapi saya hadapi dengan senyuman. Saya sering makan nasi bungkus berdua dengan sahabat saya.
Kami selalu berbagi satu sama lain baik dalam suka maupun duka. Saya justru banyak belajar dari dia. Selama ini dia bekerja keras untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Saya lihat dia sangat kuat dan tidak mudah menyerah. Kami juga sering berjualan slyer bersama saat Sunday morning di sekitar Graha Saba Pramana UGM. Sunday morning itu seperti bazar atau pasar kaget yang buka setiap hari Minggu. Hasil dari jualan itu kami gunakan untuk makan dan selebihnya buat tabungan dia.
ADVERTISEMENT
Pengalaman yang mengerikan adalah saat saya mendapatkan perlakuan yang tidak pantas dari orang yang tidak bertanggung jawab. Seperti biasa saya pulang kerja jam delapan malam. Saat melewati jalan sepi dan gelap tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang menghampiri saya dan meremas dada saya bagian kanan.
Saya kaget dan mencoba melakukan perlawanan dengan menepis tangan mereka. Saya hampir jatuh dan berteriak dengan keras. Alhamdulilah mereka langsung kabur. Sambil nangis saya melajukan sepeda saya dan saya masih bersyukur karena saya masih diberikan keselamatan oleh Allah. Saya mengalami trauma yang luar biasa. Sejak kejadian itu saya mengundurkan diri dari pekerjaan lama saya.
Kemudian saya melamar ke koperasi mahasiswa UGM. Alhamdulilah saya diterima sebagai pelayan toko di sana. Semenjak di KOPMA UGM saya sering pulang bareng dengan sahabat dan teman kerja saya. Jadi saya merasa terlindungi dan merasa sangat aman.
ADVERTISEMENT
Interaksi dengan teman-teman di KOPMA UGM sangat sering sehingga kami seperti keluarga. Bahkan gaji saya di KOPMA pun alhamdulilah cukup untuk kehidupan saya sehari-hari kadang justru saya sering mengambil lembur jadi ada tambahan. Nah semenjak di KOPMA banyak informasi yang saya dapatkan baik dari teman maupun dari konsumen yang berbelanja.
Jika sedang libur saya dan sahabat menghabiskan waktu di perpustakaan yang kebetulan berdekatan dengan tempat kerja. Maksud kami ke perpustakaan sebenarnya ingin mengakses internet gratis maklum gaji kami pas-pasan. Di situ saya dan sahabat mencari lowongan pekerjaan. Dari situlah saya mengetahui lowongan ASN di LIPI. Sahabat saya memotivasi saya untuk ikut mendaftar karena kebetulan salah satu posisi yang dibutuhkan sesuai dengan jurusan saya.
ADVERTISEMENT
Saya kemudian meminta izin kepada ibu saya secara langsung. Saya jelaskan bahwa ASN ini penempatannya nanti untuk di daerah Cianjur. Tanpa berpikir panjang, ibu langsung setuju dan merestui saya. Padahal kami sekeluarga sendiri belum pernah tahu Cianjur di mana bahkan ke Jakarta pun kami belum pernah. Hal ini dikarenakan rasa sakit hati ibu saya terhadap keluarga mantan pacar saya dulu. Ibu ternyata masih ingat betul kalimat yang mereka ucapkan kepada saya. Oleh karena itu ibu merestui jalan saya untuk mendaftar ASN tersebut.
Akhirnya saya mencoba mendaftar dan menyiapkan data-data digital yang diperlukan dengan dibantu oleh sahabat saya. Tahapan demi tahapan saya lalui. Di setiap tahapannya saya tidak lupa untuk selalu meminta doa restu dari ibu. Di saat libur kerja saya sempatkan pulang untuk meminta doa dari ibu dan pergi ziarah ke makam ayah saya. Karena saya yakin doa ibu adalah segala-galanya bagi saya.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menjadi ASN di LIPI di mulai. Saya mulai lolos seleksi administrasi dan saya masuk pada tahap tes tertulis yang dilaksanakan di Bogor. Saat itu saya bingung karena ke Jakarta saja saya belum pernah apalagi ke Bogor. Akhirnya ibu menghubungi saudara kami yang ada di Jakarta. Saya berangkat dari Yogyakarta dengan naik kereta (ini pertama kalinya juga saya naik kereta api) dan dijemput saudara saya di stasiun senin Jakarta. Setelah istirahat sebentar saya langsung diantar ke Bogor dengan naik kereta.
Sesampainya di Bogor kami bingung mencari lokasi ujiannya. Lagi-lagi dewa penolong datang dialah sahabat lama saya. Dia punya kenalan di Bogor kemudian dia yang menghubungkan saya dengan temannya tersebut. Kami pun akhirnya bertemu dan saya menginap di sebuah penginapan yang tidak jauh dari lokasi ujian. Dia juga yang mengantar saya ke tempat ujian dan mengantar saya juga mencarikan bus untuk pulang ke Yogyakarta. Oh iya saat itu saya masih kerja di KOPMA UGM dan setiap kali saya mau ujian saya selalu meminta izin kepada atasan. Kebetulan atasan saya baik jadi masalah perizinan tidak dipersulit.
ADVERTISEMENT
Tes tertulis berhasil saya lalui. Kemudian dilanjut dengan psikotes dan wawancara. Kebetulan lokasi ujiannya tidak jauh dari kontrakan saudara saya di Jakarta Selatan. Sehingga saat saya psikotes dan wawancara diantar sama saudara. Alhamdulilah saya lolos dan diterima di LIPI. Saat pengumuman terkahir saya mulai cemas. Saya selalu menghubungi ibu untuk mendoakan saya terus.
Pada saat saya membuka pengumuman di internet rasanya kaget dan tidak menyangka. Saya terharu dan langsung sujud syukur di tempat. Tidak lupa saya menghubungi ibu saya untuk menyampaikan berita bahagia itu. Ibu terdengar menangis dan bahagia. Setelah ada pengumuman tersebut saya kemudian mengundurkan diri dari KOPMA dan berpamitan dengan teman dan sahabat saya.
Mereka terharu dan bahagia karena melihat saya lolos menjadi ASN. Terutama sahabat lama saya. Dia bangga bisa melihat saya berhasil. Cerita sedikit mengenai sahabat saya bahwa saat ini dia telah menjadi dosen di Thailand. Dia kuliah hingga S3 dengan biaya dia sendiri dan itu yang membuat saya termotivasi hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saya mulai bekerja sebagai ASN di Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI mulai awal tahun 2008. Saat pertama ke Cibodas saya merasa terharu tetapi saya juga cemas karena saya masih menderita penyakit penjepitan syaraf tulang belakang. Jadi saya tidak akan bisa berjalan jauh padahal tugas saya adalah seorang pemandu. Setelah kegiatan orientasi saya pulang ke rumah. Badan saya panas dan sakit semua.
Nah di saat ini juga pertolongan Allah datang melalui tetangga saya. Pulang orientasi saya sakit dan meminta pijat sama tetangga. Tiba-tiba beliau bilang jika saya memiliki penjepitan syaraf tulang belakang dan jika ingin sembuh, dia akan memijat bagian yang sakit tersebut.
Saya setuju dan saat bagian punggung saya dipijat rasanya luar biasa sakitnya hingga saya menangis. Setelah itu badan saya rasanya enteng sekali. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi merasakan sakit dan nyeri punggung atau kaki. Bahkan saya sudah bisa beraktivitas berat seperti angkat galon dan beban yang berat, olahraga berat seperti voly dan jalan jauh. Semua itu juga berkat doa ibu saya yang tiada henti-hentinya.
ADVERTISEMENT
Jadi anugerah Allah SWT saat itu sungguh luar biasa bagi saya. Selain diterima sebagai ASN, saya juga diberikan kesembuhan oleh Allah SWT atas penyakit yang saya derita selama ini. Doa ibu juga yang menghantarkan saya menjadi seperti ini.
Jadi segala sesuatu yang kita lakukan tergantung niatnya. Jika niat kita baik pasti hasilnya akan baik. Niat awal saya menjadi ASN adalah untuk membahagiakan ibu saya. Jadi setiap langkah apa pun yang saya ambil pasti meminta doa restu ibu karena ibu adalah sosok yang luar biasa dan istimewa.
Hal tersebut dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “Dari Abu Hurairah, dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Rasul pun menjawab: ‘Ibumu’. ‘Lalu siapa lagi?’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ayahmu”.
ADVERTISEMENT
Nah, di dalam hadis tersebut ibu disebut sebanyak tiga kali karena ibu memiliki keistimewaan tersendiri dan telah melewati tiga kesulitan dalam hidup yaitu ketika mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Jadi selama kita masih memiliki ibu maka bahagiakanlah. Ingat penyesalan akan datang belakangan. Jangan sampai kita menyesal setelah kehilangan beliau.