Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Evolusi Teori Organisasi: Mengapa Teori Lama Tak Lagi Relevan di Dunia Baru?
6 Januari 2025 16:18 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dwi Novianti Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Evolusi Teori organisasi berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu administrasi semenjak abad ke 19. Namun sampai permulaan abad 20 masih ada yang meragukan ilmu administrasi sebagai ilmu pengetahuan. Objek dari ilmu administrasi adalah administrasi, dan fokus dari administrasi adalah teori organisasi. Teori organisasi menurut Stephen P.Robbins (1994) mempelajari struktur dan desain organisasi. Teori organisasi memberikan pengarahan bagaimana organisasi distruktur dan menawarkan bagaimana organisasi dapat dikonstruksi guna meningkatkan keefektifan organisasi. Teori organisasi menjadi dasar pandangan dan pola pikir ketika kita akan mengembangkan atau mendirikan sebuah organisasi. Ketika organisasi tempat anda bernaungan mengalami masalah atau kemandegan, maka anda memerlukan teori organisasi untuk mengatasinya.
ADVERTISEMENT
Teori organisasi berisi kajian sistematis tentang organisasi yang telah teruji kebenarannya yang terus mengalami perkembangan. Maka jika ditanya mengapa teori organisasi penting untuk dipelajari, maka jawabnya adalah untuk menyelesaikan masalah dalam organisasi atau membantu mengembangkan organisasi menjadi lebih baik.
Evolusi Teori Organisasi
Teori organisasi yang ada pada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah proses evolusi. Selama beberapa dekade akademisi dan praktisi dari berbagai latar belakang telah mengkaji organisasi-organisasi. Berbagai teori diperkenalkan, dievaluasi, dan di perbaiki dari waktu ke waktu. Organisasi sebagai suatu wadah tempat terjadinya berbagai aktivitas pada dasarnya terbagi dua dari tujuannya. Yaitu Private dan Publik. Meskipun keduanya memiliki perbedaan kajian, namun secara teoritis, evolusi teori yang terjadi pada kedua organisasi adalah sama. Berikut adalah evolusi teori organisasi:
ADVERTISEMENT
1. Teoritikus Tipe I (Teori Klasik)
Teori manajemen klasik dirumuskan oleh Praktisi (Taylor & Fayol) & Sosiolog (Weber). Hal-hal yang menjadi kata kunci mereka dalam mengemukakan teori ini ialah: efisiensi, rasionalitas, kontrol, pertentangan antara pemilik dan tenaga kerja.
a. Frederick Taylor dan Scientific Management
Pada awal abad ke-20, Frederick Taylor memperkenalkan manajemen ilmiah untuk meningkatkan efisiensi kerja. Ia mengusulkan 4 prinsip yaitu metode ilmiah untuk tugas, seleksi dan pelatihan pekerja, kerjasama manajemen dan buruh, serta pembagian tugas yang merata antara manajer dan pekerja. Meskipun dianggap tidak memanusiakan pekerja oleh aliran non-klasik, Taylor dianggap manusiawi oleh aliran klasik karena memberikan kompensasi layak bagi pekerja.
b. Henry Fayol dan Prinsip Organisasi
Taylor mengusulkan manajemen ilmiah untuk meningkatkan efisiensi, namun tidak memberikan solusi rinci tentang cara menjalankan organisasi. Henry Fayol memperjelas dengan mengemukakan prinsip-prinsip manajemen yang diterapkan untuk mengatur organisasi, dengan fokus pada manajemen tingkat atas, sementara Taylor lebih menekankan pada tingkat bawah yang dekat dengan pekerja.
ADVERTISEMENT
c. Max weber dan Birokrasi
Kontribusi yang ketiga yang dibuat oleh para teoritikus tipe 1 adalah struktur organisasi “tipe ideal”. Weber mengembangkan model struktur organisasi "birokrasi" sebagai sistem yang efisien, berdasarkan prinsip Rasional Legal. Birokrasi menekankan otoritas sah, pembagian kerja, hirarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi formal, peraturan rinci, dan hubungan impersonal.
d. Ralph C. Davis dan Perencanaan Rasional
Menurut Davis, struktur organisasi bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Manajemen merumuskan tujuan, yang kemudian menentukan struktur, wewenang, dan hubungan kerja. Tujuan utama perusahaan adalah memberikan nilai ekonomis melalui aktivitas anggotanya dalam menciptakan produk atau jasa. Tanpa nilai ekonomis, perusahaan tidak akan bertahan.
2. Teoritikus Tipe II (Teori Neo Klasik)
Teori neo klasik muncul pada tahun 1930, sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap teori klasik manajemen ilmiah yang menganggap manusia hanya sebagai mesin. Pada tahun 1930 terjadi resesi yang hebat di dunia, dimana pada saat itu, semangat kerja dan produktivitas kerja karyawan merosot tajam.
ADVERTISEMENT
a. Elton Mayo dan Kajian Hawthorne
Studi Hawthorne oleh Western Electric Company (1921–1927, dilanjutkan pada 1930) awalnya menilai pengaruh pencahayaan terhadap produktivitas kerja. Meski hipotesis awalnya menyatakan cahaya berperan, hasil menunjukkan faktor sosial dan psikologis seperti rasa diterima kelompok dan rasa aman lebih berpengaruh.
b. Chester Barnand dan Sistem Kerja Sama
Menyatukan pandangan tokoh organisasi klasik seperti Taylor, Fayol, dan Weber dengan hasil kajian Hawthorne bahwa organisasi adalah sebuah sistem kerjasama. Keseimbangan antara tugas dan manusia yang melaksanakannya penting untuk menciptakan sistem kerja efektif.
c. Douglas McGregor dan Teori X- Teori Y
Ada dua pandangan tentang manusia. Yaitu pada dasarnya bersifat negatif (X) dan bersifat positif (Y). Manusia kemudian menyesuaikan perilakunya sebagai pimpinan berdasarkan pada asumsi asumsi x dan y tersebut.
ADVERTISEMENT
1. Teori X berasumsi karyawan tidak suka pekerjaan, menghindari tanggung jawab, dan perlu dikendalikan.
2. Teori Y berasumsi karyawan menikmati pekerjaan, mandiri, dan kreatif.
Organisasi disarankan mengadopsi teori Y dengan manajer yang memotivasi dan mendorong kreativitas bawahan.
d. Warren Bennis dan Matinya Birokrasi
Menurut Bennis, organisasi ideal adalah adhocracy yang terdesentralisasi, demokratis, dan fleksibel, dengan pengaruh berbasis keahlian, bukan kekuasaan.
e. Teori kebutuhan Abraham Maslow
Teori kebutuhan Abraham Maslow atau Maslow's Need Hierarchy Theory menyatakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari berbagai macam, yaitu kebutuhan biologis dan psikologis, yang dapat berupa materiil maupun non materiil.
3. Teoritikus tipe III (Aliran kontingensi/modern)
Teori ini berusaha menyatukan antara teori klasik dan neo klasik. Menurut teori ini organisasi adalah sebuah sistem yang adaptif terhadap lingkungan organisasinya. Inti dari teori kontingensi ini ialah :
ADVERTISEMENT
1. Suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya.
2. Organisasi yang efektif adalah jika struktur organisasinya mampu menyesuaikan dengan karakteristik lingkungannya.
3. Adaptabilitas dan fleksibilitas dalam proses pengambilan keputusan.
Teori ini dikembangkan oleh beberapa ahli, seperti Katz dan Kahn, James Thompson, J. Woodward, serta Jay W. Lorsch & Paul R. Lawrence, memberikan penekanan pada hubungan antara organisasi dan lingkungan, serta pentingnya penyesuaian struktur organisasi dengan faktor-faktor eksternal.
4. Teoritikus Tipe IV (Teori Pasca Modern)
Pada teoritikus tipe 4, perspektif sosial diterapkan dalam kerangka sistem terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur organisasi bukanlah hasil dari upaya rasional para manajer untuk menciptakan struktur yang paling efektif, melainkan merupakan hasil dari pertarungan politis di antara berbagai koalisi dalam organisasi untuk memperoleh kontrol.
ADVERTISEMENT
a. Batas Kognitif Rasionalitas March dan Simon
March dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan rasional dan optimal, karena mereka berpendapat bahwa alternatif keputusan juga dapat memberikan kepuasan tersendiri. Model yang mereka kembangkan mengakui keterbatasan rasionalitas dalam pengambilan keputusan.
b. Pfeffer Sebagai Arena Politik
Berdasarkan karya Simon dan March, Pfeffer mengembangkan teori organisasi yang mencakup koalisi kekuasaan, konflik atas tujuan, dan keputusan desain organisasi yang lebih mengutamakan kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa.
Itulah gambaran perjalanan evolusi teori organisasi dan beragam pendekatan yang berkembang seiring waktu. Evolusi teori organisasi mencerminkan perubahan cara organisasi beroperasi dalam menghadapi tantangan baru. Teori-teori lama seperti manajemen ilmiah dan birokrasi, yang mengedepankan kontrol ketat dan struktur hierarkis, semakin tidak relevan di dunia yang dinamis. Teori organisasi yang lebih baru kini lebih efektif menjawab tantangan di era globalisasi dan teknologi. Dengan demikian, teori organisasi yang lebih baru lebih mampu menjawab tantangan organisasi di era globalisasi dan teknologi saat ini. (Dwi)
ADVERTISEMENT
Sumber Buku: Aromatica, D., & Sudrajat, A. R. (2021). Teori Organisasi: Konsep, Struktur & Aplikasi. CV. Amerta Media. ISBN: 978-623-6105-19-1.
Dwi Novianti Putri, Mahasiswa Manajemen Universitas Nusa Putra.