Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Sosok Ibu Kedua Bagiku
10 Juli 2021 20:20 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:01 WIB
Tulisan dari Dwi Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Aku dibesarkan oleh Ibu yang bukan mengandungku selama 9 bulan. Ia merupakan Kakak dari ayahku, ia yang merawatku setelah Ayahku meninggal karena sakit gagal ginjal. Bukan berarti Ibu kandungku tidak sayang kepadaku, Ibu kandungku kewalahan jika harus mengurus ketiga anaknya sendirian. Karena itu, aku dirawat oleh Kakak dari ayahku yang sering aku panggil “Ibu” dan aku menganggapnya sebagai Ibu kedua bagiku.
ADVERTISEMENT
Walaupun aku tidak dibesarkan oleh Ibu kandungku, kasih sayang yang Ibu berikan kepadaku sangat sempurna. Ibu sangat sabar merawat diriku yang cengeng ini, dia selalu sabar meredakan tangisanku ketika aku sedang ada masalah dan Ibu tempat terbaikku untuk bercerita. Ibu merupakan seorang guru di sebuah Paud, karena itu aku menghabiskan masa kanak-kanak tak lepas dari Ibu. Secara langsung Ibu mengajariku membaca, menulis, dan hal lainnya.
Ibu merupakan sosok yang tak kenal lelah, dia tidak mau sehari-harinya dihabiskan hanya dengan berdiam diri saja. Banyak kegiatan yang dia ikuti seperti mengajar, mengaji, senam pagi dan jika memang sedang tidak ada kegiatan di luar Ibu melakukan kegiatan apapun yang bisa dilakukan di rumah. Karena sangat sibuknya Ibu, aku pernah melontarkan pertanyaan kepadanya “Ibu nggak pernah tidur ya? ketika aku bangun pagi ibu sudah sibuk di dapur, ketika malam menjelang tidur ibu masih di sampingku menonton TV," ungkapku dengan nada polos. “Ibu tidur kok tapi kamu yang tidak melihatnya,” jawab Ibu sambil tersenyum tipis.
ADVERTISEMENT
Ibu tidak ingin aku tumbuh menjadi orang yang manja, Ibu ingin aku bisa menjadi orang yang mandiri dan bertanggung jawab. Karenanya, aku dituntut untuk melakukan beberapa hal sendiri tanpa bantuan orang lain, terkadang aku merasa sangat tidak suka dengan hal itu, rasanya seperti Ibu tidak peduli padaku. Padahal memang itu cara Ibu untuk membuatku menjadi seseorang yang mandiri.
Tak lupa juga bagaimana cara Ibu mengajarkanku untuk bertanggung jawab. Contoh sederhana yang Ibu biasakan kepadaku adalah ketika sehabis makan Ibu tidak memperbolehkan menumpuk piring kotor, piring yang aku pakai harus segera dicuci. Ibu pernah berkata “Piring yang kamu pakai merupakan tanggung jawabmu, setelah menggunakannya jangan dibiarkan kotor, cuci segera, dan kembalikan seperti semula”. Dan hal itu menjadi salah satu kebiasaanku ketika sehabis makan.
ADVERTISEMENT
Ibu benar-benar menjagaku seperti anak kandungnya, dia tidak pernah mengabaikanku sedikitpun. Ketika aku bermain sampai larut malam Ibu selalu menghubungiku untuk segera kembali ke rumah. Di jam yang seharusnya Ibu beristirahat Ibu selalu menungguku sampai aku benar-benar sampai rumah dengan selamat. Namun, aku selalu membuatnya khawatir dengan mengulangi kebiasaanku yang selalu pulang malam.
Aku ingin membalas semua jasa-jasa yang telah Ibu berikan untukku, belum sempat aku membalasnya Ibu telah pergi ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Aku sangat sedih ketika mendengar Ibu terpapar virus Covid-19, aku yakin Ibu bisa sembuh namun kenyataannya Tuhan lebih sayang Ibu. Terima kasih Ibu telah merawatku dengan baik, terima kasih sudah menjadi sosok Ibu yang sangat baik untukku, dan terima kasih telah memberiku banyak hal yang berharga. Aku sayang Ibu.
ADVERTISEMENT