Inovasi Tata Kelola Sampah ala Siti Salamah dengan Waste Solution Hub

Dwi P Sugiarti
Saya seorang Ibu rumah tangga. Pekerjaan saya adalah seorang freelance blogger
Konten dari Pengguna
26 Desember 2022 17:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi P Sugiarti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah salah satu negara besar dengan jumlah penduduk yang tinggi. Hal ini juga turut sejalan dengan tingginya jumlah sampah yang dihasilkan di negeri ini. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa produksi sampah nasional mencapai 175.000 ton per hari. Artinya, jika dibagi dengan jumlah penduduk Indonesia, rata-rata satu orang penduduk Indonesia menyumbang sampah sebanyak 0.7 kg per hari. Bahkan KLHK juga mencatat bahwa 37,3% sampah di Indonesia berasal dari aktivitas rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Beruntung, warga di kota-kota besar seperti Jakarta dan Tangerang tak perlu repot membuang sampah sendiri karena sudah ada petugas sampah yang membawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Meski demikian, tumpukan sampah ini turut menjadi sumber pendapatan bagi ribuan pemulung di negeri ini. Para pemulung ini mengais rezeki demi bisa tetap makan dan menyambung hidup.
Kegiatan pilah sampah di Lapak Pemulung (Foto : Instagram wastehub.id)
Tak jarang kita jumpai pemandangan perempuan, anak-anak hingga lansia yang bekerja sebagai pemulung. Melihat pemandangan tersebut pastinya kita merasa iba. Di sisi lain, tak banyak dari kita yang tergerak untuk melakukan aksi nyata dengan membantu dan memerhatikan kesejahteraan mereka.
Namun hal ini berbeda dengan Siti Salamah. Perempuan berusia 36 tahun ini punya visi besar untuk mengubah nasib para pemulung di kota Tangerang, Banten. Memulai karier sejak 2015 dengan mendirikan Taman Maghrib Mengaji —kemudian menjadi Rumah Pohon—Siti membantu anak pemulung mendapatkan pendidikan non-formal sekaligus spiritual yang berdampak baik pada karakter mereka.
ADVERTISEMENT
Tak hanya fokus mendidik anak-anak, Siti juga turut melakukan upaya pemberdayaan ekonomi pada para keluarga pemulung untuk meningkatkan taraf hidup mereka.

Kelahiran WasteHub

Persoalan sampah memang masih menjadi PR besar di negeri ini. Di Jakarta misalnya, 7800 ton sampah dihasilkan setiap hari di Jakarta. Di sisi lain, ribuan pemulung yang menggantungkan hidup mereka dari memilah sampah justru masih belum menjadi perhatian dan hidup dalam kesedihan yang luar biasa.
Dua tahun berjuang sendirian, Siti akhirnya bertemu dengan Ranitya Nurlita (Lita) dalam sebuah kegiatan bertema United in Diversity pada 2017 silam. Sebuah pertemuan yang kelak melahirkan kolaborasi yang berbuah solusi. Siti telah aktif memberdayakan para pemulung, sedangkan Lita memiliki concern pada isu lingkungan dan sampah. Keduanya punya mimpi yang sama untuk membangun tata kelola sampah yang memadai.
ADVERTISEMENT
Tak butuh waktu lama untuk keduanya merealisasikannya. Setelah pulang dari Amerika untuk program pertukaran pemuda pada tahun 2018, Lita akhirnya mengajak Siti dan rekannya yang lain, Yusuf untuk mendirikan Waste Solution Hub (WasteHub).
WasteHub adalah sebuah inovasi bisnis sosial (sociopreneur) yang berfokus pada pengelolaan sampah dan ekonomi sirkular di daerah urban, dengan pendekatan sistem teknologi yang terintegrasi dan melibatkan multi pihak.
Saat ini, ada empat pelayanan yang menjadi fokus WasteHub antara lain
ADVERTISEMENT
Tiga tahun berjalan, WasteHub telah mengedukasi lebih dari 23.247 pengunjung, menangani lebih dari 10 proyek, memiliki lebih dari 60 orang relawan, mengelola 2.437,17 kg sampah, memberdayakan lebih dari 1.222 pemulung serta mendistribusikan 3.066 paket sembako untuk pemulung.

Tantangan Dan Harapan Besar WasteHub

Perjalanan WasteHub tentunya tak lepas dari ragam hambatan dan tantangan. Masa-masa awal pendiriannya, WasteHub mengawali perjalanannya dengan menggunakan dana urunan pribadi tim. Namun, perlahan tapi pasti, Waste Hub mulai memperoleh profit melalui berbagai lomba dan juga penjualan jasa waste management service event. Meski profit yang diperoleh baru sebatas untuk memutar uang operasional.
Tantangan lain socioprenuer pemula seperti Waste Hub ada pada manajemen SDM. Anggota tim masih bekerja dengan dasar voluntary. Mereka memiliki pekerjaan tetap sehingga baru bisa menangani pekerjaan untuk Waste Hub setelah pulang kerja atau saat weekend.
ADVERTISEMENT
Namun Waste Hub ingin mengembangkan sistem teknologi yang terintegrasi dengan Internet of Things (IoT) dan blockchain dalam melakukan pengelolaan sampah. Sehingga dapat mengurai permasalahan sampah secara realtime dan transparan. Selain itu Waste Hub ingin bisa mengelola sampah organik dengan permaculture sehingga dapat memanfaatkan semua yang dibuang menjadi sesuatu yang bernilai.
Dengan mengolah sampah organik maka akan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA sampai lebih dari 70 persen. Sampah-sampah organik bisa diolah kembali menjadi pupuk kompos, pakan ternak, bahkan biogas untuk memasak sedangkan sampah anorganik dapat didaur ulang untuk dijadikan barang yang lebih bernilai tinggi.

Referensi :
https://www.bundatraveler.com/pemulung-waste-solution-hub/
E-book SIA 2021
https://wastehub.id/
https://kejarmimpi.id/ngeri-tumpukan-sampah-di-indonesia-bisa-menyaingi-tinggi-candi-borobudur-90.html