Peran Generasi Milenial Terhadap Agama dan Dakwah

Dwi Safira
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
17 Desember 2020 8:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Safira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oleh: Dwi Safira, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam generasi milenial saat ini banyak menyita perhatian semua kalangan, baik anak-anak, remaja, hingga orang tua. Generasi milenial sering sekali menjadi perbincangan dalam segala aspek, baik dari segi pendidikan, sosial, budaya, norma-norma, bahkan terhadap penggunaan teknologi yang kini semakin canggih. Hal ini dikarenakan banyak perubahan yang terjadi terhadap cara hidup yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Generasi milenial dianggap sebagai pembawa nilai-nilai negatif karena berkaitannya dengan budaya luar atau budaya kebarat-baratan. Generasi milenial sangat terbuka dengan teknologi. Contohnya setiap orang atau para remaja pasti mempunyai gadget dengan segala fitur yang ditawarkan. Instagram, youtube, twitter, wattpad, facebook, tiktok, whatsapp dan masih banyak lagi merupakan media yang paling banyak digunakan oleh generasi milenial. Bersumber dari Amir, Jusuf Fisal dalam bukunya yang berjudul Gema Insani Pers bahwa “generasi milenial sangat memiliki potensi yang banyak dan menguntungkan bagi kemajuan Bangsa dan Negara.”
ADVERTISEMENT
“Hari ini, mungkin sebagian karena banyak dari kita menghabiskan begitu banyak waktu secara online, kita lebih mungkin memahami partisipasi religius kita sebagai agen bebas yang dapat bermain-main dengan sejumlah gagasan religius sebelum kita memutuskan bagaimana kita ingin hidup,” kata McClure.
Media sosial jika dimanfaatkan secara bijak maka banyak keuntungan yang dapat diperoleh bagi penggunanya. Di era serba digital saat ini sangat dipermudah dalam proses komunikasi. Komunikasi saat ini tidak lagi tegantung kepada jarak tempuh dan waktu, lain halnya seperti dahulu tidak ada yang namanya smarthphone, mereka menggunakan tulisan yang dikirim ke kantor pos untuk saling berkomunikasi jarak jauh, itulah perkembangan yang terjadi pada generasi terdahulu dan sekarang. Selain dampak negatif yang ditimbulkan, media sosial juga bisa dijadikan media pembelajaran, seperti sekarang ini yang kita mahasiswa/i dituntut untuk menggunakan media sosial pembelajaran seperti google classroom, zoom meeting, edmodo, google meet dan lainnya. Dengan aplikasi-aplikasi tersebut kita dapat melaksanakan pembelajaran secara online atau daring agar terciptanya pembelajaran yang efektif.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, penggunaan media sosial yang hampir 24 jam dinikmati tidak hanya menyuguhkan informasi yang akurat. Banyak modus-modus kejahatan dalam media sosial, penipuan, penyebaran informasi yang bohong (hoaks), video-video yang tidak pantas dan tidak layak ditonton, dan masih banyak lagi segala kejahatan yang terdapat di media sosial.
Nilai-nilai sosial yang dulu sangat dihargai, dielu-elukan seakan sudah hilang entah kemana. Adat Istiadat yang menjadi ciri khas seakan telah ditinggalkan oleh masyarakat muda. Mereka lebih mengedepankan sikap egoisme dan rasionalisme dalam menyikapi sesuatu hal. Ketika yang mereka inginkan tidak tersampaikan maka emosi akan mencuat, kemarahan, makian, hujatan, dan segala macam yang mereka lakukan. Tidak pahamnnya generasi milenial terhadap nilai-nilai yang ada dalam islam mengakibatkannya lari dari kebenaran yang sebenarnya, akan tersesat dan terbawa oleh pengaruh luar.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pengaruh negatif yang mendominasi generasi milenial ada sisi positif dibalik itu. Generasi milenial menganggap kemajuan yang terjadi saat ini harus dimanfaatkan secara optimal, kecanggihan dalam teknologi, transportasi, kemajuan taraf hidup yang kini meningkat. Misalnya, pekerjaan yang dahulu dilakukan dalam hitungan jam, hari, bahkan minggu, saat ini sudah bisa dilakukan dalam hitungan menit. Hal ini menjadi kebanggaan bagi generasi milenial yang sangat menikmati kecanggihan yang ada saat ini.
Dampak positif dan negatif dari kemajuan dunia saat ini menjadi boomerang aktif disemua sisi-sisinya. Ketika kemajuan dianggap sebagai kiblat bagi generasi milenial. Tidak pahamnnya generasi milenial terhadap nilai-nilai ajaran dalam Islam mengakibatkannya terjatuhnya kedalam ajaran yang menyimpang dan tidak sesuai dengan islam ajarkan.
ADVERTISEMENT
Sumber radarmalang.id
Bagaimana peran generasi milenial terhadap agama dan dakwah?
Dalam hal ini ternyata peran generasi milenial sangat berpengaruh terhadap hal agama dan dakwah. Seperti munculnya komunitas dakwah Islam generasi milenial juga menjadi solusi dalam hal dakwah. Di dalam dakwah terdapat jalan atau cara yang dipakai untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Saat menyampaikan pesan dakwah kepada generasi milenial ini sangat berperan penting, misalnya walaupun baik tetapi disampaikan lewat metode yang tidak benar pesan itu bisa saja ditolak oleh penerima pesan. Sedangkan materi dakwah agama yang dimaksudkan adalah masalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i kepada anak yang berusia remaja khususnya generasi milenial saat ini. Materi yang disampaikan adalah yang bersumber dari Al- quran dan Hadis yang hendaknya membawa para remaja agar mencintai Islam. Tuntutan zaman yang mendominasi remaja saat ini sangat dominan. Oleh karena itu, materi yang disusun juga harus sesuai dengan perkembangan zaman yang ada saat ini. Materi yang di persiapkan dan hendaknya mudah dicerna, generasi milenial khususnya para remaja mempunyai bahasa sendiri dalam bahasa sehari-hari, bahkan kadangkala harus menggunakan bahasa anak gaul atau LG ( lu, gua).
ADVERTISEMENT
Sebagai upaya dalam memberikan solusi Islam terhadap berbagai problem kehidupan generasi milenial, dakwah dijelaskan dengan definisi yang dikemukakan oleh Syekh al-Baby al-Khuli bahwa upaya memindahkan manusia dari suatu situasi ke situasi yang lebih baik. Pemindahan situasi ini mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, pemindahan dari situasi kebodohan kepada situasi keilmuan, dari keterbelakangan menjadi kemajuan, dan sebangainya. Untuk mengatasi problematika tersebut maka diperlukan suatu metode dakwah untuk meminimalisir problematika tersebut. Untuk itu dakwah haruslah dikemas sedemikian rupa dengan cara dan metode yang tepat dan pas. Dakwah di era zaman now ini harus tampil secara actual, faktual, dan kontekstual.
Habib Umar bin Hafidz berkata “Muslim yang bijak, setiap detiknya adalah sangat berharga. Hingga di sosial media pun, dia jadikan sebagai ladang amal dan pahala”. Maka dari itu kita sebagai generasi milenial jadikan tv, hp, internet dan alat-alat teknologi lainnya sebagai pelayan dan pembantu untuk agamamu, jika tidak maka alat-alat itu akan merusak dirimu, sedangkan engkau akan tertawa karena tidak menyadarinya. Maka, penting bagi generasi milenial memahami dan mempraktikkan makna agama secara benar. Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamin yaitu memberikan manfaat dan kasih sayang kepada alam, membuka ruang kebebasan berpendapat, serta mengenal dan menghargai keragaman yang ada. Menurut Habib Muhsin, dakwah adalah sebuah proses penyampaian informasi tentang ajaran islam dengan tujuan merubah sikap dan tingkah laku seseorang agar lebih positif. Generasi milenial yang bergantung pada teknologi dan umumnya menggunakan laptop, ipad, smarthphone, tv serta alat-alat canggih lainnya, tiap harinya menjadikan media sosial sebagai bagian sangat penting dalam lingkup sosial. Generasi milenial lebih banyak menggunakan dan menghabiskan waktunya dalam sehari bersama perangkat teknologi digital dan berbagai macam aplikasi daripada berbincang atau bermain bersama teman dan anggota keluarga. Inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa komunitas atau grup keagamaan untuk menyebarkan dakwah melalui media sosial, seperti instagram, facebook, whatsapp, twitter, telegram, bahkan yang kini sedang maraknya yaitu aplikasi tiktok.
ADVERTISEMENT
“Dakwah akan lebih menarik apabila melalui media sosial tetapi juga berpedoman pada konsep Islam Rahmatan Lil Alamin.” (Wawancara Abdul Halim 9/07/2018).
Menurut saya, generasi milenial lebih tertarik dengan hadirnya meme, quotes, film, video, vlog yang mengandung konten-konten ringan dan juga bisa membawa serta memberi nilai agama dan dakwah di dalamnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta ini menjelaskan sebenarnya tidak ada yang salah dengan pendidikan tradisisonal, tapi metodenya yang harus menyesuaikan perkembangan zaman.
Menurut Ustadz Hilman Fauzi “Diakui atau tidak generasi milenial adalah generasi yang nanti akan menopang bangsa ke depan, jadi maju dan berkembangnya bangsa nanti tergantung generasi milenial saat ini.”
Maka dari itu kita sebagai generasi milenial harus selalu berpegang teguh kepada ajaran agama islam, memilah serta memilih mana yang baik untuk diri kita.
ADVERTISEMENT
KH. Husnul Aqib Amin Lc, Pengasuh Pondok Pesantren Jamiyyah Islamiyyah pernah berkata dalam pengajian kitab Ta’limul Muta’allim, generasi yang baik adalah generasi yang taat dan patuh terhadap ajaran agama, meniggalkan mudharat mengambil mashalat. Waktu itu laksana pedang, kalau kau tidak bisa menundukkan waktu maka engkau akan dikalahkan oleh waktu.
Pendidikan agama Islam dilakukan agar generasi milenial tidak terjerumus ke hal negatif yang tidak diinginkan dan dapat memiliki etika yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam.