Generasi Milenial dan Digital Transformation untuk Kemajuan Pertanian Indonesia

Dwi Yulia Wahyuning Tias
Mahasiswa- Universitas Brawijaya(PSDKU KEDIRI) Program Studi Agribisnis
Konten dari Pengguna
31 Maret 2023 23:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Yulia Wahyuning Tias tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara agraris dimana hasil sumber daya alamnya yang begitu melimpah. Pertanian merupakan sektor paling krusial di Indonesia bahkan dunia yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Sektor pertanian sendiri mampu menyumbang sekitar 12,6% PDB negara. Kemampuan sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian Indonesia adalah sebagai sektor yang menyediakan pangan bagi masyarakat dan juga sebagai agen ketahanan pangan bagi masyarakat. Selain itu, dengan adanya sektor pertanian mampu mengentas pengangguran yang akan berimplikasi pada kemiskinan dan ketidakmampuan dalam mencukupi pangannya. Pengentasan pengangguran pada sektor pertanian yaitu mampu mempekerjakan hampir sepertiga tenaga kerja Indonesia namun kebanyakan masih didominasi oleh petani kecil.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan pertanian Indonesia yang sumber daya alamnya kaya dan melimpah, namun hal tersebut tidak menjamin majunya pertanian Indonesia. Justru Indonesia masih banyak mengimpor pangan dari luar negeri yang bahkan negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam se kaya Indonesia. Salah satu faktor yang memengaruhinya adalah faktor sumber daya manusia yang semakin minim di Indonesia. Sumber daya manusia pada sektor pertanian di Indonesia didominasi oleh petani-petani kecil yang berusia lanjut. Hal ini perlu ditanggulangi dengan penambahan sumber daya manusia pada generasi milenial. Dimana diketahui bahwa generasi milenal ialah tonggak keberhasilan sektor pertanian Indonesia.
Minimnya pengelolaan sumber daya manusia secara optimal di bidang pertanian akan mengakibatkan generasi penerus tertinggal dalam menyiapkan segala bentuk infrastruktur pangan di Indonesia. Saat ini peran generasi milenial sangat diperlukan dalam menyongsong perkembangan dan kemajuan pertanian di Indonesia. Sektor pertanian saat ini terutama di Indonesia pada kalangan tua yang berusia di atas 40 telah mendominasi. Hal tersebut menjadi sebuah permasalahan tersendiri yang memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak. Proses pendifusian ilmu pengetahuan dan teknologi dari generasi milenial dalam rangka meningkatkan produktivitas serta ketahanan pangan Indonesia sangat penting. Apabila sektor pertanian Indonesia hanya didominasi oleh kalangan petani tua saja yang di mana usia mereka sudah lebih dari 40 tahun, maka lambat laun sumber daya manusia akan semakin berkurang. Kemudian secara perlahan juga akan berdampak pada produktivitas pertanian lokal yang akan menurun. Apabila produktivitas pertanian Indonesia menurun, maka pertanian Indonesia akan lebih banyak bergantung kepada negara lain melalui kegiatan impor dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup masyarakat. Kegiatan impor yang dilakukan secara terus-menerus akan berdampak buruk dengan tidak berkembangnya industri dalam negeri. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, permintaan pasar akan pangan semakin meningkat yang di mana hal tersebut tidak seimbang dengan jumlah produktivitasnya. Untuk itu perlunya kesadaran generasi milenial akan pentingnya perannya dalam menumbuh kembangkan dan memajukan pertanian Indonesia.
ADVERTISEMENT
Krusialnya sektor pertanian terkhusus di Indonesia ini perlu mengikuti perkembangan zaman agar sektor pertanian tidak jauh tertinggal seperti dalam penguasaan teknologi. Seiring dengan perkembangan zaman, maka semakin berkembang dan meningkatnya pula teknologi digital yang secara langsung akan mendorong era disrupsi salah satunya pada sektor pertanian ini. Pada era 4.0 yang bersifat disruptif dan transformatif. pada sistem pertanian mampu memanfaatkan dan menggunakan internet dalam rangka mendukung berkembangnya pertanian Indonesia. Pada era ini segala sistem dapat digabungkan dengan teknologi informasi secara digital.
Munculnya era 4.0 tersebut kemudian berevolusi menjadi era society 5.0 yang pada era ini seluruh kehidupan manusia termasuk dunia pertanian dipermudah dengan adanya teknologi yang merupakan bagian dari diri manusia itu sendiri. Apabila ditilik dari kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan berkembangnya era society 5.0 perlu mendapat perhatian besar dari seluruh masyarakat Indonesia termasuk pemerintah. Perlunya mengintegrasikan teknologi secara digital dalam sistem pertanian sehingga akan menciptakan model bisnis pertanian yang baru karena penggunaan teknologi digital tersebut, hal inilah yang disebut dengan digital trasnformation. Digital transformation dengan kehadiran teknologinya mampu mengubah bagaimana seseorang berkomunikasi, berinteraksi, serta mencari pengetahuan. Penerapan digital transformation pada sektor pertanian berpengaruh pada beberapa hal yakni smart farming, smart forestry, smart agroindustry, logistic system, smart consumers, dan lain sebagainya. Adanya digitalisasi pada sektor pertanian yang menunjukkan teknologi secara efisien mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya sistem pertanian Indonesia dengan pengurangan biaya input, peningkatan hasil produksi, dan sustainable farming (pertanian berkelanjutan).
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah permintaan akan produk pangan akan selalu meningkat dengan diiringi pertambahan jumlah penduduk. Upaya yang dapat dilakukan agar mampu meningkatkan produksi pertanian ialah digitalisasi dalam bidang pertanian. Pengimplementasian teknologi pada digital transformation merupakan kunci dalam akselerasi produk pertanian yang mampu dalam meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Hal penting yang perlu diperhatikan ketika melihat progres dalam upaya digitalisasi pertanian ini ialah dengan melihat jumlah petani yang menggunakan dan memanfaatkan internet. Penggunaan internet yang memadai, merata, dan mampu diakses dengan mudah dan juga murah oleh seluruh kalangan petani merupakan hal yang penting apabila ingin tercapainya digitalisasi ini. Apabila Indonesia memiliki modal berupa generasi milenal yang melimpah, hal tersebut merupakan langkah awal dengan modal besar bagi Indonesia untuk mendukung laju pertumbuhan perekonomian yang didukung melalui sektor pertanian yang dikembangkan melalui digital transformation.
ADVERTISEMENT
Generasi milenial memainkan peranan sangat penting dalam digital transformation di bidang pertanian ini. Adanya digitalisasi pertanian akan membuat peluang-peluang teknologi terbuka lebar dalam membantu permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat petani. Adanya tekonologi, kesulitan yang dialami petani seperti membaca dapat diberi penyuluhan melalui beberapa video yang didalamnya memuat teknik-teknik dalam meningkatkan produktivitas pertanian. Digital transformation secara langsung maupun tidak langsung dipengaruhi oleh generasi milenial sebagai digital savvy. Digital savvy ialah pihak yang mempunyai wawasan luas mengenai teknologi modern. Generasi milenial merupakan salah satu tonggak kemajuan pertanian Indonesia dimana peranannya sangat penting dalam mengelola digital transformation di bidang pertanian. Salah satu faktor keberhasilan dalam digitalisasi dalam sektor pertanian adalah faktor usia dan juga faktor pendidikan. Semakin muda usia dan semakin tinggi tingkat pendidikan yang diemban maka akan semakin mudah pula dalam mencapai digitalisasi pertanian. Faktor keberhasilan tersebutlah yang kebanyakan didominasi dan dipegang oleh generasi milenal. Saat ini peran generasi milenial juga sangat kuat apabila banyak mereka yang mau terjun dalam dunia pertanian, namun masih minim yang terjun dalam dunia pertanian. Oleh karena bergantungnya digitalisasi pertanian pada generasi milenial, maka untuk mendorongnya diperlukan langkah atau upaya yang strategis. Generasi milenial merupakan generasi yang terang akan teknologi dan mudah dalam mengaplikasikan teknologi pada aktivitas mereka sehari-hari. Percepatan digitalisasi pertanian akan mudah dalam pengaktualisasiannya apabila semakin banyaknya generasi milenial yang terjun dalam berbagai aktivitas pertanian baik dari hulu sampai dengan hilirnya.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa faktor mengapa banyaknya generasi milenial tidak mau berpartisipasi dan terjun di bidang pertanian, yaitu:
1.Mereka menganggap bahwa pertanian memiliki citra yang rendah dan kurang bergengsi dimana hal tersebut bertolak belakang dengan trend dan kemauan generasi milenial.
2.Kontinyuitas pendapatan yang tidak menentu dan tidak ada yang menjamin, dimana pendapatan apabila terjun di bidang pertanian lebih rendah apabila dibandingkan jika terjun di bidang non pertanian. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya penguasaan lahan dan keterampilan oleh petani yang masih kurang dan sedikit.
3.Menganggap bahwa pekerjaan di bidang pertanian adalah melelahkan dan hasil produksinya tidak sebanding dengan usaha yang dilakukannya.
Adanya faktor-faktor tersebutlah yang membuat generasi milenial enggan terjun pada sektor pertanian. Menurut Prawesti, dkk (2010) menunjukkan bahwa bagi generasi milenial profesi petani dianggap tidak bergengsi karena melihat keadaan petani yang lebih banyak cenderung miskin. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya SDM di bidang pertanian dan juga akan berimplikasi pada produksi pangan Indonesia. Oleh karena minimnya generasi milenal yang mau terjun dalam sektor pertanian, maka diperlukannya upaya atau langkah strategis seperti berupa kebijakan yang akan dapat menarik generasi milenal agar mampu dan mau untuk mendifusikan digitalisasi di dunia pertanian. Seperti kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Jepang dalam mengupayakan pertaniannya menjadi sektor yang menarik. Menariknya sektor pertanian mampu ditilik dari sudut pemerintahnya yang mampu membuat program kerja dengan kebijakan konkret yang mampu memperbaiki kinerja sistem pertanian. Hal yang memungkinkannya terwujud ialah adanya digitalisasi teknologi pertanian yang akan menumbuhkan mindset para generasi milenial bahwa kegiatan ataupun pekerjaan yang berhubungan dengan pertanian tidaklah menjadi sesuatu yang melelahkan karena bantuan dari teknologi tersebut. Pemanfaatan teknologi tersebut baik dari pengolahan lahan pertanian, kegiatan penanaman, pemupukan, penyebaran benih, sampai dengan panennya.
ADVERTISEMENT
Langkah strategis lainnya ialah tentang upaya jaminann generasi milenial yang menjadi petani memiliki penguasaan lahan yang luas. Dikarenakan petani akan menjadi sejahtera salah satunya adalah dengan penguasaan kepemilikan lahan yang luas. Petani akan menjadi sulit sejahtera apabila keterbatasan atau sempitnya penguasaan kepemilikan lahan. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia yang dimana masih mendominasinya petani kecil yang memiliki lahan sempit di Indonesia yang akan menghambat kesejahteraan petani. Langkah kebijakan strategis lainnya adalah menilik dari kebijakan dari sudut pemerintah Thailand. Dimana kebijakan yang diterapkan dalam kegiatan pertaniannya adalah pemerintah memberikan pembelian beras dengan mekanisme secara langsung kepada petani. Dikarenakan perlu diketahui bahwa semakin panjang saluran pemasaran, maka juga akan semakin memperbesar margin pemasarannya. Dengan mekanisme pemasaran yang pendek yakni konsumen akhir langsung membeli produk pertanian kepada petani, maka petani akan dapat menjadi price maker (penentu harga). Konsumen juga akan merasa diuntungkan dikarenakan pendeknya rantai pemasaran yang hal tersebut juga akan berdampak pada harga yang relatif lebih rendah dikarenakan tidak terdapat lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya dikarenakan seluruh biaya ditanggung oleh petani mulai dari pemanenan sampai pemasaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Upaya lain dalam menarik minat generasi muda agar mereka mau terjun dalam sektor pertanian adalah dengan pemerintah yang memberikan subsidi baik pupuk, maupun lainnya. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan jaminan asuransi kepada petani. Jaminan tersebut sebagai upaya perlindungan kepada petani apabila terdapat risiko ketidakpastian akan hasil produksi pertaniannya seperti gagal panen. Selain itu, asuransi juga digunakan sebagai upaya dalam meningkatkan produktifitas petani dan pendapatan petani. Asuransi pertanian yang diterapkan di Indonesia dikenal sebagai asuransi pertanian yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 19 tahun 2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani (UU P3). Namun, masih banyak petani yang belum terlalu paham bahkan belum mengerti akan adanya asuransi pertanian ini. Hal tersebut terjadi dikarenakan minimnya informasi yang didapatkan oleh petani dan minimnya petani untuk mencari tahu akan hal tersebut. Sehingga diperlukan banyak pihak yang mampu dan mau dalam memberikan informasi mengenai asuransi pertanian ini kepada para petani, seperti generasi milenal. Adanya langkah strategis ini diharapkan generasi milenial dapat terjun pada sektor pertanian dan mematahkan asumsi mereka bahwa apabila mengalami gagal panen dan sebagainya tidak ada pihak yang memberikan jaminan.
ADVERTISEMENT
Berbagai langkah atau upaya strategis yang telah dipaparkan tersebut diharapkan mampu mendorong generasi milenial agar tertarik ikut serta dalam dunia pertanian. Banyaknya generasi milenial yang terjun di dunia pertanian, maka upaya dalam digitalisasi pertanian ini akan semakin mendekati kata berhasil. Apabila digitalisasi pertanian Indonesia mengalami keberhasilan dengan dorongan generasi milenal, maka produktivitas pertanian yang ada di Indonesia akan mengalami peningkatan serta akan berimplikasi pula pada kemajuan pertanian Indonesia dan kesejahteraan petani Indonesia.
Dwi Yulia Wahyuning Tias, mahasiswi Universitas Brawijaya (PSDKU Kediri) Program Studi Agribisnis