Konten dari Pengguna

Mengenal Kakapo, Burung Beo Langka yang Tidak Bisa Terbang dari Selandia Baru

Dwi Yuni Lestari
Mahasiswa FIKes Universitas Sebelas April
2 Oktober 2024 20:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Yuni Lestari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Burung kakapo, spesies endemik Selandia Baru. Kredit foto: Birmingham Museums Trust/Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Burung kakapo, spesies endemik Selandia Baru. Kredit foto: Birmingham Museums Trust/Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kakapo, atau sering disebut sebagai burung beo malam, adalah burung endemik Selandia Baru yang menarik perhatian para pecinta alam di seluruh dunia. Keunikan dan pesona kakapo tidak hanya terletak pada penampilannya yang mencolok, tetapi juga pada perilaku khasnya yang membedakannya dari burung lain. Dengan demikian, kakapo telah menjadi pusat perhatian dalam upaya konservasi yang intensif.
ADVERTISEMENT
Lalu, apa yang membuat kakapo begitu istimewa? Kakapo adalah burung beo terbesar dan terberat di dunia yang tidak bisa terbang, dengan berat mencapai 4 kg. Bulu kakapo berwarna hijau lumut dengan corak hitam, membantu mereka untuk berkamuflase di habitat hutan Selandia Baru. Salah satu ciri khasnya yang paling unik adalah struktur wajah bulat yang dipadu dengan mata besar, menyerupai burung hantu.
Meskipun tidak memiliki kemampuan terbang, kakapo memiliki kaki yang kuat, sehingga mereka mampu berjalan jauh setiap hari. Selain itu, mereka juga merupakan pendaki ulung dengan memanfaatkan sayapnya untuk keseimbangan saat melompat dari pohon yang tinggi.
Dalam bahasa Maori, 'kakapo' berarti 'burung beo malam', menandakan bahwa hewan ini spesies nokturnal, yang berarti mereka aktif di malam hari. Pada siang hari, mereka bersembunyi di bawah pohon atau di tanah, memanfaatkan kemampuan kamuflase mereka untuk menghindari predator. Saat menghadapi ancaman, kakapo memiliki kebiasaan unik, mereka akan membeku untuk menghindari perhatian predator.
ADVERTISEMENT
Kakapo juga dikenal sebagai salah satu burung yang hidup paling lama, dengan umur mencapai 90 tahun di alam liar. Dulu, kakapo tersebar luas di Selandia Baru, namun populasi kakapo menurun drastis sejak kedatangan suku Maori pada abad ke-14. Kehadiran predator baru seperti tikus, kucing, dan anjing juga sangat berkontribusi terhadap penurunan jumlah kakapo, karena mereka memangsa telur dan anak kakapo.
Pada tahun 1995, hanya tersisa 51 kakapo. Untuk menyelamatkan burung ini dari kepunahan, pemerintah Selandia Baru meluncurkan Program Pemulihan Kakapo. Dalam program ini, kakapo yang tersisa dipindahkan ke lima pulau bebas predator, di mana mereka terlindungi dari ancaman spesies invasif. Setiap kakapo diberi nama dan dilengkapi pemancar untuk melacak serta mengumpulkan data tentang perilaku mereka. Selama musim kawin, sarang mereka dipantau selama 24 jam, dan telurnya diinkubasi secara buatan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup anak burung kakapo.
ADVERTISEMENT
Ngai Tahu, suku Maori yang memiliki hubungan historis dengan burung ini, juga terlibat dalam pengelolaan konservasi kakapo. Mereka memiliki hak dan tanggung jawab khusus terhadap pulau Whenua Hou, yang merupakan habitat alami kakapo.
Kakapo bukan hanya burung yang unik, tetapi juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem Selandia Baru melalui kontribusinya dalam penyebaran biji dan kesehatan hutan.
Sebagai spesies yang terancam punah, keberadaan mereka mencerminkan kondisi lingkungan tempat mereka tinggal. Melindungi kakapo berarti melindungi habitat serta banyak spesies lain yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu, mari kita dukung upaya untuk melindungi spesies terancam punah dan habitatnya, sehingga generasi mendatang dapat menikmati keindahannya dan pelajaran berharga yang mereka tawarkan tentang pentingnya menjaga alam.
ADVERTISEMENT
Sumber rujukan:
https://www.nationalgeographic.com/animals/article/kakapo-release-new-zealand-maori-conservation