Konten dari Pengguna

Bunga The Fed Naik Agresif: Begini Kondisi Pasar Investasi!

Dwiky Danuarta Adystya
Undergraduate Development Economics Student at State University of Malang
21 November 2022 8:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwiky Danuarta Adystya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Gambar: Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Pada belakangan ini kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yaitu Federal Reserve (The Fed) atau Bunga The Fed yang agresif dalam meningkatkan suku bunga acuan telah memengaruhi pasar saham global. Pada saat yang sama, juga menyusul kekhawatiran akan ancaman resesi ekonomi global 2023 di banyak negara. Pada September 2022, Indeks MSCI World melemah 9,5% dan MSCI Asia Pacific minus 12,4%. Lantas apa yang terjadi?, di mana The Fed lebih menekankan fokus kebijakan saat ini untuk menanggulangi inflasi yang masih terus-menerus dilevel tinggi, oleh karena itu kebijakan suku bunga restriktif diperlukan untuk menjaga angka inflasi agar tetap terkendali. The Fed menaikkan ekspektasi level tertinggi suku bunga acuan AS di 2023 menjadi sebesar 4,6% dari proyeksi sebelumnya yaitu 3,8%.
ADVERTISEMENT
Dengan naiknya suku bunga acuan yang makin agresif dan serta kekhawatiran akan potensi resesi ekonomi global 2023, maka bagaimana dengan outlook pasar global? Saat ini volatilitas pasar diperkirakan masih cukup tinggi, dikarenakan pasar masih menyesuaikan ekspektasinya terhadap arah kebijakan suku bunga The Fed yang lebih agresif. Selain itu, data-data ekonomi AS diperkirakan akan menjadi fokus perhatian sebab hal tersebut merupakan indikator arah kebijakan The Fed.
Sudut Pandang Pasar Asia
Sementara itu mengenai outlook pasar Asia, kawasan Asia merupakan kawasan yang beragam dengan karakter ekonomi masing-masing negara yang unik. Negara Asia yang memiliki eksposur besar pada ekonomi dan perdagangan global memiliki risiko terdampak lebih besar dari pelemahan ekonomi global. Namun Di Asia, khususnya di kawasan ASEAN terdapat peluang yang cukup menarik. di mana saat terjadi perlambatan ekonomi global, kawasan ASEAN relatif lebih resilien yang didukung oleh faktor domestik unik di kawasan ini seperti pembukaan kembali ekonomi, harga komoditas yang suportif, dan serta pertumbuhan struktural dari kebutuhan teknologi. Salah satu contohnya yaitu beberapa negara seperti Singapura, Malaysia dan Vietnam memiliki sektor teknologi yang maju, sehingga mereka diuntungkan dari pertumbuhan struktural sektor teknologi dan informasi. di sisi lain, negara seperti Indonesia dan Malaysia merupakan eksportir komoditas yang diuntungkan dari harga komoditas yang suportif dan kemudian seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam juga diuntungkan dari pembukaan kembali perjalanan internasional yang mendukung sektor pariwisata negara mereka. Menurut saya, walau tidak ada ekonomi yang terlindungi secara penuh dari pelemahan ekonomi global, namun pemulihan permintaan domestik di ASEAN menjadi fondasi di tengah kondisi makroekonomi global yang dipenuhi dengan tantangan.
ADVERTISEMENT
Kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia (BI)
Di sisi lain, mengenai tindakan dari Bank Indonesia yang meningkatkan suku bunga lebih agresif yaitu 50 basis poin (bps). Lantas mengapa Bank Indonesia mengambil tindakan tersebut?, yakni berdasarkan pandangan saya BI masih akan agresif dalam meningkatkan suku bunga pada tahun ini dikarenakan sebagai salah satu langkah antisipatif dalam menekan ekspektasi inflasi dan serta menjaga daya tarik aset Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia (BI) juga harus memperhatikan arah kenaikan suku bunga The Fed. Mengapa demikian?, yaitu karena BI juga perlu menjaga selisih antara suku bunga Indonesia dan AS agar tetap positif supaya daya tarik aset Indonesia tidak terus tergerus. Lalu jika tidak, apa yang akan terjadi? kalau tidak maka akan ada risiko arus dana keluar dari negara Indonesia untuk mencari imbal hasil yang lebih menarik dan apabila ekspektasi suku bunga The Fed dapat mencapai sebesar 4,6%, maka ekspektasi suku bunga BI akan dapat naik ke sekitar 4,75% - 5,25%.
ADVERTISEMENT
Industri-Industri Unggulan
Di tengah kondisi inflasi domestik yang terus meningkat dan suku bunga yang juga terus beranjak naik, maka sektor apa yang dapat berpotensi menjadi sektor unggulan? disaat volatilitas makro yang terjadi belakangan ini, bottom-up selection menjadi metode yang memberikan peranan penting dalam mengidentifikasi peluang-peluang mengenai investasi. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode tersebut, telekomunikasi, finansial, green dan digital economy masih menjadi sektor unggulan di tengah di tengah kondisi inflasi domestik suku bunga yang juga terus menunjukkan peningkatan.
Potensi Pasar Investasi Indonesia
Berbicara mengenai potensi dari pasar investasi Indonesia, terlepas dari ketidakpastian global yang membayangi pasar tersebut. Namun, masyarakat masih memandang positif outlook dari pasar saham Indonesia. di mana, dari perspektif jangka pendek, pemulihan ekonomi domestik dan harga komoditas yang suportif merupakan faktor positif yang dapat mampu menopang fundamental pasar saham. Sedangkan dari perspektif lebih jangka panjang, negara Indonesia memiliki potensi yang menarik dari kebijakan hilirisasi industri yang juga menjadi fokus pemerintah pusat. Sampai saat ini, hilirisasi dibidang industri nikel telah mampu memberikan dampak positif pada kinerja ekspor dan serta juga mampu menarik investasi asing ke sektor real Indonesia. di mana untuk kedepannya, diprediksi hilirisasi di bidang industri yang lain seperti tembaga dan bauksit serta integrasi Indonesia pada rantai pasokan industri kendaraan listrik global juga diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia dan serta meningkatkan stabilitas makroekonomi.
ADVERTISEMENT