Konten dari Pengguna

Karya dan Kontribusi "Si Burung Merak" Terhadap Dunia Teater

Dwina Kamila
Hallo! nama saya Dwina Putri Kamila saya masih berkuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
9 Desember 2020 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwina Kamila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sumber: Liputan6.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Liputan6.com

Mengenal WS Rendra

Pemilik nama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra merupakan seorang seniman, penyair, sekaligus cerpenis kenamaan yang sangat berpengaruh dalam perkembangan seni dan sastra di Indonesia. Willy, begitulah kerap orang memanggilnya, lahir di Solo, 7 November 1935.
ADVERTISEMENT
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya"
Begitulah pepatah yang mencerminkan diri Rendra. Hal ini karena ia merupakan putra dari seorang ayah bernama Brotoatmojo yang berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia dan Jawa Kuno, sedangkan ibunya bernama Raden Ayu Catharina Ismadillah yang merupakan seorang penari Bedoyo Srimpi di istana Kesunanan Surakarta Hadiningrat. Maka tidak heran jika Rendra terlahir sebagai seorang seniman dan sastrawan karena kedua orangtuanya aktif di bidang tersebut.

Asal Mula Julukan "Burung Merak"

Rendra dikenal dengan julukan si "Burung Merak". Julukan burung yang memiliki ekor sangat indah itu diberikan oleh temannya yang berasal dari Australia. Hal ini terjadi ketika teman asal Australianya berkunjung ke Indonesia, Rendra mengajak temannya itu pergi ke Kebun Binatang Gembiraloka yang terletak di Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Ketika mereka sampai di kandang burung merak, mereka melihat seekor burung merak jantan yang sedang memamerkan ekornya yang indah lalu Rendra berkata "itu (burung merak) adalah saya". Temannya langsung tertawa mendengar itu dan menyetujunya. Ketika teman Australianya ini pulang ke negara asalnya, ia langsung menceritakan kejadian di kebun binatang itu ke teman-teman Rendra yang berada di Australia. Semenjak itulah julukan "Si Burung Merak" melekat pada diiri Rendra.
Julukan tersebut semakin tersebar luas ketika media cetak menuliskan nama Rendra dengan "Burung Merak". Namun, sang empunya nama tidak merasa tersinggung dengan julukan tersebut. Baginya Burung Merak adalah hewan yang senang menunjukkan ke indahannya, hal itu sangat mirip dengan dirinya.

Karya WS Rendra

Orang-Orang di Tikungan Jalan (1954), Bib Bob Rambate Rate Rata (1967), SEKDA (1977), Selamatkan Anak Cucu Sulaiman (1967), Mastadon dan Burung Kondor (1972), Penembahan Reso (1986), dan Kereta Kencana (1960),
ADVERTISEMENT

Kontribusi Rendra Terhadap Perteateran di Indonesia

Berkat keaktifannya terhadap dunia sastra, Rendra mendapatkan beasiswa dari American Academy of Dramatic Art (AADA) untuk memperdalam ilmu tari dan drama di Amerika Serikat. Sepulangnya dari Amerika Serikat tahun 1967, ia mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta yang cukup terkenal dan berpengaruh terhadap dunia teater di Indonesia. Bengkel Teater hadir dengan gaya dan metode baru, yaitu gaya dan metode improvisasi yang meminimalkan penggunaan kata. Dari Bengkel Teater itulah Rendra melahirkan banyak seniman seperti Sitok Serengenge, Radhar Panca Dahana, Adi Kurdi, dan lain-lain.
Tahun 1977 Rendra mengalami kesulitan untuk tampil di depan publik baik untuk mempertunjukkan dramanya maupun membacakan puisinya. Hal ini menyebabkan Rendra pindah ke Jakarta lalu ke Depok
ADVERTISEMENT
Tahun 1985, Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra yang sampai saat ini masih beroperasi dan menjadi basis bagi kegiatan kesenian.