Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Jadi Anak Kecil Sudah Pasti Bahagia?
16 Desember 2022 13:39 WIB
Tulisan dari Dwi Safitry tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
“The best way to make children good is to make them happy.”
ADVERTISEMENT
- Oscar Wilde, penulis dan penyair
Anak kecil identik sekali sebagai manusia kecil, polos, selalu tertawa, bahkan apapun yang mereka inginkan pasti dituruti. Namun apakah semua anak diseluruh dunia merasakan hal yang sama? Nyatanya tidak. Beberapa anak harus menyaksikan kedua orang tuanya bertengkar, membanting dan melempar barang. Tak jarang ada anak kecil yang pernah mengalami kekerasan seksual dari orang dewasa, padahal harusnya kita sebagai orang dewasa menuntun dan menjaga keamanan anak-anak.
KENANGAN MASA KECIL
Masa kanak-kanak bagi sebagian orang memang seharusnya menjadi kenangan yang menyenangkan, tapi sebagian lainnya menanggap bahwa kenangan masa kecil adalah hal menakutkan yang harus dilewati secepatnya. Apalagi jika anak tersebut memiliki keluarga broken home yang mengharuskannya melihat pertengkaran kedua orangtuanya, padahal anak harusnya bisa tumbuh dan berkembang dengan kasih sayang kedua orangtua. Belum lagi jika pernah mengalami kejadian pelecehan di usia muda, bisa dibayangkan betapa sedih dan tersiksanya anak tersebut dan hal itu akan menjadi pengalaman menakutkan hingga dewasa.
ADVERTISEMENT
Kalau ditanya bagaimana kenangan masa kecil saya, bisa saya bilang cukup menyenangkan. Tidak bisa dibilang bahagia sepenuhnya, saya pun pernah mengalami hal buruk yang hingga saat ini masih saya ingat. Saya pernah tidak dijemput orang tua saat pulang mengaji hingga sore dan akhirnya turun hujan deras disertai petir menggelegar. Saat itu sudah tidak ada orang, mau tidak mau saya harus pulang jalan kaki tanpa memakai payung. Sepanjang jalan saya menangis karena hari yang sudah gelap dan suara gemuruh petir. Saat saya pulang, respon mereka membuat saya sakit hati, “oh iya, kami lupa”. Kelihatannya sepele, tapi saya masih mengingat setiap raut muka dan perkataan mereka hingga saat ini.
Pengabaian yang dilakukan orang tua berdampak buruk pada kualitas perkembangan anak. Menurut penelitian Shonkoff, dkk. (2012) mengungkapkan bahwa akan lebih fatal akibatnya dibandingkan pelecehan fisik dan pelecehan seksual yakni, dapat berupa kerusakan fungsi-fungsi organ penting, kerusakan sistem tanggap stres anak, merusak dan melemahkan sirkuit otak. Hal tersebut bisa saya bilang fakta, meskipun tidak saya rasakan semuanya. Bayangkan jika seorang anak harus merasakan semua hal itu akibat dari pengabaian orang tua mereka. Akibatnya nanti akan terlihat ketika mereka sudah dewasa, entah sering merasa sesak, sulit untuk fokus, lebih parahnya hal ini akan mengganggu bagaimana cara mereka bersosialisasi.
ADVERTISEMENT
PERAN PENTING ORANG TUA
Orang tua merupakan keluarga pertama yang anak miliki sekaligus sebagai pembelajaran pertama bagaimana mereka bersikap, umumnya anak mengikuti apa yang orang tua lakukan. Pepatah mengatakan "perilaku anak adalah cerminan dari orang tua" hal itu pun dibenarkan oleh Dr. Aisyah Dahlan. Karena anak adalah hasil didikan orang tua, perilaku ataupun sifat akan turun pada buah hatinya. Didikan orang tua yang keras seperti memukuli anak, terlalu mencampuri urusan pribadinya, sering membandingkannya bahkan terlalu protektif akan membuat dampak buruk kedepannya. Akibatnya mereka akan terjerumus dalam pergaulan yang salah atau bahkan menjadi bahan bullying.
Disinilah harusnya orang tua belajar lebih dalam tentang ilmu parenting, yaitu ilmu untuk mengetahui cara pola asuh anak yang baik. Menurut Kagan dalam Hidayati (2010: 11), parenting sebagai serangkaian keputusan tentang sosialisasi anak, dimana orangtua atau pengasuh harus melakukan berbagai hal agar anak mampu bertanggung jawab dan memberikan kontribusi sebagai anggota masyarakat, termasuk juga ketika anak menangis, marah, berbohong, dan tidak melakukan kewajibannya dengan baik. Dengan berbekal ilmu yang baik, niscaya anak pun akan ikut bahagia dengan keberadaannya, baik bagi dirinya maupun orang lain.
ADVERTISEMENT
Beberapa contoh ilmu parenting yang baik yaitu pertama, biarkan anak mencoba menyelesaikan masalahnya sendiri. Sebagai orang tua khususnya ibu rumah tangga, masalah yang sering muncul apalagi jika masih balita adalah jika anak menumpahkan segelas air atau makan berceceran. Berikanlah kesempatan agar mereka bisa membersihkannya sendiri, meskipun hasilnya lambat, paling tidak mereka belajar untuk berpikir kritis bagaimana dari solusi masalah yang mereka buat. Kecerdasan seseorang menurut Monif Khotif (2013: 132), dapat diukur melalui dua hal, yakni bagaimana anak atau peserta didik penyelesaian masalah (problem solving) dan kreativitas (creativity).
Kedua, dengarkanlah keluh kesah mereka. Jika anak tiba-tiba pulang sekolah dengan keadaan murung atau perilakunya tiba-tiba berubah ketika sedang bermain bersama anda, bisa jadi ada yang salah dengan perasaannya. Sebagai orang tua, cobalah untuk mendengarkan baik-baik masalah mereka. Dilansir dari Psychology Today, orang tua harus mampu mengajarkan anak cara mengekspresikan perasaannya yang juga nantinya bermanfaat pada kehidupannya. Setelah mendengarkannya jangan langsung menghakiminya bahwa masalahnya lebih kecil dari yang anda alami.
ADVERTISEMENT
Ketiga, paling penting adalah jadi contoh yang baik bagi mereka. Dikutip dari laman Very Well Family, menurut teori pembelajaran sosial, orang belajar dengan melihat orang lain. Dengan kata lain, anak-anak dapat meniru perilaku orang tua. Jika anda sebagai orang tua selalu memberikan contoh positif seperti selalu berkata jujur dan sopan, bertanggung jawab, selalu menerapkan pola hidup yang sehat, niscaya mereka akan mengikuti bagaimana anda bersikap. Anak akan menjadikan anda sebagai seorang panutan terbaik dalam hidupnya.
Masa kecil dan kenangan buruk memang akan terus teringat sampai dewasa, apalagi jika kenangan buruk tersebut berkaitan dengan orang tua kita. Saya paham betul, menjadi orang tua memang tidak mudah. Dan ini juga merupakan pengalaman pertama anda menjadi orang tua dalam hidup. Tapi apa salahnya jika kita coba terlebih dahulu belajar menjadi orang tua yang baik? Hal ini justru akan memberikan dampak positif, apalagi terhadap tumbuh kembang anak anda. Ingat, jika anak hidup bahagia, sudah pasti kita sebagai orang tua ikut akan ikut bahagia.
ADVERTISEMENT