Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kekaguman Korea Pada Kaum Muda Kreatif Indonesia
4 November 2018 7:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari Dyah Dinanti Puspitasari Peserta Sesdilu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto Gedung pencakar langit tertinggi kelima di dunia, Lotte World Tower. Sumber Foto: www.pexel.com
ADVERTISEMENT
Membaca berita mengenai Korea Selatan (Korsel) yang mendunia itu sudah biasa.
Berita mengenai Hallyu atau Korean Wave yang mempopulerkan Korsel di mata dunia pun rasanya sering sekali muncul di media.
Ulasan mengenai keunggulan produk Korea juga dapat ditemukan dimana-mana dan dianggap suatu kewajaran.
Tidak heran jika banyak masyarakat Indonesia yang mengagumi Korea Selatan karena pertumbuhan ekonominya, kulinernya, budaya maupun wisatanya.
Coba tanyakan ke teman terdekat atau kerabat, rata-rata pasti mau berkunjung kesana saking kagumnya sama Korea.
Padahal sebenarnya Korea Selatan pun sangat mengagumi Indonesia, khususnya kaum muda kreatif kita.
Yup betul, Korsel sangat kagum pada kreatifitas kaum muda kita, sebagai pelopor dan penggerak ekonomi kreatif Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu kalau Indonesia memenangkan Entrepreneur Award di Korsel selama tiga tahun berturut-turut, yaitu pada ajang World Knowledge Forum di Seoul, Korea Selatan?
Pada tahun 2016, CEO Go-Jek Nadiem Makarim menerima penghargaan ASEAN Entreprenuer Awards karena Go-Jek dianggap dianggap mampu menerobos pasar yang sedang jenuh melalui inovasi teknologi. Pada tahun 2017, Founder Kaskus, Andrew Darwis, menerima penghargaan yang sama sebagai salah satu pelopor pertumbuhan industri digital Indonesia yang membawa perubahan di Kawasan. Pada tahun 2018, giliran Traveloka yang menerima penghargaan internasional tersebut.
Foto Founder Kaskus yang memenangkan ASEAN Entrepreneur Award 2017 pada World Knowledge Forum di Seoul, Korea Selatan. Sumber Foto: www.kemlu.go.id/KBRISeoul
ASEAN Entrepreneur Awards diinisiasi oleh Asia Society, sebuah organisasi terkemuka di Korsel, dan Maekyung Media Group, salah satu grup media paling berpengaruh di Korea yang menerbitkan Maeil Business Paper, harian ekonomi terbesar di Korea.
ADVERTISEMENT
Jadi apa sih yang membuat Korsel begitu kagum pada perkembangan ekonomi kreatif dan pertumbuhan industri digital kita?
Simple saja, dalam waktu yang terbilang singkat, Indonesia mempunyai 4 perusahaan teknologi baru (startup) yang masuk kategori Unicorn.
Unicorn Start Up adalah sebutan bagi barisan start up yang telah memiliki valuasi diatas USD 1M – atau setara dengan Rp 13.5 triliun, sebuah angka valuasi yang cukup masif.
Di Indonesia sendiri sudah ada 4 start up yang masuk kategor UNICORN yakni Tokopedia dengan pendirinya William Tanudjaja, Gojek dengan pendirinya Nadiem Makarim, Traveloka dengan pendirinya Ferry Unardi, dan terakhir Bukalapak dengan pendirinya Achmad Zaky.
Korsel memang saat ini fokus mendorong startup mereka untuk tumbuh. Pasalnya, meski Korsel menjadi rumah bagi perusahaan teknologi raksasa seperti Samsung dan LG, namun baru ada tiga startup mereka yang masuk kategori Unicorn yaitu Coupang, Yello Mobile dan L&P Cosmetics.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data majalah Fortune, selama 3 tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2016-2018, Korsel absen dalam hal peningkatan startup menjadi Unicorn, sementara ekonomi digital Indonesia justru maju pesat dalam beberapa tahun ini.
Ilustrasi Keempat Startup Unicorn Indonesia. Sumber Foto: www.bekraf.go.id
Selain memiliki 4 Unicorn, keunggulan bisnis e-Commerce di Indonesia adalah kemampuan mereka dalam merangkul komunitas pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Di lebih dari 100 kota di Indonesia, baik Shopee, Tokopedia maupun Bukalapak memiliki komunitas penjual yang mayoritas adalah para pelaku UKM.
Nah, itu sebabnya Startup Indonesia dianggap paling cepat pertumbuhannya di Asia Tenggara dan juga memiliki fokus dalam memberikan solusi kepada masyarakat serta memperkuat pemberdayaan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Makanya, tanpa ragu Pemerintah Korsel pun mengirim sejumlah pelaku startup asal Negeri Ginseng tersebut untuk berburu ilmu dari Unicorn startup di Indonesia. Mereka kagum dan ingin belajar dari Indonesia.
Pada bulan September 2018, Sepuluh startup Korea dari Gyeonggi Center for Creative Economy & Innovation (GCCEI) berkunjung ke Jakarta untuk melihat perkembangan startup Indonesia. Mereka adalah finalis dan pemenang dari program The 4th Industrial Revolution Hub Idea, sebuah kompetisi startup atau hackathon di Korsel dimana finalisnya berkesempatan berkunjung ke Indonesia.
“Program ini merupakan kompetisi untuk mencari ide bisnis baru di bidang teknologi dari para kaum muda dan mahasiswa di Korea Selatan. 10 pemenang terpilih kemudian kami kirim untuk memperoleh berbagai pembekalan mengenai dunia startup di Indonesia, salah satunya adalah kunjungan ke Bukalapak, salah satu startup Indonesia yang berhasil menyandang gelar Unicorn.” jelas Park Youn Sung, Senior Manager GCCEI.
ADVERTISEMENT
Saking kagum dan ngebetnya Korsel untuk kerja sama di bidang ekonomi digital dengan Indonesia, mereka pun menyelenggarakan Indonesia Korea Tech Startup Demo Day pada tanggal 25 Oktober 2018 di jakarta. Acara tersebut bertujuan untuk mempertemukan startup, investor, dan pemangku kepentingan lain dari Indonesia dan Korea Selatan dan merupakan joint program Kementerian Startup dan UKM Korsel, bersama dengan Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF).
Berdasarkan informasi di laman BEKRAF, acara tersebut menampilkan 25 startup yang berasal dari kedua negara dan dihadiri oleh investor dan venture capital (VC) asal Korea Selatan, Indonesia dan beberapa negara lainnya. Dari 25 startup tersebut, 15 startup dari Korea Selatan dan 10 startup dari Indonesia. Acara ditutup dengan pitching session semua startup di hadapan investor dan VC yang hadir.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya di bidang e-Commerce dan digital economy, designer muda Indonesia pun adalah langganan tetap Fashion Week bergengsi di Korea selama beberapa tahun belakangan.
Foto Seoul Fashion KODE 2017 menampilkan karya desainer Indonesia, Ria Miranda. Sumber foto: laman KBRI Seoul.
Panggung mode Seoul Fashion KODE yang berlangsung pada 28-30 Maret 2017 di Prugio Valley, Gangnam, Korea Selatan, turut mengundang dua designer muda Indonesia yaitu Ria Miranda dan SOE Jakarta. Ini merupakan keempat kalinya desainer Indonesia tampil di panggung Seoul Fashion KODE dan memasuki pasar mode Korea.
Penampilan SOE Jakarta sendiri di Seoul Fashion KODE 2017 adalah untuk yang kedua kalinya, setelah kesuksesannya merebut perhatian para buyer yang menghadiri peragaan mode yang sama pada tahun 2016 bersama brand desainer busana muslim Indonesia yaitu I.K.Y.K (I Know You Know) yang mempopulerkan modest wear di Korea.
ADVERTISEMENT
Ya, memang Indonesia lagi booming di Korea, khususnya karya kreasi kaum muda kreatif kita.
Melihat pesatnya pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia, Korsel pun langsung berinisiatif mendirikan kantor Korea Creative Content Agency (KOCCA) di Jakarta pada tahun 2016.
KOCCA adalah lembaga pemerintah Korea Selatan yang memimpin kemajuan konten kreatif Korea Selatan, baik di dalam maupun di luar negeri. KOCCA mencakup berbagai industri kreatif Korea Selatan, termasuk game, animasi, musik, fashion, dan bidang penyiaran.
Di Jakarta sendiri, KOCCA mendirikan fasilitas terpadu berupa Content Korea Lab, Cel Academ dan Cel Venture Complex yang bertujuan untuk mendorong kerja sama startup dan wadah inkubator industri kreatif Korsel dan Indonesia. Setiap tahunnya, KOCCA menggelar pameran K-Content Expo di Jakarta yang menghadirkan lebih dari 40 perusahaan konten kreatif Korea yang terbagi atas K-Pop, TV Content, Game, Animation & Character, Comic, dan Beauty. Di Pavilion K-Pop misalnya, SM Entertainment yang dikenal sebagai pioneer K-Pop hadir sebagai salah satu eksibitor.
ADVERTISEMENT
KOCCA menyelenggarakan acara K-Content Expo di Jakarta setiap tahunnya untuk memperkenalkan berbagai macam konten Korea di Indonesia, juga meningkatkan kerja sama di bidang kebudayaan antar kedua negara dan untuk memperkuat interaksi antar pelaku bisnis konten Indonesia dan Korea.
Tidak mau kehilangan momentum, Pemerintah Indonesia bergerak cepat untuk menggelar The World Conference on Creative Economy (WCCE) di Bali Nusa Dua Convention Center, pada tanggal 6-8 November 2018. Konferensi dibuka secara resmi oleh Presiden RI dan diikuti oleh 1.000 peserta dari 50 negara di dunia yang terdiri dari Menteri, pejabat pemerintahan, CEO dunia usaha, akademis, media dan pelaku ekonomi kreatif.
Berdasarkan konferensi pers BEKRAF disampaikan bahwa WCCE akan mengangkat 5 isu utama, yaitu social inclusion, regulasi, pemasaran, ekosistem dan pembiayaan industri kreatif. Selama Konferensi juga akan digelar "CreatiVillage," pameran ide, konsep, dan produk kreatif dari berbagai negara. Selain workshop, Dialog, dan Film Screening, juga akan disenggarakan berbagai forum bisnis dan investasi, serta business-matching untuk mendorong startup Indonesia bermitra dengan berbagai partner dan investor dari seluruh dunia.
Foto Konferensi Pers World Conference on Creative Economy (WCCE) pada tanggal 26 September 2018. Sumber Foto: ww.kemlu.go.id
ADVERTISEMENT
WCCE diharapkan dapat memperkuat posisi ekonomi kreatif sebagai katalisator pembangunan ekonomi, serta menjembatani hubungan ekonomi dan budaya.
WCCE akan menjadi konferensi ekonomi kreatif pertama di dunia lho. Bangga ya! Ini saatnya ekonomi kreatif Indonesia bersinar dan saatnya Indonesia mendunia!