Konten dari Pengguna

Toleransi Penting atau Tidak Dalam Kehidupan Sehari-hari?

Dyah Intan
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY
3 Januari 2023 14:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyah Intan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kalian pasti tau salah satu film layar lebar yang berjudul "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara", sangat menarik bukan?
ADVERTISEMENT
Film ini menggambarkan adanya konflik karena perbedaan agama dimana Aisyah seorang minoritas yang bertahan di kalangan mayoritas. Sebagai masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama, ras, dan budaya menjadi tantangan bagi Indonesia untuk menjauhkan masyarakat dari konflik multikulturalisme yang dapat terjadi di berbagai wilayah. Oleh karena itu, penting bagi kita memiliki rasa toleransi.
Film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" diproduksi oleh Film One Productions dan disutradarai oleh Herwin Novianto. Film ini tayang di layar lebar beberapa tahun yang lalu dan menarik banyak perhatian masyarakat Indonesia karena ceritanya yang sangat menginspirasi dan mengedukasi. Film ini diangkat dari kisah nyata kerusuhan bernuansa agama yang terjadi di Kupang pada tanggal 30 November sampai 1 Desember 1998. Dari tragedi tersebut, dunia perfilman Indonesia menjadi tertarik untuk mengangkat sebuah film berdasarkan kisah nyata.
ADVERTISEMENT
Film ini mengangkat kisah nyata tentang seorang wanita muslimah yang menjadi guru di sebuah desa terpencil. Dalam film ini menceritakan tentang bagaimana Aisyah dapat memenuhi tugas yang diberikan menjadi seorang guru dengan segala tantangan dengan bertahan dari kalangan mayoritas yang tidak menerima keberadaannya.
Aisyah yang menjadi tokoh utama dalam film ini merupakan seorang gadis yang baru saja lulus dan menetap di salah satu kampung dengan nilai religius yang tinggi yaitu di daerah Ciwidey, Jawa Barat. Ia memiliki keinginan yang tinggi untuk bisa mengabdi sebagai seorang guru terwujud ketika ia mendapat kabar bahwa diterima dan ditugaskan untuk mengajar di sebuah desa terpencil yaitu di Dusun Derok, Nusa Tenggara Timur. Meskipun sang Ibu sempat menolak, Aisyah tetap memiliki tekad yang bulat untuk berangkat ke tempat tersebut.
ADVERTISEMENT
Konflik pertama pada film ini dimulai ketika Aisyah tiba di dusun tersebut dan mendapatkan pandangan buruk dari masyarakat setempat yang salah sangka dengan menganggapnya sebagai Suster Maria. Namun, hal tersebut masih dianggap biasa oleh Aisyah karena hal yang wajar bagi orang asing di tempat tersebut.
Kisah Aisyah menjadi seorang guru dalam film ini diawali dengan ia mulai menerima konflik dari salah satu muridnya yaitu Lordis Defam. Lordis menganggap bahwa Aisyah yang beragama muslim adalah musuh bagi ia yang beragama Katolik. Lordis mendapatkan pemahaman dari pamannya ketika konflik Ambon berlangsung di kota tersebut bahwa orang Islam menghancurkan gereja serta membakar rumah warga setempat.
Aisyah bersama murid-muridnya pada film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara" (Foto dok : Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara)
Seiring berkembangnya teknologi saat ini, kita tentu memiliki inovasi baru dalam menyampaikan pesan dari hal-hal yang telah terjadi. Film merupakan salah satu media yang efektif dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat, dimana film itu dibuat dan selalu merekam realitas yang tumbuh serta berkembang di dalam masyarakat (Usman, 2017). Hadirnya film ini di kalangan masyarakat tak sedikit mendapatkan respon positif dari segi alur cerita, tokoh, dan makna yang disampaikan sangat menyentuh bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kita sebagai masyarakat Indonesia seringkali menemukan berbagai masalah karena adanya perbedaan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memiliki rasa toleransi. Seperti pada ini menceritakan adanya permasalahan yang terjadi karena adanya perbedaan agama di antara Aisyah dengan muridnya Lordis Defam. Tetapi, adanya rasa toleransi akan perbedaan, akhirnya perbedaan tersebut menghasilkan sebuah persaudaraan (Hilda,2017).
Pada film ini dapat kita pelajari mengenai seorang minoritas yang bertahan untuk bisa berbaur dengan kaum mayoritas. Meskipun sosok Aisyah pada film ini mendapat banyak sekali hinaan dan celaan karena perbedaan agama namun, dapat kita ketahui Aisyah berusaha untuk bisa merubah pandangan masyarakat setempat yang buruk kepada dirinya.
Hadirnya film ini tentu menghadirkan khalayak yang berbeda dalam memahami pesan dan makna tersirat pada film ini. Khalayak pasif dalam menanggapi film ini tentu memiliki pandangan yang sama seperti Lordis Defam, dengan beranggapan bahwa orang muslim dianggap jahat karena aksi yang dilakukan saat konflik Ambon terjadi beberapa waktu silam. Khalayak pasif bisa melakukan hal-hal serupa seperti pada film ini yang mampu mencelakai kaum minoritas di kalangan mayoritas sesuai apa yang mereka pikirkan tanpa mengetahui kebenarannya. Sedangkan khalayak aktif tentu dapat selektif dalam menanggapi film ini, dimana dapat memahami pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat untuk saling toleransi adanya perbedaan dan tidak mencela adanya perbedaan tersebut.
ADVERTISEMENT
Film ini sangat menarik perhatian bagi masyarakat Indonesia, karena menceritakan mengenai konflik dan perselisihan agama yang marak terjadi di daerah Timur Indonesia. Dalam film ini menyampaikan pesan bahwa agama bukan menjadi tembok pemisah bagi masyarakat untuk saling menghargai untuk terciptanya kehidupan yang rukun. Selain itu, pada film ini juga menuntun seseorang untuk menanamkan pemikirian terbuka akan toleransi demi menebarkan kebaikan tanpa mengenal adanya perbedaan (Gunawan, 2021).
Daftar Pustaka
SM, Hilda Dziah Azqiah. 2017. Makna Toleransi Beragama Dalam Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Usman, N. H. 2017. Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama dalam Film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara". Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.
ADVERTISEMENT
Raharja, Gunawan (2021, September 21). “Aisyah Biarkan Kami Bersaudara: Sebagai Kisah Perjuangan Seorang Guru”. Lpmmotivasi.com. Diakses pada 19 Desember 2022.