Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Optimalisasi Aplikasi AI dalam Meningkatkan Kompetensi Dosen Di Era Disrupsi 5.0
28 September 2024 18:13 WIB
·
waktu baca 13 menitTulisan dari Dyah Kuntorini Dwi Angreni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era disrupsi merupakan sebuah era terjadinya perubahan besar yang mengubah sistem dan ruang lingkup yang ada ke cara-cara baru. Sebagai akibat munculnya berbagai inovasi tekhnologi di era Society 5.0(Usanto et al., 2023). Perubahan yang terjadi antara era Society 4.0 dan era Disrupsi 5.0 mencakup dampak signifikan pada berbagai aspek kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Era disrupsi perguruan tinggi, yang dicirikan oleh perubahan cepat dalam perkembangan tugas Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) oleh para dosen dalam meningkatkan kompetensi di era disrupsi adalah suatu inisiatif inovatif yang memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita memandang perguruan tinggi. Mari kita tinjau beberapa aspek penggunaan AI oleh para dosen dalam meningkatkan kompetensi Tri Dharma Perguruan tinggi sebagai berikut:
Optimalisasi Aplikasi Artificial Intelligences (AI) dalam Pendidikan Di Era Disrupsi 5.0
Tantangan
Di zaman serba digital ini, Artificial Intelligence (AI) memiliki peran penting dalam konteks pengembangan pendidikan modern. AI telah menjadi faktor perubahan di berbagai sektor, termasuk salah satunya di bidang Pendidikan(Sitorus et al., 2024). Hal ini karena baiknya kemampua AI untuk meniru kecerdasan manusia dan melaksanakan tugas yang biasanya dilakukan oleh manusia. Penggunaan teknologi seperti machine learning, chatbot, AR, VR, dan lainnya menjadi dapat digunakan dalam dunia pendidikan dengan menerapkan kecerdasan buatan (AI), sehingga dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang lebih kompleks. Meskipun AI memiliki potensi yang menjanjikan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, namun terdapat tantangan dan kekhawatiran yang timbul. Salah satu masalahnya adalah kekhawatiran bahwa AI akan menggantikan peran, dan bahkan dapat mengambil alih pekerjaan manusia di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Penulis menemukan beberapa referensi yang membahas penulisan ilmiah yang mayoritas memakai AI, dapat dilihat dalam rangkuman hasil pengolahan Nvivo sebagai berikut
ADVERTISEMENT
Gambar 1. Pendidikan yang Menerapkan Kecerdasan Buatan
Sumber: Diolah oleh penulis dengan Nvivo
Berkaca dari hal tersebut, penting untuk dapat bijak dalam menggunakan AI. Sering kali civitas akademika, khususnya mahasiswa, menggunakan AI ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen. Hal ini akan menjadi baik jika hasil AI digunakan sebagai salah satu inspirasi dalam mengerjakan tugas, dan selanjutnya dikonfirmasi dengan literatur yang sudah ada. Namun sering kali hal tersebut tidak dilakukan, sehingga berakibat pada kurangnya kompetensi mahasiswa dalam mata kuliah tertentu, sehingga mahasiswa menjadi terbiasa tidak mandiri dalam melakukan solving problem.
Strategi penyelesaian
Mengatasi hal tersebut tentu saja memerlukan Kerjasama berbagai pihak, seperti dari pimpinan di institusi, tenaga kependidikan, maupun dosennya sendiri. Pimpinan dapat memberikan perhatian lebih melalui dukungan keuangan yang akan dialokasikan untuk memberikan pelatihan terkait AI kepada dosen dan tenaga kependidikan. Pelatihan kepada dosen dan tenaga kependidikan ini sangat penting, terutama untuk dosen. Hal ini agar dosen sebagai tenaga pengajar, selain meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, dosen juga dapat melakukan identifikasi cepat saat memeriksa tugas mahasiswa, sehingga dapat membedakan mana jawaban tugas yang sudah dielaborasi oleh mahasiswa, mana jawaban tugas yang ternyata murni dari AI. Lebih lanjut, dosen akan dapat mengidentifikasi seberapa sering mahasiswa menggunakan AI untuk membantu mereka dalam mengerjakan tugas, sehingga kedepannya dapat membuat peraturan yang memperjelas batasan mahasiswa dalam penggunaan AI terutama jika yang sifatnya sebagai penyelesaian masalah penugasan. Dari sisi institusi, perlu adanya kajian terkait kebijakan penggunaan data dalam AI, sehingga seluruh civitas terhindar dari plagiarisme ataupun kebocoran data saat menggunakannya, hal ini juga berkaitan dengan etika dalam menulis karya akademik agar tetap tertuang melalui pemikiran tiap individu.
ADVERTISEMENT
Kaitan dengan nilai dasar PNS
• Berorientasi pelayanan: sebagai komitmen dalam pelayanan prima, para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi wajib untuk update dan upgrade kemampuan mereka untuk menjaga kualitas pelayanan kepada mahasiswa.
• Akuntabel: para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi bertanggungjawab terhadap kualitas mahasiswa melalui proses critical thinking.
• Kompeten: para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi terus mengembangkan diri dengan pelatihan yang relevan dengan perubahan era.
• Harmonis: para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi memperhatikan kualitas anak didiknya agar tidak menjadi generasi yang cenderung mengambil Keputusan secara gegabah tanpa adanya kajian yang mendalam
• Loyal: para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi berdedikasi demi menjaga mutu lulusan mahasiswanya
ADVERTISEMENT
• Adaptif: para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi tidak menutup diri dari perubahan-perubahan yang sering terjadi, termasuk dalam bidang teknologi
• Kolaboratif: para pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan institusi bekerja sama dan saling support sama lain untuk terus memajukan kualitas Pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat serta industri.
Optimalisasi Aplikasi Artificial Intelligences (AI) dalam Penelitian Di Era Disrupsi 5.0
Era digital di Indonesia dimulai dengan revolusi industri 4.0 yang ditandai oleh otomatisasi, Internet of Things (IoT), dan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence yang selanjuntnya disebut AI, yang telah mendorong transformasi di berbagai sektor seperti manufaktur, pendidikan, dan layanan kesehatan. Seperti kita ketahui AI telah mulai muncul di berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di perguruan tinggi. Di perguruan tinggi, AI telah digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran, penelitian, pengabdian hingga administrasi kampus.
ADVERTISEMENT
AI telah menjadi teknologi yang semakin relevan di berbagai sektor, termasuk lingkungan pendidikan tinggi. Dengan analitik tingkat lanjut dan kemampuan mengotomatisasi berbagai proses, AI dapat memberikan solusi inovatif untuk mendukung Tri Dharma Perguruan Tinggi, termasuk pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Solusi yang diberikan oleh AI memang tidak selalu sempurna namun bisa dihasilkan dalam waktu yang singkat sehingga cukup menjadi andalan dalam pemecahan masalah.
AI menawarkan potensi besar untuk mempercepat penelitian, baik dalam hal pengumpulan dan analisis data serta pemodelan prediktif. Peneliti di pendidikan tinggi baik dosen maupun mahasiswa dapat menggunakan AI untuk memproses data dalam jumlah besar dengan lebih cepat dan efisien, serta menghasilkan wawasan baru yang tidak mungkin dilakukan dengan metode konvensional. Namun, ada beberapa tantangan yang menghambat penerapan AI dalam penelitian. Jika tantangan-tantangan ini diatasi atau dioptimalkan, maka akan meningkatkan keterampilan guru di era disrupsi 5.0.
ADVERTISEMENT
Optimalisasi aplikasi AI dalam meningkatkan kompetensi dosen dapat kita lakukan jika kita mengetahui tantangan dari penerapan aplikasi AI selama ini yang sudah berjalan. Bentuk tantangan dan optimalisasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Terbatasnya Dana dan Sumber Daya untuk Menerapkan AI
Penelitian memerlukan investasi yang besar, baik untuk pembelian perangkat keras dan perangkat lunak serta pelatihan peneliti. Universitas yang memiliki keterbatasan anggaran seringkali kesulitan mendanai proyek penelitian berbasis AI. Selain itu, sumber daya manusia yang memiliki kemampuan AI juga menjadi kendala. Banyak universitas tidak memiliki peneliti dengan keahlian memadai di bidang ini.
Untuk mengatasi tantangan tersebut sebagai bentuk optimalisasi, perguruan tinggi perlu memperkuat kerja sama dengan pihak eksternal seperti pemerintah, industri, dan lembaga penelitian untuk mendapatkan tambahan pendanaan. Selain itu, perlu juga menyelenggarakan program beasiswa atau mendukung peneliti muda untuk meneliti dan mendalami AI agar kapasitas penelitian di bidang tersebut dapat berkembang secara berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
2. Terbatasnya akses terhadap data AI
Penerapan AI dalam penelitian sangat bergantung pada kualitas data. Namun banyak peneliti yang kesulitan mengakses data yang relevan dan memadai. Di Indonesia, data yang diperlukan untuk penelitian seringkali tidak tersedia secara bebas atau sulit diakses karena peraturan, masalah privasi, atau kurangnya infrastruktur data yang berkualitas. Tanpa data yang cukup, pengembangan AI dalam penelitian akan terbatas.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, optimalisasi yang dilakukan adalah memberikan kebijakan yang lebih terbuka terhadap akses data untuk penelitian. Pemerintah dan organisasi yang memiliki data besar harus memberikan akses kepada peneliti pendidikan tinggi dengan tetap menghormati standar privasi dan keamanan. Kolaborasi antara universitas dan perusahaan dengan Big Data juga dapat membantu mengatasi keterbatasan tersebut.
ADVERTISEMENT
3. Kurangnya kolaborasi multidisiplin
AI tidak dapat berkembang secara maksimal tanpa adanya kolaborasi antar disiplin ilmu yang berbeda. Penelitian AI seringkali membutuhkan keahlian di bidang teknologi, matematika, sains, dan bahkan bidang sosial. Sayangnya, banyak universitas yang masih belum mendukung kolaborasi multidisiplin, sehingga penelitian AI cenderung terfragmentasi dalam satu bidang.
Salah satu bentuk optimalisasi adalah perguruan tinggi harus mendorong kolaborasi interdisipliner untuk menciptakan lingkungan penelitian yang lebih inklusif. Hal ini dapat dilakukan dengan menciptakan pusat penelitian multidisiplin dan mendorong interaksi antar fakultas atau jurusan yang berbeda. Program yang mendorong penelitian kolaboratif juga dapat membantu meningkatkan interaksi antar bidang keilmuan yang ada di perguruan tinggi tersebut.
Optimalisasi Aplikasi Artificial Intelligences (AI) dalam Pengabdian Kepada Masyarakat Di Era Disrupsi 5.0
ADVERTISEMENT
Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) dalam memperkuat kapasitas pendidik untuk menghadapi era Disrupsi 5.0 didasari oleh integrasi keterampilan digital, pemahaman tentang teknologi terkini, dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang cepat. Era Disrupsi 5.0 membutuhkan keterampilan baru yang melampaui pemahaman konvensional. Dalam era Disrupsi 5.0, dimana teknologi telah berkembang mencapai puncaknya dan merubah paradigma secara mendasar akan pola kehidupan, pekerjaan, serta dalam berinteraksi satu sama lain. Era ini ditandai dengan konektivitas yang tinggi, revolusi digital, dan transformasi yang cepat di berbagai sektor kehidupan(Jenita et al., 2023). Adanya temuan bahwa beberap pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dosen telah memanfaatkan AI, sebagai berikut :
1. Analisis Data Sosial: Dosen dapat menggunakan AI untuk menganalisis data sosial dan kebutuhan masyarakat. Misalnya, dengan memanfaatkan machine learning untuk mengidentifikasi pola dalam data kesehatan, pendidikan, atau sasaran pemasaran.Contohnya : Kolaborasi Dosen FTI & FEB Universitas Budi Luhur Berbagi Pengetahuan tentang Peningkatan Produktivitas Bisnis dengan AI Chat di Depok
ADVERTISEMENT
2. Pengembangan Aplikasi Edukasi: Dosen bisa menciptakan aplikasi berbasis AI yang membantu meningkatkan kualitas pendidikan di daerah terpencil, seperti aplikasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Contohnya: Workshop Artificial Intelligence untuk Meningkatkan Efektivitas Suplemen Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA/SMP oleh Teknik Elektro Undip
3. Penyuluhan Berbasis AI: Menggunakan chatbot atau sistem informasi berbasis AI untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang isu-isu penting, seperti kesehatan, lingkungan, atau kewirausahaan.Contohnya: Pengembangan Chatbot “Lintang” (Peduli dan Tanggap) sebagai Respon Cepat Penanganan Masalah Kesehatan Mental di UGM
4. Penelitian Kolaboratif: Melibatkan masyarakat dalam penelitian berbasis AI, misalnya dalam pengumpulan data untuk proyek-proyek yang berkaitan dengan masalah lokal, sehingga masyarakat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan. Contohnya: Seminar SAPPK ITB: Bahas Prospek AI dalam Pengambilan Kebijakan Pemerintah
ADVERTISEMENT
5. Pelatihan dan Workshop: Menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat tentang penggunaan teknologi AI untuk meningkatkan keterampilan mereka, seperti dalam bidang pertanian cerdas atau pemasaran digital.Contohnya: Tim Pengabdian Masyarakat UNNES Berdayakan Pertanian Cerdas Berbasis IoT pada Kelompok Tani TEGER 02 Desa Mangunsari
6. Sistem Prediksi: Membangun sistem prediksi yang membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan, seperti dalam hal bencana alam, dengan memanfaatkan data historis dan AI untuk memprediksi kemungkinan risiko.Contohnya: Tim Gatot Kaca Universitas Brawijaya (UB) membuat gagasan mengenai penanganan proses evakuasi bencana alam di Indonesia menggunakan Safety Drone System berbasis Artificial Intelligence (AI)
Secara keseluruhan, peran AI dalam menciptakan paradigma baru di dunia pengabdian pada masyarakat menawarkan potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, kualitas, dan dampak pengabdiannya . Namun, perlu diingat bahwa keberhasilan penerapan AI dalam pengabdian tidak hanya terletak pada kemampuan teknologi, tetapi juga pada kemampuan dosen sebagai fasilitator untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan secara etis dan efektif dalam kehidupan masyarakat. Jadi dapat dilihat dengan pengolahan data penulis menggunakan Nvivo berkaitan banyaknya dosen yang sudah melakukan pengabdian masyarakat dengan tema pengunaan AI.
ADVERTISEMENT
Gambar 2. Hasil Literature Tema Pengabdian Dosen Tahun 2022-2024
Sumber: Diolah oleh penulis dengan Nvivo
Dalam memanfaatkan AI untuk pengabdian kepada masyarakat, dosen menghadapi berbagai tantangan, antara lain:
1. Kurangnya Pengetahuan dan Keterampilan: Tidak semua dosen memiliki pemahaman yang mendalam tentang AI. Ini bisa menghambat kemampuan mereka untuk mengembangkan dan menerapkan solusi berbasis AI.
2. Keterbatasan Sumber Daya: Akses terbatas terhadap teknologi dan infrastruktur yang diperlukan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi AI, terutama di daerah terpencil.
3. Resistensi dari Masyarakat: Beberapa anggota masyarakat mungkin skeptis terhadap penggunaan teknologi baru, sehingga perlu usaha lebih untuk membangun kepercayaan dan penerimaan.
4. Masalah Etika dan Privasi: Penggunaan data untuk AI harus mempertimbangkan aspek etika dan privasi, termasuk perlindungan data pribadi masyarakat.
ADVERTISEMENT
5. Kompleksitas Proyek: Mengembangkan solusi AI yang efektif untuk masalah sosial yang kompleks memerlukan pendekatan yang mendalam dan waktu yang cukup, yang mungkin sulit dicapai dalam kerangka waktu pengabdian.
6. Kesinambungan dan Pendanaan: Menjaga keberlanjutan proyek AI pasca-implementasi bisa menjadi tantangan, terutama jika tergantung pada pendanaan yang tidak stabil.
7. Kolaborasi Antar Disiplin: Membangun kolaborasi yang efektif antara berbagai disiplin ilmu dan pemangku kepentingan bisa sulit, tetapi sangat penting untuk keberhasilan proyek.
8. Evaluasi Dampak: Mengukur dampak dari penggunaan AI dalam pengabdian masyarakat bisa kompleks dan memerlukan metodologi yang tepat untuk memberikan gambaran yang akurat.
Menghadapi tantangan ini memerlukan strategi yang menjadi usulan dalam beberapa rekomendasi kebijakan sesuai pemanfaatan AI bagi peningkatan kompetensi dosen, sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Panduan Etika dan Privasi dalam Penggunaan AI
• Menyusun pedoman terkait privasi dan keamanan data yang mencakup pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data berbasis AI.
• Menyediakan pelatihan tentang etika AI dan pentingnya perlindungan privasi masyarakat.
2. Dukungan Penelitian dan Pendanaan untuk Proyek AI dalam Pengabdian Masyarakat
• Membuat skema hibah atau dana insentif untuk proyek-proyek berbasis AI yang dilakukan oleh dosen.
• Mendorong kemitraan dengan sektor swasta untuk pendanaan pengembangan solusi AI yang bermanfaat bagi masyarakat.
3. Kolaborasi Multidisiplin
• Membangun pusat inovasi yang mendukung kolaborasi antara bidang ilmu yang berbeda, yang difokuskan pada pengembangan solusi berbasis AI untuk masyarakat.
• Membuat program pendampingan atau konsultasi lintas disiplin untuk meningkatkan kapasitas dosen dalam memanfaatkan AI.
ADVERTISEMENT
4. Pelatihan dan Kapasitas Pengembangan Dosen
• Menawarkan kursus atau pelatihan AI yang relevan untuk dosen dari berbagai disiplin ilmu.
• Menyediakan akses ke sumber daya pembelajaran AI, seperti perangkat lunak, tutorial, dan studi kasus.
5. Membangun Infrastruktur dan Akses Teknologi
• Mengembangkan pusat penelitian AI di universitas yang dapat digunakan dosen untuk proyek pengabdian.
• Menyediakan akses ke teknologi AI, seperti server, perangkat lunak, dan basis data yang diperlukan untuk menjalankan proyek pengabdian berbasis AI.
6. Evaluasi dan Pengukuran Dampak AI dalam Pengabdian
• Mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari program berbasis AI yang dilakukan oleh dosen.
• Menyusun laporan tahunan tentang pencapaian proyek pengabdian yang menggunakan AI sebagai teknologi utama.
ADVERTISEMENT
Dengan menerapkan rekomendasi kebijakan ini, diharapkan pemanfaatan AI dapat memperkuat peran dosen dalam pengabdian kepada masyarakat serta menciptakan solusi yang inovatif dan berkelanjutan bagi komunitas lokal.
Nilai dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) dapat sangat relevan dalam konteks dosen yang memanfaatkan AI untuk pengabdian kepada masyarakat, sebagai berikut: Berorientasi pada Pelayanan: Fokus utama adalah memberikan manfaat bagi masyarakat. Dosen harus berkomitmen untuk mengembangkan aplikasi AI yang menjawab kebutuhan dan tantangan yang dihadapi masyarakat. Akuntabilitas: Dosen perlu memastikan bahwa penggunaan AI dalam pengabdian kepada masyarakat dilakukan secara transparan dan akuntabel, menjaga kepercayaan masyarakat terhadap hasil dan proses yang dilakukan. Kompetens: Dosen harus menunjukkan kompetensi dan pengetahuan yang memadai dalam menggunakan teknologi AI, serta terus mengembangkan diri agar dapat memberikan solusi yang berkualitas bagi masyarakat. Harmonis: Dalam pengembangan dan penerapan teknologi AI, dosen harus memastikan bahwa semua kelompok masyarakat, terutama yang kurang terlayani, mendapatkan akses yang adil terhadap solusi yang dikembangkan. Loyal: Dosen harus bertanggung jawab dalam setiap langkah penggunaan AI, mulai dari pengumpulan data hingga implementasi, memastikan bahwa semua aktivitas dilakukan dengan etika yang baik. Adaptif: Dosen diharapkan dapat berinovasi dalam memanfaatkan AI untuk menciptakan solusi baru yang lebih efektif dalam mengatasi masalah sosial, pendidikan, dan kesehatan di masyarakat. Kolaboratif: Dosen perlu bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan lembaga swasta, untuk mengembangkan solusi AI yang holistik dan berkelanjutan. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai dasar ASN ini, dosen dapat lebih efektif dalam memanfaatkan AI untuk pengabdian kepada masyarakat, menciptakan dampak yang positif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT