Zero Bullying di Sekolah: Apakah Mungkin?

Dyah Cahyaning Pramesti
Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
7 Juni 2023 16:26 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyah Cahyaning Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bullying di sekolah. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bullying di sekolah. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Bullying merupakan fenomena sosial yang kompleks, melibatkan perilaku agresif berulang yang dilakukan dengan sengaja kepada orang atau kelompok lain yang dianggap lebih lemah. Bullying dapat terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan sekolah. Menurut data Program for International Student Assesment (PISA) 2018, Indonesia berada di urutan ke-5 dari 78 negara dengan siswa terbanyak yang mengalami bullying, yaitu sebanyak 41,1%. Selain itu, pada tahun 2020, KPAI menerima lebih dari 2.500 kasus terkait bullying di sekolah.
ADVERTISEMENT
Bullying di sekolah merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Masalah ini dapat memiliki efek jangka panjang terhadap individu yang terlibat, termasuk korban dan pelaku. Bullying dapat berdampak pada kondisi fisik, psikologis, prestasi akademik, dan hubungan sosial. Menetapkan zero bullying sebagai tujuan merupakan langkah penting dalam mengurangi efek negatif bullying di sekolah.
Namun, apakah zero bullying di sekolah mungkin untuk dicapai? Mari jelajahi kemungkinan untuk mencapai zero bullying di sekolah dan langkah-langkah yang diperlukan dalam mewujudkannya.

Tantangan dalam mewujudkan zero bullying di sekolah

Terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari bullying. Bullying terbagi menjadi empat jenis, yaitu bullying fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying sehingga masing-masing jenis membutuhkan strategi pencegahan khusus dan pengawasan dari pendidik dan orang tua. Selain itu, mengatasi tantangan ini membutuhkan pendekatan multi-aspek yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, termasuk siswa, orang tua, guru, dan administrator sekolah.
ADVERTISEMENT

Kebijakan yang Efektif

Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari bullying, sekolah harus menetapkan kebijakan dan intervensi anti-bullying yang komprehensif. Langkah-langkah ini harus mencakup definisi yang jelas terkait bullying, mekanisme pelaporan, dan konsekuensi bagi pelanggar.
Pelatihan guru dan staf dalam mengidentifikasi dan menangani insiden intimidasi segera sangat penting. Selain itu, menerapkan intervensi berbasis bukti, seperti program dukungan sebaya dan strategi penyelesaian konflik, dapat memainkan peran penting dalam mencegah dan mengelola insiden intimidasi.

Menanamkan Budaya Saling Menghargai

Mencapai zero bullying membutuhkan penanaman budaya hormat, empati, dan inklusivitas di sekolah. Hal ini melibatkan penanaman nilai-nilai kebaikan, toleransi, dan pengertian di antara siswa, guru, dan staf. Dengan mempromosikan perilaku positif, program anti-bullying, dan pendidikan karakter, sekolah dapat menumbuhkan lingkungan yang aman dari bullying dan mendorong hubungan yang sehat.
ADVERTISEMENT

Memberikan Pendampingan, baik pada korban maupun pelaku

Membangun struktur pendukung sangat penting bagi korban dan pelaku. Korban membutuhkan dukungan segera, termasuk layanan konseling dan dukungan kelompok sebaya untuk membangun kembali kepercayaan diri dan menguatkan mental mereka. Pada saat yang sama, penting untuk mengetahui alasan yang mendasari perundung melakukan bullying. Konseling, edukasi mengenai dampak bullying bagi pelaku, dan pemberian sanksi dapat membantu perundung memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan memberi alternatif untuk menyelesaikan konflik.

Peran Teknologi

Di era digital saat ini, menangani cyberbullying merupakan aspek penting untuk mencapai zero bullying. Sekolah harus menggabungkan pendidikan literasi digital, mengajarkan perilaku online yang bertanggung jawab kepada siswa, serta cara mengarahkan dan melaporkan insiden cyberbullying. Menerapkan kebijakan dan pedoman yang ketat terkait penggunaan teknologi, di samping mekanisme pemantauan dan pelaporan, dapat membantu menciptakan ruang online yang lebih aman bagi siswa.
ADVERTISEMENT

Keterlibatan Aktif Siswa, Orang Tua, dan Masyarakat

Menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari bullying membutuhkan kerja sama antara siswa, orang tua, guru, dan masyarakat luas. Siswa harus didorong untuk berpartisipasi aktif dalam melawan bullying. Orang tua dapat mendukung sekolah dengan mengedukasi anak mereka terkait anti-bullying di rumah dan membina komunikasi terbuka dengan anak-anak mereka. Melibatkan masyarakat melalui kemitraan dengan organisasi dan sumber daya lokal dapat semakin memperkuat upaya untuk menghilangkan bullying di sekolah.

Pendidikan dan Kesadaran Berkelanjutan

Pendidikan dan kesadaran memainkan peran penting dalam mengatasi bullying. Sekolah harus memprioritaskan pelatihan berkelanjutan untuk guru, staf, dan siswa, mempromosikan pemahaman tentang anti-bullying dan pentingnya toleransi. Selain itu, mengedukasi orang tua terkait tanda-tanda bullying dan membekali mereka dengan sumber daya untuk mendukung anak-anak mereka sangatlah penting. Dengan menumbuhkan pemahaman bersama tentang dampak bullying, sekolah dapat memberdayakan individu untuk menentangnya.
ADVERTISEMENT
Mencapai zero bullying di sekolah merupakan sebuah perjalanan yang memerlukan proses. Meskipun zero bullying di sekolah tidak sepenuhnya realistis dan memiliki banyak tantangan, sangat penting untuk mengusahakan tercapainya lingkungan sekolah yang aman dan kondusif di mana bullying dapat diminimalkan dan ditangani secara efektif sehingga setiap siswa dapat menerima pendidikan yang bebas dari rasa takut dan intimidasi.