Konten dari Pengguna

Ngarai Sianok: Pesona di Bawah Bayang-Bayang Lobang Jepang

dyanipradespratiwi
Penulis merupakan Dosen Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Andalas
17 September 2023 14:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari dyanipradespratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Dyani Prades Pratiwi: Ngarai Sianok di Taman Panorama, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Dyani Prades Pratiwi: Ngarai Sianok di Taman Panorama, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat.
ADVERTISEMENT
Bukittinggi merupakan salah satu kota wisata dengan kunjungan wisatawan tertinggi se-Sumatera Barat. Jam Gadang yang ikonik dan Lobang Jepang yang menjadi saksi bisu kolonialisme Indonesia menjadikan kota tersebut sangat dekat dengan sejarah. Salah satu proklamator Indonesia, Bung Hatta, pun lahir disana. Didukung dengan alam yang indah dan udara yang sejuk membuat kota tersebut memiliki suasana yang nyaman. Kekuatan kota ini dengan sektor pariwisata dan sejarahnya menjadikan kota ini identik dengan wisata sejarah. Identitas kota sejarah ini membuat pesona lain dari kota ini tertutupi. Kebesaran wisata sejarah menggeser destinasi wisata lainnya yang tidak memiliki kaitan dengan sejarah kota tersebut. Salah satunya adalah Ngarai Sianok.
ADVERTISEMENT
Ngarai Sianok berada pada satu destinasi wisata yang sama dengan Lobang Jepang, yaitu Taman Panorama. Lokasi yang berada pada satu pekarangan ini membuat Ngarai Sianok menjadi destinasi yang harus disinggahi sebelum wisatawan mengunjungi Lobang Jepang. Namun, pesona Ngarai Sianok seperti tenggelam di bawah bayang-bayang Lobang Jepang yang menjadi primadona bagi para wisatawan yang mengunjungi destinasi tersebut. Pemandu wisata yang bertugas di Taman Panorama, Ivan, mengakui bahwa ketika wisatawan datang berkunjung, para wisatawan akan diarahkan ke Lobang Jepang. Narasi pemandu wisata dalam menjelaskan juga hanya berfokus pada wisata sejarah di Lobang Jepang. Sehingga ketika para wisatawan melewati Ngarai Sianok, mereka hanya datang untuk melihat alam dan mengabadikannya melalui foto tanpa mendapatkan informasi terkait Ngarai Sianok.
Foto oleh Dyani Prades Pratiwi: Panorama Ngarai Sianok
Fenomena ini menjadi suatu permasalahan tersendiri pada bidang pariwisata. Tidak adanya narasi panduan wisata terkait Ngarai Sianok membuat destinasi tersebut tidak menarik bagi wisatawan. Sangat disayangkan, jika tidak diberi perhatian lebih karena Ngarai Sianok telah diabadikan dalam mata uang rupiah pada lembar Rp. 1000,- pada tahun 1980 dan uang Rp. 2000,- pada tahun 2022. Untuk itu, sastra hadir sebagai rekomendasi narasi yang bahkan dapat dikembangkan menjadi strategi branding destinasi wisata tersebut, sehingga Ngarai Sianok dapat berdiri dengan identitasnya sendiri tanpa diembel-embeli Lobang Jepang dan Jam Gadang yang sudah terlebih dahulu menjadi ikon kota Bukittinggi. Pemajuan destinasi wisata dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan sastra pariwisata yang menjadi alat mengembangkan destinasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Foto oleh Dyani Prades Pratiwi: Pintu Masuk Lubang Japang
Sastra pariwisata merupakan suatu bidang interdisipliner yang mengkaji hubungan antara sastra dan pariwisata. Banyak karya sastra yang terinspirasi dari destinasi wisata hingga menjadi latar tempat pada sebuah cerita. Begitu pula pada bidang pariwisata, banyak destinasi wisata yang dibuat khusus karena nama besar sastra. Hubungan ini membuat sastra pariwisata dapat menjadi solusi dalam menjawab permasalahan yang berkaitan dengan bidang tersebut.
Kota Bukittinggi, sebagaimana daerah di Sumatera Barat lainnya, memiliki kedekatan dengan sastra. Cerita rakyat yang merupakan bagian dari sastra lisan telah lama berkembang di daerah tersebut. salah satunya Legenda Ngarai SIanok. Legenda ini mengisahkan tentang seorang pemimpin bernama Sang Sapurba yang dikhianati oleh salah satu pengawal terbaiknya, yaitu Katik Muno. Katik Muno yang memiliki kesaktian berubah menjadi Naga dan membelah Minangkabau menjadi dua bagian yang menyebabkan adanya Ngarai dengan aliran api sebagai pemisah kekuasaan atas dirinya dan Sang Sapurba. Hingga akhirnya kedua pemimpin tersebut berperang dan Katik Muno berhasil dikalahkan oleh Sang Sapurba. Katik Muno di saat terakhirnya kemudian mengakui kesalahannya karena telah berkhianat dan mengubah aliran api yang ada pada Ngarai menjadi aliran air yang dapat membantu masyarakat, tumbuh-tumbuhan di sekitar Ngarai akan menyerap kesaktiannya hingga dapat bermanfaat dalam pengobatan, dan Ngarai tersebut menjadi Ngarai yang indah dan menjadi pemersatu Minangkabau.
ADVERTISEMENT
Legenda ini tentunya sangat menarik jika dikembangkan menjadi narasi pemandu wisata ketika para wisatawan berkunjung ke Ngarai Sianok. Kisah tersebut memiliki latar tempat yang masih bisa disaksikan secara riil yang menjadikan keunikan tersendiri untuk destinasi wisata ini. Hal tersebut bahkan dapat menjadi strategi branding pariwisata yang telah dilakukan oleh Legenda Malin Kundang di Pantai Air Manis sebelumnya. Peluang tersebut tentunya akan berdampak positif bagi bidang pariwisata dan juga bidang sastra. Dengan menjadikannya strategi branding dan narasi pemandu wisata, maka cerita rakyat akan semakin tersebar luas kepada masyarakat, khususnya wisatawan yang datang berkunjung. Penyebaran tersebut tentunya dapat menjadi upaya pelestarian cerita rakyat dan budaya Minangkabau sesuai dengan upaya pemerintah yang sedang gencar dalam melestarikan kearifan lokal. Penyebaran cerita rakyat tersebut juga tentu memperkuat identitas Minangkabau di ranah Nasional bahkan Internasional. Selain memperkuat fungsi cerita rakyat tersebut, penyebaran ini dapat pula menjadi media dalam mengimplementasikan fungsi cerita rakyat sebagai media pendidikan karakter. Cerita rakyat yang sarat akan pesan moral dapat menanamkan pendidikan karakter bagi masyarakat yang mendengarkan, terutama anak-anak. Sehingga, pengalaman berwisata dapat menjadi pengalaman belajar dengan cara yang lebih menyenangkan.
ADVERTISEMENT
*Artikel ini merupakan salah satu luaran Skim Riset Dosen Pemula yang diadakan oleh Universitas Andalas.