Konten dari Pengguna

Ketika Mimpi Terkubur karena Uang, dan Kesempatan Disia-siakan karena Lalai

Dyantri Afsyari
Saya Mahasiswa aktif di Universitas Pamulang dengan prodi Sistem Informasi
29 April 2025 18:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyantri Afsyari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
by; https://www.istockphoto.com/id/foto/bocah-asia-mengenakan-seragam-sekolah-membaca-dan-belajar-di-luar-ruangan-di-sawah-gm1255990646-367608914
zoom-in-whitePerbesar
by; https://www.istockphoto.com/id/foto/bocah-asia-mengenakan-seragam-sekolah-membaca-dan-belajar-di-luar-ruangan-di-sawah-gm1255990646-367608914
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, banyak anak muda yang bermimpi tinggi—ingin menjadi dokter, guru, insinyur, atau apapun yang bisa membanggakan keluarga dan mengubah hidup. Mereka punya semangat, punya tekad, dan punya kemampuan. Tapi, satu hal yang sering kali menghalangi langkah mereka adalah satu kata: uang.
ADVERTISEMENT
Faktor ekonomi masih menjadi tembok besar bagi sebagian masyarakat yang ingin mengenyam pendidikan tinggi. Biaya kuliah yang mahal, kurangnya akses beasiswa, dan tekanan hidup membuat banyak generasi muda harus rela mengubur mimpi mereka dalam-dalam. Padahal, mereka ingin belajar. Mereka ingin sukses. Tapi keadaan tidak memberi mereka peluang.
Ironisnya, di sisi lain, ada orang-orang yang hidup berkecukupan, punya semua fasilitas—laptop, internet, sekolah bagus, bahkan kesempatan ke luar negeri—namun justru tidak peduli dengan pendidikan. Ada yang malas belajar, tidak serius sekolah, bahkan menganggap pendidikan itu tidak penting. Kesempatan besar yang dimiliki malah disia-siakan.
Inilah kenyataan yang harus kita sadari bersama: keinginan dan semangat belajar sering kali justru datang dari mereka yang kekurangan, bukan dari yang serba cukup. Dan di sinilah letak masalah pendidikan kita—bukan hanya soal uang, tapi juga soal kesadaran.
ADVERTISEMENT
Pendidikan seharusnya menjadi hak bagi semua orang, bukan hanya milik mereka yang mampu. Sudah saatnya kita bersama-sama membangun sistem yang lebih adil dan membudayakan rasa tanggung jawab terhadap pendidikan. Untuk yang diberi kesempatan, hargailah. Dan untuk yang belum punya jalan, mari kita bantu buka jalan itu bersama.
Karena masa depan bangsa ini tidak hanya ditentukan oleh siapa yang punya uang, tapi oleh siapa yang benar-benar mau belajar dan berjuang.