Sore Ramadhan di Sydney, Australia

Dyota Maitri
Coffee & cats.
Konten dari Pengguna
29 Mei 2017 16:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dyota Maitri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Senja di Harbour Bridge, Sydney (Foto: Dok. Pribadi)
Pilih mana, udara panas atau dingin? Saya suka bingung kalau ditanya itu karena jawaban saya adalah tergantung.
ADVERTISEMENT
Udara paling panas yang pernah saya alami adalah berada di bawah terik matahari 41 derajat celcius pada musim panas di Melbourne, Australia. Yang saya ingat, saya jadi gampang senewen beberapa hari itu. Jadi gak kebayang kalau harus berpuasa dengan cuaca seperti itu.
Untungnya, musim panas di Australia jatuh pada bulan Desember sampai Februari. Jadi, selama beberapa tahun saya tinggal di sana, saya selalu merasakan puasa di musim dingin yang jatuh pada bulan Juni sampai Agustus. Walaupun jauh dari keluarga, masa-masa puasa di Australia sebenarnya gak terlalu berat buat saya.
Tahun lalu di Sydney, saya merasakan durasi puasa yang cukup pendek—kurang dari 11 jam. Udara yang sejuk (sekitar 14 derajat celcius) membuat puasa jadi lebih ringan rasanya. Saya pun beberapa kali menyempatkan diri untuk lari sore sebelum Maghrib datang. Rute jogging dari rumah menuju pantai selalu memberikan pemandangan cantik. Kalau biasanya saya jogging saat matahari baru muncul, selama puasa saya disuguhkan dengan pemandangan sunset yang gak kalah cantik. Rasa haus dan lapar tetap ada, tapi rasanya cukup ter-distract dengan hawa yang bersih, tenang, dan sejuk selama jogging sepanjang 5 km.
Photo: Sunset jogging menuju Maghrib
ADVERTISEMENT
Buat saya, tantangan yang paling besar adalah coffee withdrawals. Sydney adalah salah satu kota di Australia yang terkenal dengan berbagai kedai kopinya. Di dekat tempat tinggal saya saat itu, ada banyak tempat ngopi yang dari jauh sudah bisa tercium aroma kopinya. Rutinitas beli kopi sebelum ke kampus pun harus disingkirkan sejenak. Tapi mendengar cerita teman-teman muslim di belahan bumi lain, rasanya ini gak seberapa dengan tantangan yang mereka hadapi karena harus berpuasa selama 17 jam lebih.
Photo: Menikmati senja dari balkon rumah di Maroubra, Sydney
Saya bersyukur bisa berpuasa kembali bersama keluarga tahun ini di Tanah Air. It’s definitely a challenging month, but it’s a month that is shared.
ADVERTISEMENT