Konten dari Pengguna

Mari Membahas Tipologi Belajar dan Ruang Lingkupnya

Dzikra Mufti
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 Oktober 2024 14:39 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dzikra Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar tipologi belajar, sumber gambar: https://pixabay.com/id/.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar tipologi belajar, sumber gambar: https://pixabay.com/id/.
ADVERTISEMENT
Belajar merupakan kegiatan yang dianggap sebagai sebuah kebutuhan yang perlu dijalankan oleh setiap individu. Setiap pembelajaran, ada beberapa tipologi yang dapat dipakai oleh setiap individu.
ADVERTISEMENT
Sebelum melangkah jauh, mari kita bahas satu persatu.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, Tipologi adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam golongan-golongan menurut corak watak masing-masing. Tipologi dalam belajar merupakan kombinasi dari kemampuan setiap individu dalam menyerap, mengatur, dan mengolah informasi belajar.
Tipologi siswa dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yakni visual, auditori, dan kinestetik. Tipologi belajar dapat membantu membantu seorang individu agar lebih mengenal cara belajar yang paling cocok untuk dirinya sendiri sehingga dapat memaksimalkan potensi dalam belajar. Adapun macam-macam tipologi belajar, antara lain:
1. Tipologi Belajar Visual
Seperti namanya visual yang berarti menitikberatkan pada ketajaman penglihatan, gaya belajar visual siswa lebih memahami informasi melalui gambar, grafik, diagram, dan representasi visual lainnya. Siswa yang menggunakan gaya belajar ini cenderung lebih baik dalam mengingat apa yang mereka lihat daripada mereka dengar.
ADVERTISEMENT
2. Tipologi Belajar Auditori
Seperti namanya auditori yang berarti mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat, karakter gaya belajar ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Siswa yang menggunakan gaya belajar ini juga cenderung belajar lebih aktif melalui pendengaran, mereka juga lebih suka mendengarkan penjelasan verbal, diskusi, dan ceramah. Begitu Pula dengan audio, musik atau rekaman juga dapat menjadi media yang efektif untuk mereka.
3. Tipologi Belajar Kinestetik
Seperti namanya kinestetik yang berarti mengharuskan individu menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar bisa mengingat, siswa yang menggunakan gaya belajar ini lebih efektif belajar dengan cara melakukan. Mereka cenderung menyerap informasi dengan baik melalui aktivitas fisik, seperti simulasi, eksperimen atau pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan gerakan tubuh.
ADVERTISEMENT
4. Tipologi Belajar Reading atau Writing
Siswa yang menggunakan gaya belajar ini mengacu pada kegiatan belajar yang baik melalui teks tertulis, baik itu membaca buku, artikel, atau menulis catatan. Gaya belajar ini juga membuat siswa lebih suka belajar dengan membaca dan menulis, mereka lebih nyaman memahami informasi yang disajikan dalam bentuk teks tertulis.
5. Tipologi Multiple Intelligences atau Kecerdasan Majemuk - Howard Gardner
Seorang tokoh terkenal bernama Howard Gardner mengungkapkan tentang teori kecerdasan majemuk yang menunjukan bahwa manusia memiliki berbagai jenis kecerdasan atau cara belajar yang berbeda. Dalam gaya belajar ini ada delapan kecerdasan utama, yaitu:
a. Kecerdasan Linguistik
ADVERTISEMENT
adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Siswa yang menguasai kecerdasan ini kuat dalam bahasa dan berkomunikasi.
b. Kecerdasan Logis-Matematis
Adalah kekuatan dalam berpikir logis, menyusun strategi, dan kemampuan dalam matematika atau sains.
c. Kecerdasan Visual-Spasial
Adalah kemampuan dalam memahami dan memanipulasi ruang, objek, dan visualisasi. Siswa yang menguasai kecerdasan ini biasanya menguasai bidang seni, arsitektur, dan desain.
d. Kecerdasan Kinestetik
Adalah kecerdasan yang melibatkan kontrol tubuh yang baik dan kemampuan motorik yang kuat, seperti dalam olahraga atau keterampilan fisik lainnya.
e. Kecerdasan Musik
ADVERTISEMENT
Adalah kecerdasan dalam memahami dan menciptakan musik, ritme, dan melodi.
f. Kecerdasan Interpersonal
Adalah kecerdasan dalam memahami orang lain dan bekerja dengan baik dalam tim. Siswa yang menguasai kecerdasan ini biasanya kuat dalam berinteraksi sosial.
g. Kecerdasan Intrapersonal
Adalah kecerdasan dalam memahami diri sendiri dan memiliki kesadaran diri yang tinggi.
h. Kecerdasan Naturalisme
Adalah kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasikan jenis-jenis benda alami, seperti dalam pelajaran biologi atau ekologi.
6. Tipologi Kolb
Seorang tokoh terkenal bernama David Kolb mengemukakan bahwa gaya belajar ini merupakan gaya belajar yang menekankan pada proses pengolahan informasi. Tokoh ini juga menegaskan jika orientasi seseorang dalam proses belajar dipengaruhi oleh empat kecenderungan, yaitu concrete experience (feeling), reflective observation conceptualization (watching), (thinking), dan abstract active experimentation(doing). David berpandangan jika sebuah rancangan pembelajaran termasuk sebagai salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa yang harus dipersiapkan dengan maksimal.
ADVERTISEMENT
7. Tipologi berdasarkan modalitas sensorik
Gaya belajar ini memiliki dominan memperoleh informasi dengan cara:
a. Belajar melalui penglihatan atau visual learners
Kegiatan ini lebih dominan pada mata sebagai alat utama dalam belajar.
b. Belajar melalui pendengaran atau auditory learners
Kegiatan ini lebih dominan pada telinga untuk mendengarkan dan memahami informasi.
c. Belajar melalui gerakan atau tactile/kinesthetic learners
Kegiatan ini lebih nyaman belajar dengan merasakan atau memegang objek, melakukan gerakan fisik atau pengalaman langsung.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan individual dalam belajar, antara lain:
1. Faktor Status Sosial Ekonomi
ADVERTISEMENT
Faktor ini meliputi kekayaan, kekuasaan, dan prestise. Bagaimana status sosial ekonomi keluarga meliputi tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan dan penghasilan orang tua, fasilitas khusus, dan barang-barang berharga yang ada di rumah, seperti radio, televisi, dan lain sebagainya. Faktor ini jika dibicarakan dalam cara mendidik maka anak-anak yang berasal dari keluarga miskin seringkali mendapat gaya mendidik yang kasar dari orang tua mereka.
Berbeda dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi tinggi lebih menunjukan prestasi belajar lebih tinggi dan dapat bersekolah lebih lama daripada murid-murid yang berasal dari keluarga dengan latar belakang sosial ekonomi rendah.
2. Faktor Budaya
Dalam kehidupan seseorang, kebudayaan dapat membentuk kelompok dia berada, karena setiap kelompok budaya mengajarkan “pelajaran-pelajaran” tertentu tentang hidup an kehidupan, yakni:
ADVERTISEMENT
a. Ketentuan yang mengatur hubungan antarpribadi.
b. Ajaran tentang waktu dan cara terbaik menggunakan waktu.
c. Citra mengenai pribadi yang ideal.
d. Gagasan mengenai hubungan antara manusia dengan alam.
e. Nilai-nilai yang paling dijunjung tinggi.
3. Faktor Praktik Mendidik Anak
Seorang peneliti luar bernama White dan kawan-kawan pada tahun 1978, praktik-praktik dalam mendidik anak cenderung mempengaruhi perkembangan keterampilan sosial dan percakapan kognitif anak. Praktik ini juga mencakup penciptaan lingkungan keluarga yang longgar dan ramah, tanggap terhadap kebutuhan dan minat anak, menyambut dan menghargai prestasi mendorong rasa ingin tahu dan bersaing, dan berbicara dengan anak tentang hal yang menarik minat dan perhatiannya.
ADVERTISEMENT
4. Faktor Urutan kelahiran
Pada faktor ini, biasanya Anak sulung lebih berorientasi pada orang dewasa, pandai mengendalikan diri, mudah menyesuaikan diri, cemas, takut gagal, pasif jika dibandingkan dengan adik-adiknya. Berbeda dengan anak tunggal yang umumnya memiliki sifat lebih pasti, seperti lebih dapat bergaul dan menyesuaikan diri lebih baik, prestasi akademiknya di sekolah lebih tinggi daripada anak-anak yang memiliki saudara kandung dan anak sulung. Sedangkan anak tengah biasanya menunjukan sifat ekstrover dan kurang mempunyai dorongan berprestasi daripada anak sulung.
Untuk anak yang lahir kemudian (adik) belum ada informasi yang cukup, maksudnya data yang dikemukakan pada umumnya pengalam mereka ini berbeda, tergantung banyaknya saudara yang dimilikinya.
ADVERTISEMENT
5. Faktor Perceraian Orang Tua
Peristiwa perceraian merupakan peristiwa yang menekan batin seorang anak. Dengan konflik antara suami-istri yang berkepanjangan, hal ini juga dapat mengakibatkan guncangan pada anak. Anak sendiri harus berhadapan dengan orang tua yang menjadi mudah marah, lesu, dan pencemas sehingga sang anak sendiri kurang rasa kasih sayang dari orang tua. Orang tua sendiri lebih mementingkan ego masing-masing dan bahkan ada yang sampai menelantarkan anak-anak mereka. Terkadang juga, ada anak-anak yang menganggap bahwa dirinyalah yang menjadi biang keladi perceraian itu dan berharap cemas semoga orang tuanya rujuk kembali. Dan pada umumnya, anak-anak juga menjadi korban dari sebuah perceraian orang tua.
ADVERTISEMENT
Dosen Pembimbing: Ibu Maolidah, M.Psi.