Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mari Membedah Teori Pembelajaran dari Para Ahli
20 Oktober 2024 10:50 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dzikra Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejatinya setiap manusia membutuhkan yang namanya pendidikan dan ilmu. Dalam dunia pendidikan, ada beberapa teori yang dapat digunakan saat belajar. Mari kita bedah satu persatu:
ADVERTISEMENT
1. Teori Belajar Psikologi Kognitif
Kegiatan dan kegiatan kognitif merupakan sepasang kerangka yang sulit dipisahkan karena pada dasarnya belajar merupakan mekanisme mental, bukan berupa tindakan jasmani. Seperti contohnya anak yang sedang belajar membaca ataupun menulis, mereka memerlukan alat berupa mulut dan tangan untuk melakukan dua kegiatan tersebut. Seorang ahli psikologi bernama Jean Piaget memberi pendapat tentang perkembangan kognitif anak terjadi melalui serangkain tahapan yang jelas, baik secara aktif berinteraksi dengan lingkungan dan membangun sebuah pemaham masing-masing mereka tentang dunianya. Jika penganut aliran behaviorisme, respon fisik tidak dianggap tidak memerlukan kesadaran mental, mengapa?. Karena segala aktivitas manusia hanyalah refleks otomatis, maksudnya refleks tersebut bisa menjadi kebiasaan seorang siswa karena pelatihan yang diajarkan, semakin dilatih makan semakin mahir dan terampil serta dikuasai. Jika dikaitkan dengan pandangan psikologis kognitif, proses belajar ini dianggap terlalu sederhana, tidak realistis, dan sulit dibenarkan secara psikologis. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, di antara lain:
ADVERTISEMENT
A. Faktor Eksternal (faktor alami):
• Faktor bawaan
• Faktor kematangan
• Faktor minat dan bakat
B. Faktor Internal (faktor luar):
• Faktor lingkungan
• Faktor pembentukan
• Faktor kebebasan
Selain ada kognitif ada pula metakognitif, yakni kesadaran terhadap proses berpikir yang kesadaran dan pemahaman seseorang terhadap proses berpikirnya sendiri. Menurut Marzano ada dua aspek dalam metakognitif, yaitu pertama pengetahuan dan kontrol diri yang melibatkan pemahaman tentang diri sendiri dalam konteks pembelajaran, yang kedua pengetahuan dan control terhadap proses yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengelola dan mengarahkan proses berpikir atau belajar. Tujuan dari metakognitif sendiri menghasilkan peserta didik yang mampu memecahkan masalah dengan kemampuan dan keterampilan yang ada, karena hal tersebut penting dalam kehidupan bermasyarakat.
ADVERTISEMENT
2. Teori Belajar Cognitive Field Lewin
Menurut ahli psikologi bernama Lewin, teori ini memandang setiap individu berada dalam sebuah medan kekuatan psikologis, maksudnya setiap perilaku individu merupakan hasil interaksi antara kekuatan dalam diri, seperti tujuan, kebutuhan, dan tekanan psikologis. Menurutnya proses belajar terjadi akibat perubahan dalam struktur kognitif individu. Perubahan ini dipengaruhi oleh dua faktor yakni, pertama struktur kognitif itu sendiri, yang kedua adalah motivasi dan kebutuhan internal individu. Maka secara ringkasnya teori ini berfokus pada kepribadian dan psikologi sosial.
3. Teori Belajar Cognitive Development Piaget
Menurut Piaget pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan baru yang sebelumnya belum ada. Proses ini bersifat kualitatif bukan kuantitatif. Dalam pandanganya, ia juga menjelaskan proses berpikir berkembang secara bertahap, yakni dari tahap konkret menuju abstrak. Kecerdasan sendiri, menurut Piaget ada tiga aspek, yakni struktur atau Scheme, isi atau content yang merujuk pada pola perilaku spesifik individu ketika menghadapi masalah, dan fungsi atau function yang terkait cara individu memperoleh kemajuan intelektual. Maka secara ringkasnya Piaget mendefinisikan kecerdasan sebagai serangkaian struktur psikologis yang berkembang pada tahap tertentu.
ADVERTISEMENT
4. Teori Discovery Learning Burner
Seorang ahli psikologi bernama Jerome Bruner merumuskan teori discovery learning dengan landasan jika setiap anak harus berperan aktif dalam proses pembelajaran. Teori yang diciptakannya ini lebih mendorong setiap individu untuk membangun pemahaman mereka sendiri melalui kegiatan eksplorasi dengan menekankan setiap individu sebagai pencari makna yang aktif, mengarahkan pembelajaran mereka sendiri dari konkret menuju abstrak sesuai pertumbuhan kognitif masing-masing. Menurutnya kurikulum yang efektif bukan hanya memberikan informasi saja tetapi juga membentuk setiap individu sebagai problem solver, ilmuan, atau ahli bidang tertentu. Pengajaran yang berbasis pada penemuan ini menyiapkan setiap individu untuk berpikir kritis dan mandiri dalam menghadapi masalah-masalah di kehidupan kelak. The act of discovery dari Bruner:
ADVERTISEMENT
a. Adanya Suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.
b. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada ekstrinsik.
c. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
d. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.
5. Teori Belajaran Konstruktivisme
Teori ini menekankan jika pengetahuan di bangun oleh setiap individu melalui pengalaman dan interaksi sosial, dimana mereka dapat terlibat aktif dalam proses belajar. Ada dua pokok terkait konstruktivisme, yakni pembelajaran memiliki peran aktif dalam membentuk pengetahuan, yang kedua adalah interaksi sosial memainkan peran krusial dalam proses ini. Menurut ahli ahli psikologi bernama Vigotsky, konstruktivisme mengharapkan agar peserta didik dapat membangun kemampuan yang dimilikinya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan keilmuan dan zamannya. Vigotsky juga menyatakan bahwa teori ini juga teori konstruksi sosial yang menekankan jika kecerdasan manusia berasal dari interaksi dengan masyarakat, lingkungan, dan budaya di sekitarnya. Tujuan teori ini adalah mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran. Sedangkan metode yang berkaitan erat dengan teori ini adalah teori discovery learning dan meaningful learning. Model pembelajaran dalam teori ini adalah pembelajaran kooperatif, di mana peserta didik dalam kelompok kecil yang bersifat heterogen baik dari segi tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku untuk saling membantu dalam mencapai tujuan bersama. Model pembelajaran lainnya adalah Problem Based Learning (PBL), dimana peserta didik harus terlibat aktif dalam mengkonstruksi konsep, berpusat pada peserta didik yang diberikan permasalahan dan kemudian dipecahkan oleh mereka sendiri. Adapun prinsip dasar teori Belajaran Konstruktivisme, antara lain:
ADVERTISEMENT
a. Belajar adalah sebuah proses yang aktif peserta didik secara aktif mengarahkan belajarnya menggunakan berbagai input yang mereka terima).
b. Anak belajar dengan baik dan menyelesaikan berbagai konflik kognitif melalui pengalaman, refleksi dan metakognitif.
c. Peserta didik secara aktif berusaha mengkonstruksikan makna.
d. Konstruksi pengetahuan tidak hanya dilakukan secara individual tetapi juga dapat dilakukan secara sosial, melalui interaksi sosial, baik itu dengan teman sebaya, guru, orang tua, dan sebagainya.
e. Guru harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak dan teori belajar (agar dapat menilai secara lebih akurat belajar seperti apa yang dapat terjadi).
f. Pembelajaran harus dikonseptualisasikan (belajar paling bagus apabila materi baru berhubungan dengan materi yang telah diberikan sebelumnya).
ADVERTISEMENT
g. Mengkonstruksikan pengetahuan secara menyeluruh, dengan cara mengeksplorasi dan menengok kembali materi yang telah dipelajari.
Dosen Pembimbing: Ibu Maolidah, M.Psi