Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menapaki Unsur Pendekatan Pragmatik dalam Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos"
22 Mei 2024 8:50 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Dzikra Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai pencinta karya sastra, tentu saja kita akan membaca dan menghayati isi yang disuguhkan penulis dalam suatu karya sastra, bakan kita juga dapat terhanyut dalam alur yang telah disusun oleh pengarang itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Menurut Teew dalam bukunya “Sastra dan Ilmu Sastra” sastra adalah “segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tulis, meskipun tidak semua bahasa ditulis adalah sastra”.
Puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” merupakan salah satu karya sastra berbentuk puisi karangan Supardi Djoko Damono dalam bukunya yang berjudul “Hujan Bulan Juni: Serpihan Sajak”. Buku tersebut pertama kali terbit pada tahun 1994 oleh Penerbit Grasindo kemudian diterbitkan lagi pada tahun 2015 oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Puisi ini mengangkat unsur tentang hubungan rohani manusia dan tuhannya dengan objek yang sederhana, yaitu kartu pos sebagai alat komunikasi.
Dalam puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini ada beberapa unsur pendekatan pragmatik yang tersaji, yakni:
ADVERTISEMENT
1. Puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini m
enggunakan gaya bahasa yang jelas atau tidak ambigu sehingga dapat dipahami pembacanya. Pada lembar kartu pos pertama “kubayangkan tanganmu gemetar, tanda bahwa ada yang ini kau disampaikan”. Penulis bermaksud memberi tahu bahwa si tokoh tersebut sedang mengalami ketegangan atau kecemasan dalam doa yang ia sampaikan kepada tuhan.
2. Puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini penulis menggunakan beberapa simbol atau gambaran yang tersirat yang ada dalam beberapa kata, seperti pada lembar kartu pos pertama “tidak diantara bintang-bintang, tidak dicelah awan, tidak disela-sela sayap malaikat”. Disini penulis mulai menggambarkan beberapa simbol yang tempatnya berada jauh nan tinggi diangkasa, karena pada realitanya tuhan memiliki tempat yang tidak dapat dijangkau oleh manusia dan tempatnya juga bisa diartikan sebagai tempat yang suci. Serta sebuah keinginan tinggi yang dimiliki manusia itu, namun tidak didapat dengan mudah ia capai, karena haruslah ada usaha dan doa agar dapat tercapai.
ADVERTISEMENT
3. Puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini menggunakan pendekatan naratif yang terstruktur, karena penulis membuat puisi ini dengan alur yang teratur. Yang mana pada lembar kartu pos pertama, diceritakan bahwa si tokoh itu sedang memanjatkan doa pengharapan dengan emosi yang didapat kita lihat sendiri. Selanjutnya pada lembar kartu pos kedua, penulis menggambarkan banyak peristiwa atau kejadian yang sedang dialami si tokoh itu dalam perjalanannya memanjatan doa. Yang terakhir, yaitu pada lembar kartu pos ketiga, pengarang menutup ceritanya dengan penutup tentang cara memuaskan si tokoh, yaitu tuhan memberitahu kata dalam bahasa Arab “kunfayakun” yang berati "terjadilah”. Tuhan menyampaikan bahwa ketika ia sudah berkehendak dengan keputusannya maka tidak ada yang bisa menghalanginya.
ADVERTISEMENT
4. Puisi “Tiga Lembar Kartu Pos” ini menggunakan bahasa konotatif, yang mana pada lembar kartu pos ketiga ini penulis menggunakan kalimat “aku meraung karena dihalanginya menggunakan topeng ....” dengan maksud si tokoh ingin mengeluarkan emosinya tentang sebuah kebebasan. Si tokoh sedang menggunakan kedok atau topeng karena suatu hal.
Pada dasarnya, kajian unsur pendekatan pragmatik adalah pendekatan yang berfokus terhadap pemahaman pembaca. Tapi menurut Teew sendiri, pendekatan pragmatik adalah kajian sastra yang menitikberatkan dimensi pembaca sebagai penangkap dan pemberi makna terhadap karya sastra.
Sedangkan menurut Siswanto “Pendekatan pragmatik adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra”.
Untuk itu, karena sifat karya sastra yang multitafsir membuat pembaca bebas memaknai sebuah karya sastra, termasuk puisi “Tiga Kartu Pos” ini dengan pendapat atau pandangan masing-masing sesuai dengan pemahaman yang ditangkapnya.
ADVERTISEMENT
Dalam kajian sebuah karya sastra, tidak adanya salah atau benar dalam memberikan pendapat. Namun kuat-kuatnya teori yang menunjukan tentang pendapat tersebut itu.
Hikmah atau pesan moral yang dapat kita petik pada puisi “Tiga Lembar Kartu pos” ini, yaitu:
1. Sebagai pembaca kita harus bisa bersikap jujur dan tulus dalam sebuah hubungan komunikasi dengan siapapun itu.
2. Sebagai pembaca kita harus bisa menghargai sesuatu yang ada disekitar kita, karena puisi ini menggambarkan suatu keindahan yang diciptakan tuhan maka kita sebagai manusia harus menjaganya.
3. Sebagai pembaca kita harus memiliki tujuan lurus dalam sebuah kehidupan. Janganlah kita sampai menyimpang kepada kehidupan yang buruk dan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.
4. Sebagai pembaca kita harus percaya diri dan menjadi diri sendiri dengan apa yang tuhan ciptakan kepada kita, janganlah kita melihat ke hal-hal yang dimiliki oleh orang lain yang dapat menimbulkan rasa iri dan dengki
ADVERTISEMENT
5. Sebagai pembaca kita harus bisa menerima kegagalan yang sedang kita alami. Karena kegegagalan adalah guru terbaik kehidupan. Kita harus bisa bangkit kembali dan meneruskan apa yang sedang kita kerjakan hingga berhasil dan mendapatkan apa yang kita impikan.
6. Sebagai pembaca kita tidak boleh memaksakan kehendak yang telah tuhan berikan kepada kita, janganlah kita marah atau membenci sebuah cobaan yang diberikan kepada kita, dan jangan sampai kita juga menyalahkan tuhan pada apa yang telah terjadi kepada kita.
Daftar Pustaka:
Sapardi Djoko Damono. (2016). Hujan Bulan Juni: Serpihan Sajak. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Teeuw, Andries Hans. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra. (2013). Bandung. PT. Dunia Pustaka Jaya.
Kurniwan Al-Isyhad. (2010). Analisis Novel "Lafal Cinta”. 2(4), hal. 537.
ADVERTISEMENT