Konten dari Pengguna

Menelaah Kecerdasan dalam Diri Manusia

Dzikra Mufti
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 Oktober 2024 14:39 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dzikra Mufti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gambar kecerdasan manusia, sumber gambar: https://pixabay.com/id/.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gambar kecerdasan manusia, sumber gambar: https://pixabay.com/id/.
ADVERTISEMENT
Psikologi pendidikan memiliki peran yang penting dalam mengimplikasi proses pembelajaran, di mana pendidikan dapat membuat beberapa cara yang efektif dalam membangun kegiatan mengajar baik bersifat eksternal maupun internal.
ADVERTISEMENT
Pada diri manusia, kecerdasan tidak dapat diukur dengan sama rata, namun hal tersebut bukanlah sebuah alasan untuk membatasi seseorang dalam menggapai mimpi-mimpinya.
Mari kita menelaah bersama kecerdasan dalam diri manusia
1. Intelligence Quotient atau IQ
Seorang tokoh terkenal bernama Alfred Binet mengemukakan istilah Intelligence Quotient atau IQ pada awal abad ke-20, tokoh tersebut mengukur sebuah kecerdasan dapat diamati berdasarkan tiga unsur utama, yaitu arah, adaptasi, dan kekritisan. Sedangkan tokoh terkenal lainnya bernama Lewis Terman dari Stanford mengelompokkan konsep Binet menjadi empat kategori, yakni penalaran verbal, kuantitatif, figuran atau abstrak, dan memori. Dapat disimpulkan jika Intelligence Quotient atau IQ merupakan kemampuan seseorang dalam menjawab soal atau memecahkan masalah akademik.
ADVERTISEMENT
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi IQ, antara lain:
a. Faktor bawaan
Faktor ini merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kecerdasan, karena faktor ini berasal dari sifat-sifat yang dibawa sejak lahir.
b. Faktor minat dan bakat khusus
Pada faktor ini, minat yang dimiliki seseorang dapat menjadi pengaruh tindakan dan menjadi pendorong utama dalam seseorang bertindak. Terutama hal-hal yang diminati, seseorang akan memberikan dorongan yang lebih dalam berusaha mencapai hasil yang lebih baik.
c. Faktor pembentukan
Faktor ini mencakup semua pengaruh eksternal dalam perkembangan kecerdasan. Hal ini dapat menjadi pembentukan yang disengaja.
d. Faktor kematangan
ADVERTISEMENT
Faktor ini dapat berkembang seiring berjalannya waktu dalam tubuh manusia, baik organ fisik maupun psikis. Faktor yang dianggap matang ketika telah berkembang secara optimal dan mampu menjalankan fungsinya.
e. Faktor kebebasan
Faktor ini merujuk pada kemampuan seseorang dalam memilih pendekatan tertentu dalam menyelesaikan masalah, selain itu juga mencakup kebebasan dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
f. Faktor lingkungan
Faktor terakhir ini memiliki kaitannya dengan perkembangan anak yang sangat dipengaruhi oleh asupan gizi mereka. Ada hubungan antara nutrisi yang baik dengan tingkat IQ seseorang, yang mana pemberian makanan yang bergizi menjadi salah satu faktor lingkungan yang penting.
ADVERTISEMENT
2. Emotional Quotient atau EQ
Emotional Quotient atau EQ atau yang biasa kita kenal dengan kecerdasan emosional berbeda dengan IQ karena EQ lebih berfokus pada pengelolaan emosi dan bekerja di wilayah hati. Sebelum itu, EQ merupakan kemampuan seseorang dalam memahami, menilai, mengelola, dan mengendalikan emosi. Demikian EQ berhubungan dengan perasaan. Orang yang cenderung lebih memiliki EQ yang tinggi biasanya dia lebih mengutamakan perasaannya daripada logikanya.
Karakteristik yang dimiliki seseorang dengan EQ tinggi meliputi kemampuan berempati, mudah mengekspresikan dan memahami perasaan, mampu mengendalikan amarah, pandai bersosialisasi dan beradaptasi, cerdas dalam menyelesaikan masalah, serta bersikap hormat, ramah, setia, dan tekun.
ADVERTISEMENT
Adapun aspek utama yang ada dalam kecerdasan emosional, antara lain:
a. Kesadaran diri
Maksud dari kesadaran diri di sini adalah memahami apa yang kita rasakan serta pemahaman untuk membuat keputusan serta memiliki penilaian yang realistis mengenai mengenai kemampuan diri sendiri.
b. Pengaturan diri
Seseorang yang dapat mengatur dirinya sendiri mampu mengelola emosi agar pekerjaan yang sedang dikerjakan tidak mengganggu serta justru dapat membantu dalam menyelesaikannya.
c. Motivasi
Motivasi dapat dimanfaatkan sebagai dorongan untuk mencapai sebuah tujuan serta dapat membuat kita memiliki inisiatif dalam berusaha memperbaiki diri.
d. Empati
ADVERTISEMENT
Empati merupakan meresapi apa yang dirasakan orang lain dan mempertimbangkan perspektif lain dalam pemikiran dan tindakan kita.
e. Keterampilan sosial
Seseorang yang mampu mengelola emosi dalam hubungan yang baik dan mampu membaca situasi sosial secara akurat dapat bekerja sama dalam tim dengan efektif.
Selain aspek ada juga faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yakni:
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan ini merupakan tempat pertama seorang anak dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat dibangun sejak bayi melalui ekspresi emosional. Pengalaman emosional yang dimiliki seorang anak dapat tertanam dan mempengaruhi perkembangan emosional mereka hingga dewasa, jadi pengalaman dalam lingkungan keluarga sangat berharga dalam perkembangan anak di masa depan.
ADVERTISEMENT
b. Lingkungan non keluarga
Selain keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan pendidikan mampu mempengaruhi kecerdasan emosional. Proses ini berjalan seiring dengan perkembangan fisik dan mental anak. Aktivitas bermain dapat berperan dalam pembelajaran kecerdasan seorang anak, mereka akan berlatih memahami dan merasakan emosi orang lain dengan memerankan berbagai individu dan situasi.
3. Kecerdasan Spiritual atau SQ
Kecerdasan spiritual berasal dari kata spiritual dan quotient, spiritual berarti batin, rohani, atau keagamaan. Sedangkan quotient atau kecerdasan berarti kesempurnaan perkembangan akal budi, kepandaian dan ketajaman pikiran. Kecerdasan spiritual dianggap penting daripada kecerdasan yang lainnya karena kecerdasan ini memiliki hubungan dengan keyakinan atau agama. Namun, ada aspek luar agama yang termasuk ranah kecerdasan spiritual ini, yaitu aspek jiwa. Oleh karena itu aspek ini juga dikenal sebagai aspek kecerdasan jiwa yang memiliki fungsi membantu seseorang dalam membangun dirinya secara menyeluruh.
ADVERTISEMENT
SQ ini berasal dari perasaan hati atau intuisi, SQ juga memungkinkan untuk kita lebih kreatif dalam menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah dengan baik untuk mencapai sebuah ketenangan dan kedamain hati. Dengan SQ, kita dapat memungkinkan diri sendiri dalam memaknai setiap kegiatan atau tindakan hidup sebagai bentuk ibadah, sehingga lebih berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam konteks ibadah.
Adapun penerapan kecerdasan spiritual dalam pembelajaran, yakni:
a. Dengan kecerdasan spiritual siswa dapat menghadapi masalah , mencari solusi, serta memperoleh pengetahuan yang bermanfaat untuk masa depan mereka. Namun, hasil akhir dari usaha-usaha tersebut adalah tetap berada di tangan tuhan.
b. Kecerdasan spiritual memiliki peran dalam meningkatkan motivasi belajar. Seorang siswa yang memiliki kecerdasaan spiritual tinggi makan akan memiliki rasa optimisme yang yang kuat karena mereka memahami bahwa setiap tindakan yang dilakukan merupakan bentuk ibadah yang akan mendapat balasan dari tuhan.
ADVERTISEMENT
Dosen Pembimbing: Ibu Maolidah, M.Psi.