Kanker Dapat dideteksi dengan AI, Seberapa Akurat?

ReyhannRinandaa
Saya adalah salah satu mahasiswa dari Universitas Islam Negeri Jakarta, di fakultas ekonomi dan bisnis. dikarenakan diantara ketertarikan saya pada ekonomi dan dunia kesehatan, saya lebih memilih ekonomi pada studi saya di universitas islam negeri.
Konten dari Pengguna
24 November 2023 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ReyhannRinandaa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ai dan alat medis futuristik. foto:pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ai dan alat medis futuristik. foto:pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
AI merupakan teknologi yang memanfaatkan sistem komputer cerdas guna mensimulasikan proses pembelajaran manusia melalui pengolahan data dan informasi dalam skala besar. Di bidang kesehatan, AI berpotensi meningkatkan efisiensi, akurasi, dan tingkat personalisasi layanan kesehatan demi pasien.
ADVERTISEMENT
Nah, Kecerdasan buatan atau AI kini tengah menjadi primadona dalam dunia kesehatan berkat kemampuannya mengolah data diagnosa pasien dalam jumlah masif dan kecepatan super cepat. Di tengah keterbatasan sumber daya manusia dan waktu yang dimiliki dokter, AI diharapkan dapat membantu menyaring pasien berisiko tinggi sekaligus mendiagnosa penyakit secara akurat dan tepat waktu.
Khusus untuk kanker, penggunaan AI dalam diagnosis dan skrining awal dinilai sangat menjanjikan. Pasalnya, pendeteksian dini menjadi kunci keberhasilan pengobatan kanker sebelum sel kanker menyebar atau metastasis ke bagian tubuh lainnya.
Semakin cepat terdeteksi, semakin besar kemungkinan kanker bisa disembuhkan. Nah, di sinilah AI diharapkan bisa membantu dokter melakukan skrining kanker massif di populasi risiko tinggi sekaligus mendiagnosa dengan akurasi tinggi.
ADVERTISEMENT
Kecerdasan buatan (AI) kini mulai diaplikasikan untuk mendeteksi kanker secara dini. AI berpotensi meningkatkan akurasi diagnosis dan menyelamatkan lebih banyak nyawa dari kanker yang telah lama menjadi momok menakutkan umat manusia.
Tetapi, sehebat apapun, AI belum bisa sepenuhnya menggantikan peran penting dokter dalam mendiagnosis.
Seberapa akuratkah sebenarnya AI dalam mendeteksi kanker?

Diagnosa AI Unggul 5 Tahun dari Dokter untuk Kanker Payudara

sel kanker. foto: pixabay
Sebuah studi canggih yang dilakukan oleh para ilmuwan Inggris pada tahun 2021 mengevaluasi keandalan kecerdasan buatan (AI) dalam mendeteksi tanda-tanda dini kanker payudara melalui mamografi. Dalam tes ini, algoritma AI terkini dilatih menggunakan ribuan data mamografi pasien untuk mengenali pola abnormal yang mengindikasikan keganasan tumor.
Hasil uji menunjukkan tingkat akurasi diagnosis mencapai 80%, dibandingkan dengan diagnosis manusia oleh dokter spesialis radiologi. Keunggulan lainnya adalah kemampuan algoritma AI ini untuk mengidentifikasi indikasi kanker hingga 5 tahun lebih awal daripada deteksi dini rata-rata yang dilakukan oleh pakar radiologi berpengalaman pada kasus serupa.
ADVERTISEMENT
Meskipun hasilnya menggembirakan, tingkat akurasi 80% tetap memberikan peluang untuk diagnosis yang salah pada 20% kasus. Oleh karena itu, untuk alasan keamanan dan etis, pemeriksaan ulang serta supervisi ketat oleh dokter tetap mutlak diperlukan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa tidak terjadi kesalahan medis yang dapat membahayakan pasien, mengingat keterbatasan yang masih dimiliki oleh AI saat ini.

Diagnosa Kanker Paru-paru: AI Unggul dari Dokter Pemula

riset ai untuk kanker. foto : Unsplash
Sebuah kolaborasi antara para peneliti kecerdasan buatan (AI) dari Tiongkok dengan Rumah Sakit Provinsi Jiangsu telah menghasilkan penelitian menarik pada tahun 2019. Penelitian ini secara khusus menguji akurasi sistem diagnosis AI yang dikembangkan untuk mendeteksi kanker paru-paru atau pulmonari.
Partisipasi lebih dari 500 pasien yang menjalani pemeriksaan CT-scan paru di rumah sakit tersebut menjadi bagian integral dari penelitian ini. Selain itu, kelompok pembanding melibatkan dokter-dokter muda atau residensi yang masih baru dalam masa kuliah kedokteran spesialisasinya.
ADVERTISEMENT
Hasil uji menunjukkan bahwa AI mencapai tingkat sensitivitas diagnosis sebesar 95% dan spesifisitas sebesar 91%, angka yang signifikan melampaui diagnosis manusia yang dilakukan oleh dokter pemula. Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian ini memfokuskan perbandingan terhadap dokter yang masih minim pengalaman, dan bukan terhadap dokter senior atau subspesialis paru yang telah praktik bertahun-tahun.
Meskipun hasilnya menggembirakan, penelitian ini menghadirkan suatu kendala yang perlu diperhatikan. Evaluasi terhadap kemampuan AI hanya dilakukan terhadap dokter yang masih baru, sehingga belum memberikan gambaran lengkap tentang keunggulan mutlak AI dibandingkan dengan diagnosis manusia oleh para pakar paru senior yang sangat berpengalaman.
Untuk meraih kesimpulan yang lebih komprehensif, diperlukan studi lebih lanjut dan uji klinis dalam skala yang lebih besar lagi, melibatkan pembanding dengan para dokter senior yang memiliki keahlian klinis tinggi dalam mengenali gejala kanker pulmonari.
ADVERTISEMENT

Sayangnya Akurasi Masih Bervariasi pada Beberapa Jenis Kanker

dokter menggunakan vr. foto : Unsplash
Penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam deteksi dini kanker memberikan harapan sekaligus tantangan yang signifikan. Keberhasilan sistem AI dalam memberikan diagnosis yang akurat masih sangat tergantung pada jenis dan lokasi pasti tumor atau kanker di dalam tubuh.
Sebagai contoh, hasil uji teknologi dan uji klinis yang dilakukan oleh peneliti Amerika Serikat sepanjang tahun 2022 menunjukkan bahwa akurasi diagnosis AI untuk mendeteksi kanker usus besar atau kolorektal hanya mencapai 68%. Angka ini dianggap belum memadai, terutama mengingat keterbatasan resolusi pencitraan scan tubuh dan tes darah dalam mendeteksi sel kanker kolorektal pada stadium dini.
Khususnya, kendala ini menjadi lebih nyata karena diperlukan tes diagnostik langsung menggunakan kolonoskopi dan biopsi untuk memastikan keberadaan atau ketiadaan sel kanker usus dengan tingkat akurasi hampir mencapai 100%.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, perlu dilakukan riset lebih lanjut guna menyempurnakan dan meningkatkan kemampuan AI dalam melakukan skrining dan diagnosis kanker usus besar. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai tingkat akurasi yang setara atau bahkan melebihi hasil tes konvensional seperti kolonoskopi yang terkenal sangat sensitif.
Melalui riset yang lebih mendalam, diharapkan teknologi AI dapat menjadi alat yang lebih efektif dalam mendeteksi kanker usus besar pada tahap awal, sehingga memungkinkan pemberian perawatan yang lebih cepat dan efektif kepada pasien.
Meskipun masih terdapat tantangan, potensi positif pengembangan AI dalam bidang ini memberikan dorongan untuk terus menjalankan penelitian yang inovatif dan memperbarui metode deteksi kanker guna meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Masih Banyak PR untuk AI agar Bisa Gantikan Dokter

anak yang berjuang melawan kangker. foto : Unsplah
Saat ini, potensi algoritma kecerdasan buatan (artificial intelligence atau AI) baru sebatas untuk membantu dokter melakukan sistem skrining deteksi dini kanker agar pasien bisa mendapat prognosis dan opsi terapi lebih baik. Namun, diagnosis final dan rekomendasi rencana intervensi medis harus tetap dilakukan langsung oleh dokter onkologi, sang pakar kanker.
ADVERTISEMENT
Hal ini penting karena akurasi AI saat ini masih belum maksimal untuk berbagai jenis kanker. Seperti contoh, akurasi AI untuk deteksi dini kanker prostat hanya mencapai sekitar 70%, jauh di bawah tingkat akurasi 97% yang dimiliki uji prosedur biopsi oleh dokter (Liu et al., 2021).
Beberapa pekerjaan rumah besar yang perlu diselesaikan agar AI bisa benar-benar menggantikan peran utama dokter dalam mendiagnosis kanker adalah peningkatan akurasi diagnosis AI lintas semua jenis kanker (dari payudara, usus, hingga paru-paru), serta eliminasi bias dari proses pelatihan data yang digunakan agar sistem cerdas ini menjadi fair dan tidak diskriminatif terhadap suku, ras, gender, atau faktor demografis lainnya. Hanya dengan penyempurnaan serta kalibrasi terus menerus inilah suatu hari nanti AI dapat dipercaya untuk mendiagnosis kanker tanpa campur tangan manusia.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian dan data yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan buatan (artificial intelligence) memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu upaya deteksi dini kanker di masa depan. Meskipun akurasi diagnosis AI saat ini masih bervariasi bergantung pada jenis kanker, serta belum mampu sepenuhnya menggantikan peran dokter dalam memberikan diagnosis pasti dan rekomendasi pengobatan, teknologi cerdas ini terbukti dapat melakukan skrining risiko dan mendeteksi beberapa jenis kanker lebih dini daripada manusia.
Dengan penelitian dan pengembangan lebih lanjut yang intensif dengan kolaborasi ahli lintas bidang, diharapkan akurasi dan kemampuan AI dalam mendeteksi kanker dapat terus ditingkatkan secara signifikan di masa mendatang. Hal ini akan sangat bermanfaat dalam upaya melakukan deteksi dini secara massif dan skala besar terhadap populasi dengan risiko tinggi, sehingga memungkinkan penanganan kanker yang lebih cepat dan menyelamatkan lebih banyak nyawa.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
ADVERTISEMENT