Konsumsi Sirip Hiu Bermanfaat atau Berbahaya?

Earth Hour Depok
Siapkan dirimu untuk #DepokPadam. Tunjukkan aksimu selama 60 menit dan jadikan gaya hidup! #IniAksiku #Connect2Earth
Konten dari Pengguna
17 Februari 2018 11:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Earth Hour Depok tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sirip hiu merupakan suatu hal yang unik pada tahun baru imlek. Sirip hiu menjadi tradisi untuk dikonsumsi saat tahun baru tersebut. Mengonsumsi sirip hiu sendiri diketahui dari tulisan-tulisan Dinasti Ming (1368-1644). Sirip hiu dianggap sebagai makanan eksotis dan sehat oleh para kaisar-kaisar dan para bangsawan.
Sirip hiu juga dianggap sebagai makanan yang berharga dan elegan. Karena untuk mendapatkan hiu sendiri tidak mudah dan membutuhkan waktu lama. Karena sulitnya permintaan hiu, masyarakat China juga memiliki bulan-bulan tertentu untuk mengonsumsinya dan terdapat bulan juga yang tidak mengadaan perayaan konsumsi sirip hiu, yaitu Juli dan Agustus. Kedua bulan tersebut dianggap waktu yang tidak menguntungkan bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Meskipun dianggap tradisi yang unik, di lain sisi yang berbeda ada satu hal yang mengejutkan kita semua, terutama bagi kalian pecinta hewan. Permintaan hiu yang meningkat seakan memaksa nelayan untuk menangkap hewan laut tersebut secara paksa dan mendesak.
Hiu merupakan hewan laut yang ganas dan mungkin akan sangat menakutkan saat dekat dengan hiu. Oleh karena itu, para nelayan memotong sirip hiu secara paksa saat kondisi hiu sedang hidup. Proses pemotongan pun berjalan cepat untuk memastikan hiu tidak memberikan perlawanan. Setelah mendapatkan sirip, mereka membiarkan hiu mati secara perlahan.
SobatEH, apakah perilaku tersebut masih pantas untuk diposisikan sebagai tindakkan manusia? Meskipun merupakan karnivora laut, hiu adalah hewan langka yang patut untuk dilindungi. Coba bayangkan jika hiu akan punah, kita tentu tidak dapat menceritakan ke anak dan cucu bagaimana menariknya bentuk dan cerita unik lainnya tentang hiu. Mereka pun tidak bisa melihat hiu secara langsung.
ADVERTISEMENT
Jadi apa yang harus kita lakukan?
Tentu saja kita harus stop konsumsi sirip hiu! Meskipun kita tidak mengonsumsi pun, ada baiknya kita mengadakan kampanye online di blog, media sosial, atau membuat petisi. SobatEH, juga bisa menegur langsung atau mengirim surat pada tempat-tempat yang menyajikan sirip hiu.
Ada langkah yang lebih sederhana, yaitu menjelaskan pada orang lain melalui mulut ke mulut secara perlahan dengan mememberikan edukasi yang menarik. Tidak hanya menghentikan konsumsi sirip hiu, tetapi juga hentikan pembelian produk-produk yang menggunakan bahan dasar hiu.
Fakta lainnya, hiu adalah salah satu destinasi wisata selam lestari yang sangat banyak diminati. Untuk dunia pariwisata nilai seekor hiu mencapai Rp300 juta – Rp1.8 M per tahun. Tentunya, hal itu sangat menguntungkan dunia pariwisata Indonesia tanpa harus menyakiti hiu. Berbeda dengan mengonsumsinya, nilai seekor hiu hanya Rp1.3 juta dan harus melalui cara yang menyakitkan untuk mendapatkan hiu.
ADVERTISEMENT
Hiu menyehatkan? Salah besar!
Sebagai predator puncak, hiu mengandung logam yang berat (merkuri) 6-12x lebih tinggi dari batas yang aman untuk dikonsumsi (US-EPA). Merkuri adalah salah satu unsur logam yang terkontaminasi dari endapan mineral dan juga logam berat, serta aktivitas vulkanik. Dampak mengkonsumsi merkuri pada tubuh manusia membunuh secara pelan-pelan dan bisa juga secara cepat, tergantung tingginya merkuri yang dikonsumsi. Tidak heran, jika SobatEH pernah memakan daging ikan hiu, tenggorokan akan terasa sangat kering.
Dampak merkuri dapat berbahaya bagi janin, yaitu menembus plasenta sehingga menimbulkan gangguan sistem saraf dan perkembangan janin. Untuk anak dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan otak dan syaraf bayi/janin. Hal ini akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya kelak, seperti kemampuan kognitif, daya konsentrasi, kemampuan bahasa, memori, motorik, visual dan kemampuan spasial.
ADVERTISEMENT
Bahkan beberapa penelitian menunjukkan merkuri dapat menyebabkan autisme pada anak. Kemudian untuk anak-anak khususnya balita, tentunya dampaknya lebih besar dan buruk karena otak mereka masih dalam phase pertumbuhan dan perkembangan.
Untuk orang dewasa, logam berat merkuri dapat memengaruhi kesuburan pria atau kemandulan juga dapat menyerang pria dan menurunkan kemampuan koordinasi gerak tubuh, gangguan bicara, mendengar, berjalan, dan lemah otot,
Selain itu, kandungan merkuri juga dapat menggangu sistem saraf yang dapat mengganggu kemampuan kognitif, memori, bahasa, dan motorik. Merkuri pada hiu juga mengganggu fungsi hati, ginjal, dan organ lainnya.
Jadi, bagaimana SobatEH? Masih ingin mengonsumsi hiu? Mulai sekarang ada baiknya kita menghentikan tradisi tersebut demi mencegah punahnya hiu. Hiu akan segera punah 55 tahun lagi dihitung sejak 2013 lalu. Jika kita masih diam saja, kepunahan hiu benar-benar akan terjadi. Hanya mengandalkan reproduksi hiu pun tidak cukup.
ADVERTISEMENT
Hiu memiliki perbedaan dengan ikan lainnya. Jumlah anak hiu kurang dari 100 dengan periode kelahiran 1x per tahun. Jika kita bandingkan dengan ikan cakalang, jumlah anak 100 ribu – 2 juta dengan periode kelahiran 3-4x per tahun. Dengan kata lain, sebanyak 100 juta hiu setiap tahun setara dengan tiga hiu yang menghilang tiap detiknya. Kondisi tersebut semakin meyakinkan kita bahwa hiu akan secepatnya punah.
Mari SobatEH, ambil langkah bijak untuk menyelamatkan hiu dari kepunahan. Ajak teman-teman dan kerabat terdekat kalian untuk mengampanyekan stop mengonsumsi sirip dan bahan dasar lainnya dari hiu. Imlek bebas hiu tentu akan menjadi langkah yang lebih bijak untuk menjaga populasi hiu. Yuk tunjukkan aksi kalian bersama kami‼
ADVERTISEMENT
Zakiah-Tim Online EHD