Konten dari Pengguna

Aktor Amerika Serikat Merespon Perkembangan Cyberspace

Ebenezer Sondang Simanjuntak
Halo. Nama saya Ebenezer Sondang SImanjuntak, biasa dipanggil Ezer. Saya adalah mahasiswa Hubungan Internasional angkatan 2021 di Universitas Amikom Yogyakarta. Saya tertarik di bidang copywriting dan analisis masalah.
9 Januari 2023 14:43 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ebenezer Sondang Simanjuntak tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Webinar Darmajaya Bicara "Cyber Security" sc/youtube Padang Tekno
zoom-in-whitePerbesar
Webinar Darmajaya Bicara "Cyber Security" sc/youtube Padang Tekno
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perkembangan teknologi informasi saat ini telah mendorong lahirnya pola-pola baru dalam interaksi hubungan internasional. Penemuan internet dan World Wide Web merupakan sebuah kunci pemutar bagi sejumlah aspek kehidupan masyarakat global.
ADVERTISEMENT
Kemudian dalam bidang politik, internet telah berpengaruh pada e-government, e-democracy, e-participation, dimana praktek diplomasi saat ini sifatnya semakin terbuka, sehingga dalam hal ini negara dituntut untuk semakin transparan dalam hal kebijakan politik domestic maupun luar negerinya.
Perkembangan teknologi membawa dampak positif bagi dimensi hubungan internasional, namun hal tersebut tidak lepas dari dampak lain yang juga bisa disebabkan karena hal tersebut berupa ancaman-ancaman keamanan yang kemungkinan besar muncul sebagai dampak perkembangan teknologi itu sendiri.
Salah satu ancaman yang jelas yaitu ancaman kejahatan cyber. Kondisi tersebut menyebabkan sejumlah negara harus bersikap konservatif dalam menghadapi masalah tersebut. Amerika Serikat merupakan salah satu negara yang sudah mulai sadar akan pentingnya menjaga keamanan informasi negaranya dari ancaman kejahatan cyber tersebut.
ADVERTISEMENT
Adanya ruang cyberspace juga akan berpengaruh pada power suatu negara, dimana power negara saat ini tidak hanya diukur melalui seberapa kuat angkatan militer mereka tetapi juga diukur dari seberapa kuat perkembangan teknologi negara tersebut. Sehingga dalam hal ini cyberspace menjadi sarana baru untuk mencapai kepentingan negara (cyberpower).
Fenomena tersebut dialami oleh Amerika Serikat terkait ketergantungan warga AS terhadap jejaring maya dan juga tingkat ketergantungan pemerintah terhadap jaringan keamanan informasi yang sangat tinggi. Hal tersebut karena keamanan dunia maya telah menjadi prioritas kebijakan politik domestic AS.
Pada era kepemimpinan Barack Obama, AS memfokuskan untuk membangun sistem keamanan cyber. Hal tersebut merupakan suatu respon pemerintah atas masukan serta kritikan masyarakat AS tentang lemahnya jaringan keamanan sistem informasi di Negara Adidaya tersebut. Dapat kita lihat bahwasannya dalam 10 tahun terakhir AS mengalami sejumlah serangan cyber diantaranya yaitu, serangan peretasan terhadap Sony Pictures Entertainment, Anthem Insurance, Target, Home Depot, eBay dan JPMorgan Chase.
ADVERTISEMENT
Sektor jasa keuangan AS menjadi salah satu sasaran serangan kejahatan cyber yang paling sering dalam dunia industri. Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius mengingat bahwa jasa keuangan memegang wilayah yang sangat strategis dalam industri AS.
Pada tahun 2011, AS merilis strategi pertamanya mengenai prioritas cyber yaitu “International Strategy for Cyberspace”. Strategi ini menghubungkan dan mengikat AS dengan seluruh dunia dalam isu cyber yang sangat luas. Selain itu strategi ini juga sebagai panduan AS dalam menghadapi semua tantangan keamanan teknologi informasi dalam dunia cyber. AS paham bahwasannya dunia ini masih belum memiliki pengaturan yang jelas mengenai ruang cyber.
Eksistensi dari strategi U.S International Strategy For Cyberspace, AS akan mengejar kebijakan internasional untuk ruang cyber dan memberdayakan berbagai inovasi yang telah terbukti mendorong majunya ekonomi dan peningkatan hidup masyarakat AS dan masyarakat dunia umumnya.
ADVERTISEMENT
Adanya hubungan kerjasama antar lembaga atau badan baik pemerintah maupun swasta secara domestik maupun kerjasama internasional dalam Cyber security strategy. Kerjasama ini terbagi menjadi dua bagian dengan level strategis dan level operasional. Dalam menghadapi adanya ancaman cyber warfare, setiap badan/agensi dari penerapan cyber security strategy ini memiliki peran dan fungsi masing-masing. Jadi, keberhasilan AS dalam mengamankan data-data digital serta infrastruktur vitalnya bertumpu pada kinerja dari badan-badan tersebut.
Operasi dari badan-badan intelejen milik AS ini yang merupakan ancaman bagi negara lain.
1. Department of Defense (Kementerian Pertahanan Amerika Serikat) sebagai Badan Level Strategis
Untuk pertahanan dan keamanan cyber, Department of Defence (DoD) bertanggung jawab menjalankan pertahanan dan keamanan Amerika Serikat setelah kebijakan nasional atau kebijakan luar negeri dari presiden ditetapkan. Dalam mencapai atau menciptakan pertahanan dan keamanan cyber tersebut, DoD sebagai Kementerian Pertahanan Amerika Serikat memiliki lima agensi intelijen utama yang disebut “the big five” dan beberapa sub-agensi yang menjalankan operasional pertahanan dan keamanan cyber.
ADVERTISEMENT
2. US Strategic Command (USSTRATCOM) sebagai Badan Level Operasional
US Strategic Command merupakan badan di bawah DoD dan induk dari bahan intelijen “the big five” yang menjalankan level operasional keamanan dan pertahanan cyber.
3. US Cyber Command (USCYBERCOM) sebagai Badan Pertahanan Cyber Militer
Badan ini bertugas untuk memfasilitasi integrasi operasi cyberspace untuk dinas militer dan mensinkronkan misi cyber departemen pertahanan dan usaha peperangan, serta menyediakan dukungan untuk otoritas sipil dan partner internasional.
4. National Security Agency (NSA) sebagai Pelindung Informasi dan Infrastruktur Vital
Tugas dari NSA yaitu mengumpulkan dan menganalisis komunikasi negara lain, serta melindungi informasi milik Amerika Serikat. NSA mengkoordinasi, mengarahkan, serta menjalankan aktivitas-aktivitas amat istimewa bertujuan untuk mengumpulkan informasi intelijen dari luar negeri, terutama menggunakan kriptoanalisis. Tidak hanya itu saja NSA juga melindungi komunikasi pemerintah dan sistem informasi di AS dari agensi lainnya, yang melibatkan kriptografi tingkat tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka memperkuat strategi tersebut, langkah-langkah strategi tersebut telah disusun oleh Department of Defense (DoD) yang kemudian disebut sebagai strategi inisiatif. Strategi tersebut diantaranya:
1) Strategi Inisiatif 1: Memperlakukan ruang cyber sebagai sebuah wilayah operasional yang harus dikelola, dilatih, dan dilengkapi sehingga Departemen Pertahanan AS dapat memanfaatkan potensi dari ruang cyber itu sendiri.
2) Strategi Inisiatif 2: Mengembangkan sistem operasi pertahanan barang untuk melindungi system dan jaringan Departemen Pertahanan AS.
3) Strategi Inisiatif 3: Bermitra dengan departemen atau agen-agen pemerintah manapun dengan sektor swasta untuk melaksanakan seluruh strategi ruang cyber.
4) Strategi Inisiatif 4: Membangun hubungan yang kuat dengan para sekutu AS partner internasional lainnya untuk memperkuat keamanan kolektif cyber.
ADVERTISEMENT
5) Strategi Inisiatif 5: Departemen Pertahanan akan mempengaruhi kecerdasan bangsa dengan kemampuan istimewa dalam dunia cyber dan inovasi teknologi yang sangat cepat (DoD Strategy for Operating in Cyberspace, Juli 011).
Dalam rangka mendukung misi pengamanan dunia cyber tersebut, departemen pertahanan AS (DoD) melakukan berbagai aktivitas di luar dunia cyber dengan tujuan untuk mengembangkan keamanan kolektif cyber dalam upaya menjaga kepentingan nasional AS. DoD dalam hal ini melakukan berbagai upaya salah satunya dengan mengajak kerjasama dengan agensi pemerintah, sektor privat, dan juga menjalin kerjasama dengan partner internasional dalam hal pertukaran informasi, membangun aliansi dan partnership dan mengembangkan norma perilaku bertanggung jawab untuk meningkatkan stabilitas global.
Departemen Pertahanan AS juga merumuskan tiga misi utama untuk mendukung upaya DoD di atas dalam dunia cyber yaitu:
ADVERTISEMENT
1) DoD harus menjaga jaringan, sistem dan informasinya sendiri, kemudian departemen pertahanan harus bisa mengamankan jaringannya dari serangan cyber dan harus mampu memulihkan sistem secara cepat jika terjadi kegagalan dalam pengamanan.
2) DoD harus mempersiapkan diri untuk menjaga AS dan semua kepentingannya melawan serangan cyber yang memberikan dampak signifikan,
3) DoD harus mampu menciptakan kapabilitas cyber untuk mendukung operasi militer dan rencana yang akan dicapai kedepannya dengan dipimpin Presiden dan Menteri Pertahanan.
Dalam rangka mencapai tiga misi di atas maka dibutuhkan misi strategis, disini terdapat lima tujuan strategis yang harus dipenuhi demi mencapai tiga misi tersebut:
1) Strategic Goal I: DoD membutuhkan dukungan tenaga individual dan tentara yang terlatih dengan standar tinggi untuk dapat beroperasi secara efektif di dunia cyber, maka dari itu DoD harus melakukan investasi besar dengan memberikan pelatihan kepada tentara dan membangun organisasi yang efektif.
ADVERTISEMENT
2) Strategic Goal II: DoD harus mulai melakukan identifikasi, memetakan prioritas dan mempertahankan jaringan data serta harus terus mengembangkan teknologi untuk tetap menjadi yang terdepan dalam menghadapi ancaman dengan memperbesar kemampuan pertahanan cyber.
3) Strategic Goal III: DoD harus bekerja antar partner mulai dari sektor swasta, dan aliansi termasuk dengan partner negara lain untuk menangkal dan melumpuhkan serangan cyber yang memberikan dampak signifikan atas kepentingan AS.
4) Strategic Goal IV: DoD harus membangun sistem cyber yang berkelanjutan dan terintegrasi dan rencana lembaga yang berkaitan, DoD juga akan mengembangkan kemampuan cyber untuk mencapai tujuan dari keamanan kunci.
5) Strategic Goal V: DoD harus membangun kapasitas kerjasama dalam keamanan cyber, pertahanan cyber, dan mempertahankan hubungan kerjasama tersebut dalam keterikatan dengan dunia cyber melalui kolaborasi dengan sekutu asing dan partner lain.
ADVERTISEMENT
Jadi menurut pendapat saya, dengan adanya ruang cyberspace akan berpengaruh pada power suatu negara, dimana power negara saat ini tidak hanya diukur melalui seberapa kuat angkatan militer mereka tetapi juga diukur dari seberapa kuat perkembangan teknologi negara tersebut.
Sehingga cyberspace menjadi sarana baru untuk mencapai kepentingan negara (cyberpower). Fenomena tersebut dialami oleh Amerika Serikat terkait ketergantungan warga AS terhadap jejaring maya dan juga tingkat ketergantungan pemerintah terhadap jaringan keamanan informasi yang sangat tinggi. Hal tersebut karena keamanan dunia maya telah menjadi prioritas kebijakan politik domestik AS.