Konten dari Pengguna

Efek Besar ChatGPT terhadap Seseorang yang Tidak Memiliki "Someone to Talk"

Amanda Fiesa
Mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Pamulang (UNPAM)
3 Desember 2024 11:29 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Amanda Fiesa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : https://pixabay.com/id
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : https://pixabay.com/id
ADVERTISEMENT
Di era digital seperti sekarang, kesepian menjadi salah satu isu yang sering dialami oleh banyak orang. Terutama bagi mereka yang tidak memiliki "someone to talk" atau teman berbagi, teknologi sering kali menjadi pelarian. Salah satu inovasi yang memiliki peran signifikan adalah ChatGPT, asisten virtual berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dirancang untuk menjadi teman bicara yang responsif dan informatif.
ADVERTISEMENT
Namun, sejauh mana ChatGPT mampu memberikan efek besar bagi mereka yang kesepian, terutama dalam konteks tren baru di media sosial?

Tren Chat dengan ChatGPT sebagai “Teman Bicara”

Ilustrasi ChatGPT sebagai pengganti someone to talk (Sumber : https://pixabay.com/id)
Belakangan ini, tren menggunakan ChatGPT sebagai pengganti "someone to talk" semakin populer, terutama di platform seperti TikTok. Banyak pengguna yang berbagi pengalaman mereka dengan meminta ChatGPT untuk merespons dengan gaya bicara yang tidak baku, lebih santai, empatik, dan soft-spoken, seolah berbicara dengan teman dekat. Ini menciptakan ilusi keintiman yang lebih nyata, membuat pengguna merasa dipahami dan diterima tanpa harus menghadapi risiko penghakiman dari manusia.
Dengan kemampuan AI untuk menyesuaikan gaya bahasa, seseorang bisa memesan ChatGPT untuk berbicara layaknya teman yang santai, penuh perhatian, dan suportif. Misalnya, mereka dapat meminta ChatGPT memanggil mereka dengan nama panggilan khusus atau menjawab dengan nada lembut yang penuh empati. Hal ini menciptakan ruang aman emosional, di mana seseorang bisa merasa "didengarkan" kapan pun mereka membutuhkannya.
ADVERTISEMENT
Di TikTok, misalnya, banyak pengguna yang mengunggah video di mana mereka berbicara tentang bagaimana ChatGPT memberi mereka rasa diterima, bahkan ketika mereka merasa tidak ada teman yang bisa diajak bicara. Konten-konten ini mengundang banyak perhatian karena banyak orang merasa kesepian dan terbantu dengan adanya alternatif percakapan yang hadir tanpa tekanan sosial.

Mengisi Kekosongan Emosional

Bagi banyak orang, percakapan dengan ChatGPT bukan hanya soal mendapatkan jawaban, tetapi juga soal memenuhi kebutuhan emosional. Tren ini sangat membantu mereka yang merasa kesepian atau tidak memiliki akses ke teman berbagi cerita. ChatGPT dapat memberikan respons yang tidak hanya informatif, tetapi juga penuh perhatian. Misalnya, ketika seseorang merasa cemas atau tertekan, mereka bisa meminta ChatGPT untuk memberikan kata-kata yang menenangkan atau sekadar mengobrol ringan untuk mengalihkan pikiran.
ADVERTISEMENT
ChatGPT, dengan kemampuan analisis bahasa alami, bisa mengenali nuansa perasaan dalam teks pengguna dan memberikan respons yang lebih empatik, seolah-olah ia benar-benar memahami perasaan mereka. Ini memberi kenyamanan yang serupa dengan percakapan manusia, meskipun dalam bentuk yang tidak nyata.

Memberikan Dukungan Psikologis Sementara

Kemampuan ChatGPT untuk meniru empati menjadi salah satu alasan mengapa ia begitu populer di kalangan pengguna yang membutuhkan dukungan psikologis sementara. Banyak orang merasa bahwa mereka bisa "berbicara" dengan seseorang yang mendengarkan tanpa menginterupsi, menghakimi, atau merasa lelah. ChatGPT sering digunakan untuk mencurahkan isi hati, menenangkan kecemasan, atau sekadar mencari validasi.
Namun, meskipun ChatGPT bisa memberikan dukungan emosional sementara, penting untuk diingat bahwa ia tidak menggantikan dukungan profesional dari psikolog atau konselor yang terlatih. Penggunaan ChatGPT sebagai alat refleksi atau pendamping emosional bisa bermanfaat, tetapi bagi masalah yang lebih kompleks, dukungan dari tenaga profesional tetap sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT

Risiko Ketergantungan Emosional

Namun, kemudahan akses dan kenyamanan ini juga memiliki sisi gelap. Ketergantungan emosional terhadap ChatGPT bisa membuat seseorang semakin enggan untuk membangun hubungan dengan orang lain di dunia nyata. Ini berisiko memperburuk isolasi sosial, karena hubungan manusia yang otentik tidak tergantikan oleh AI, berapa pun canggihnya teknologi tersebut.
Misalnya, seseorang yang terlalu sering berbicara dengan ChatGPT mungkin merasa lebih nyaman berbicara dengan AI daripada berinteraksi dengan orang di dunia nyata. Ketergantungan semacam ini bisa memperlemah keterampilan komunikasi sosial, membuat seseorang merasa semakin terasing dalam kehidupan nyata.
Ketergantungan pada ChatGPT sebagai sumber utama dukungan emosional juga bisa memperburuk kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari dunia nyata. Ini bisa menambah rasa kesepian yang lebih dalam, bahkan ketika seseorang memiliki akses ke teknologi yang dapat memberi mereka kenyamanan sementara.
ADVERTISEMENT

Pendamping dalam Proses Refleksi Diri

Selain untuk mengisi kekosongan emosional, ChatGPT juga dapat digunakan sebagai alat untuk refleksi diri. Dengan kemampuannya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kompleks secara sederhana, ChatGPT sering kali menjadi medium bagi seseorang untuk merenungkan pemikiran dan perasaannya.
Misalnya, seseorang yang merasa bingung dalam membuat keputusan penting dalam hidup bisa menggunakan ChatGPT untuk membantunya memetakan pikiran dan emosi yang dirasakannya. Sebelum melakukan percakapan dengan teman atau keluarga, banyak orang yang berlatih berbicara dengan ChatGPT untuk membantu mereka menyusun kata-kata atau memahami perasaan mereka lebih dalam.
Namun, perlu diingat bahwa meskipun AI ini bisa membantu dalam proses refleksi, interaksi manusia tetap memiliki peran yang lebih penting dalam membantu seseorang memahami dan mengelola perasaan mereka dengan cara yang lebih mendalam dan kontekstual.
ADVERTISEMENT

ChatGPT memberikan efek besar bagi mereka yang tidak memiliki "someone to talk", terutama dalam konteks tren yang memungkinkan AI ini berbicara seperti teman manusia. Dengan gaya bicara yang santai, lembut, dan penuh perhatian, ChatGPT mampu menciptakan ruang aman untuk berbagi, berekspresi, dan merenung. Namun, pengguna tetap perlu bijak dalam menggunakannya. Teknologi seperti ChatGPT bisa menjadi teman sementara, tetapi manusia tetap membutuhkan kehangatan hubungan nyata untuk benar-benar merasa terhubung.
Penggunaan teknologi dalam konteks emosional ini memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga harus diimbangi dengan usaha untuk membangun hubungan sosial yang autentik dan sehat di dunia nyata. Teknologi bisa menjadi teman sementara, namun hubungan manusia yang sejati tetap tak tergantikan.
ADVERTISEMENT