Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Opini : Mahasiswa Gen Z – Kritis, Kreatif tapi Mudah Tertekan?
3 November 2024 11:49 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Amanda Fiesa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam dekade terakhir, mahasiswa dari generasi Z atau yang biasa disebut Gen Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an telah hadir dengan karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya. Gen Z dikenal dengan kemampuan kritis tinggi, kreativitas yang meluap, dan kesadaran sosial yang mendalam. Mereka tumbuh di era digital dengan akses informasi tanpa batas, yang membuat mereka sering disebut generasi yang “melek teknologi”. Namun, dibalik semua kualitas positif ini, ada pula sisi yang rentan, yaitu kecenderungan untuk mudah merasa tertekan. Apa sebenarnya yang melatarbelakangi fenomena ini?
ADVERTISEMENT
Kritis dalam Memaknai dan Menilai
Tidak bisa dipungkiri bahwa Gen Z sering kali lebih kritis daripada generasi sebelumnya. Berkat paparan informasi yang begitu luas, mereka bisa dengan cepat memverifikasi suatu isu dan memberikan pandangan yang rasional. Mahasiswa Gen Z juga lebih berani mempertanyakan kebijakan-kebijakan di kampus dan tidak takut menyuarakan pendapat yang berbeda. Sikap kritis ini tentunya menjadi aset berharga karena bisa membantu mereka dalam mengatasi tantangan yang kompleks di dunia akademik maupun profesional. Namun, terkadang sikap kritis ini berujung pada keraguan yang berlebihan terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga mereka kerap merasa kebingungan dalam mengambil keputusan.
Kreativitas sebagai Ekspresi Diri
Gen Z dikenal aktif dalam mengolah ide-ide segar, baik melalui media sosial maupun proyek-proyek kampus. Banyak di antara mereka yang dapat memanfaatkan teknologi untuk menciptakan karya unik, mulai dari konten digital hingga seni visual. Mahasiswa Gen Z juga sering menciptakan tren baru, seperti melalui aplikasi editing video seperti capcut, yang memungkinkan mereka mengekspresikan ide-ide inovatif dalam bentuk video singkat. Akan tetapi, dengan hadirnya budaya membandingkan diri di media sosial, ada tekanan untuk selalu menghasilkan sesuatu menarik agar realvan. Hal ini terkadang membuat kreativitas menjadi beban alih-alih sumber kebahagian.
ADVERTISEMENT
Generasi yang Mudah Tertekan
Kritik yang berlebihan dan dorongan untuk selalu menjadi yang terbaik sering kali membuat Gen Z merasa tertekan. Lingkungan akademik yang kompetitif, ekspresi yang tinggi dari keluarga dan masyarakat, serta tuntutan untuk tampil sempurna di media sosial turut menjadi penyebab. Menurut sebuah survei oleh American Psychological Association (APA), Gen Z merupakan generasi yang paling mungkin mengalami kecemasan dan depresi. Mereka harus menghadapi ketidakpastian ekonomi, perubahan iklim, dan ketidakstabilan politik yang terus-menerus. Masalah kesehatan mental ini semakin diperburuk oleh kurangnya waktu untuk istirahat dan relaksasi karena tuntutan akademik dan sosial yang tinggi.
Keseimbangan antara Ekspektasi dan Realita
Menjadi kritis dan kreatif adalah kelebihan yang sangat berharga, tetapi tanpa diimbangi dengan kemampuan mengelola stres, mahasiswa Gen Z rentan mengalami kelelahan emosional. Dalam menghadapi tekanan, ada baiknya Gen Z mencoba untuk lebih realistis dalam menetapkan ekspektasi. Menerima bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar dan tumbuh dapat membantu mengurangi tekanan yang dirasakan.
ADVERTISEMENT
Penting juga bagi kampus dan keluarga untuk memberikan dukungan, baik dalam bentuk pemahaman maupun fasilitas, seperti konseling. Dengan cara ini, mahasiswa Gen Z dapat menyeimbangkan antara ambisi dan kesehatan mental. Di era yang serba cepat ini, kesehatan mental adalah keberhasilan yang sejati.
Kesimpulan
Mahasiswa Gen Z memiliki potensi yang luar biasa dengan daya kritis dan kreativitas mereka, tetapi tantangan dalam mengelola tekanan hidup juga nyata. Dengan dukungan yang tepat dan kesadaran, mahasiswa Gen Z bisa tetap tumbuh menjadi individu yang tangguh, produktif, dan bahagia.
Amanda Fiesa, mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Pamulang (UNPAM).