Belajar Agroforestri di Lahan Gambut

Dwi Rama Nugraha
Bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Konten dari Pengguna
24 September 2021 17:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Rama Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Desa Pulau Kaladan, adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Mantangai, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Desa yang berada di tepian sungai Kapuas ini memiliki luas wilayah 315,70 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 2,427 orang (BPS, 2020). Menurut data BRG (2018), saat ini dominan penduduk desa Pulau Kaladan menggantungkan kehidupan mereka dari kegiatan bertani dan berkebun. Sama seperti kebanyakan desa di Kalimantan Tengah, Desa Pulau Kaladan memiliki jenis tanah gambut. Lahan gambut yang miskin unsur hara dan bersifat asam menjadi alasan utama yang membuat masyarakat Desa Pulau Kaladan membudidayakan karet, kelapa sawit, dan sengon sebagai komoditi utama yang mereka kembangkan sebagai sumber penghasilan.
Gambar 1. Desa Pulau Kaladan dari sisi Sungai Kapuas (sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
Beberapa lahan yang dikelola oleh masyarakat Desa Pulau Kaladan berada di dalam Kawasan Hutan Lindung yang menjadi wilayah kelola Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Kapuas Kahayan. Fakta ini membuat masyarakat memiliki batasan untuk mendapatan hasil dari hasil hutan kayu. Selain itu, kawasan hutan lindung ini juga tidak diperkenankan diubah menjadi perkebunan sawit. Pada tahun 2019, KPHL Kapuas Kahayan dibantu dengan Balai Perhutanan Sosial dan Kemintraan Lingkungan (PSKL) Wilayah Kalimantan memfasilitasi terbentuknya Kelompok Tani Hutan (KTH) Ijei Atei dan mendapatkan izin perhutanan sosial berupa Hutan Kemasyarakatan (HKm) seluas 180 hektar. KTH Ijei Atei ini memiliki anggota sebanyak 96 orang. Pada tahun 2021, terbentuklah 2 (dua) Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) pada KTH Ijei Atei, yaitu KUPS Agroforestri Kahanjak Atei dan KUPS Budidaya Karet Batang Pambelum. Masing-masing KUPS ini memiliki anggota sebanyak 19 orang.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021, KUPS Agroforestri Kahanjak Atei dan KUPS Budidaya Karet Batang Pambelum menerima bantuan dari Balai PSKL Wilayah Kalimantan berupa bibit karet, durian, cabai, jahe, dan semangka. Kondisi lahan gambut yang cukup sulit mengembangkan tanaman hortikultura yang dikombinasikan dengan tanaman keras (pohon) menjadi tantangan bagi 2 KUPS ini. Kondisi ini menjadi dasar diperlukannya peningkatan pengetahuan dan keterampilan berkenaan dengan pengolahan lahan gambut untuk Agroforestri.
Belajar dari Ahlinya
Pada tanggal 15-18 September 2021, Balai Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Diklat LHK) Samarinda melaksanakan Pelatihan Teknik Agroforestri di Lahan Gambut di Desa Pulau Kaladan. Pelatihan ini adalah bentuk respons dari kebutuhan pengembangan kompetensi masyarakat Desa Pulau Kaladan berkenaan dengan pengolahan lahan gambut untuk Agroforestri.
ADVERTISEMENT
Sebagai bentuk komitmen mutu dalam pelaksanaan pelatihan, Balai Diklat LHK Samarinda mengundang praktisi Agroforestri di lahan gambut sebagai pengajar pada Pelatihan Teknik Agroforestri di Lahan Gambut. Beliau adalah Yanir, S.Sos atau lebih dikenal dengan panggilan Pak Yanir. Beliau merupakan Ketua Kelompok Tani Kalampan Jaya. Sejak tahun 2011, beliau telah berkecimpung dan melakukan agroforestri di lahan yang ia dan kelompoknya kelola di Desa Kalampan, Kecamatan Kapuas Barat, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Sejak tahun 2017, beliau aktif menjadi narasumber tentang agroforestri di lahan gambut untuk berbagai instansi seperti Kementerian Pertanian, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM), dan masih banyak instansi lainnya.
Saat pelatihan berlangsung, peserta pelatihan yang berasal dari KUPS Agroforestri Kahanjak Atei dan KUPS Budidaya Karet Batang Pambelum belajar dari Pak Yanir mengenai model-model pengelolaan agroforestri di lahan gambut, merancang agroforestri, membangun agroforestri, dan analisis usaha agroforestri di lahan gambut. Tidak hanya teori, peserta pelatihan juga melakukan praktik pengelolaan lahan gambut untuk agroforestri. Praktik dilaksanakan di lahan yang diolah oleh KT Kalampan Jaya. Lahan ini adalah lahan yang didominasi pohon karet. Selain pohon karet, pada lahan ini juga dimanfaatkan untuk tanaman semusim seperti cabai, semangka, lobak, dan tomat. Selain itu, tanaman jambu kristal, jeruk, serai juga ada pada lahan ini. Bahkan, Pak Yanir dan KT Kalampan Jaya baru saja panen jagung untuk pakan ternak di lahan tersebut. Bagian yang paling menarik pada pengelolaan lahan ini adalah bagaimana Pak Yanir mengkombinasikan pohon karet dan tanaman vanili.
ADVERTISEMENT
Pada praktik lapangan ini peserta mendapatkan gambaran nyata bahwa lahan gambut yang terkenal miskin unsur hara ternyata dapat menjadi sangat produktif. Hal ini dapat terjadi karena dilakukan pengolahan lahan yang tepat. Pengolahan lahan dengan bantuan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) dan juga penambahan kapur (dolomit) serta pupuk organik dengan mempertimbangkan pH tanah merupakan kunci produktifitas lahan gambut.
Namun tidak hanya itu, cara pemberian bahan-bahan tersebut juga tidak sembarangan. Pemberian yang merata dengan takaran yang tepat adalah hal yang tidak boleh dilupakan. Selain itu, pada praktik ini peserta juga mendapatkan wawasan bahwa penggunaan bahan kimia sangat tidak direkomendasikan di lahan gambut karena menyebabkan tanah menjadi keras. Penggunaan pupuk organik padat dan cair serta insektisida nabati seperti cuka kayu adalah pilihan tepat untuk membuat lahan agroforestry yang telah diolah dapat tetap subur.
Gambar 2. Pembelajaran di kelas bersama Bapak Yanir, S.Sos (sumber : dokumentasi pribadi, 2021)
Peserta Pelatihan Teknik Agroforestri di Lahan Gambut juga mempelajari bagaimana melakukan analisis usaha sederhana untuk agroforestri. Analisis usaha ini memberikan gambaran bagaimana jika lahan gambut dikelola dengan tepat baik secara pengolahan lahan dan pemilihan komoditi akan menghasilkan keuntungan yang besar. Sebagai contoh, dalam penanaman cabai di lahan gambut wajib menggunakan mulsa. Modal untuk mulsa memang cukup besar, namun mulsa bukan hanya untuk cabai, tapi juga bisa untuk komodiri terong Thailand. Mulsa juga dapat digunakan beberapa kali untuk berbagai komoditi. Selain itu, penggunaan mulsa akan mengurangi serangan hama dan penyakit dan meningkatkan produktivitas karena kelembaban tanah tetap terjaga. Pak Yanir juga memberikan gambaran analisa usaha sederhana berkenaan dengan pengembangan vanili di pohon karet. Menurut Pak Yanir, kita jangan hanya bergantung dari getah karet, namun jika ada komoditi yang bisa dikembangkan bersamaan dengan pohon karet seperti vanili tidak ada salahnya untuk dikembangkan. Terlebih harga buah vanili basah yang saat ini sekitar 800 ribu-1 juta per kilogram. Hal ini merupakan peluang yang tidak boleh dilewatkan.
ADVERTISEMENT
Menurut Osaka, yang merupakan Penyuluh Kehutanan KPHL Kapuas Kahayan, pelatihan ini diharapkan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang agroforestri di lahan gambut untuk anggota KUPS Agroforestri Kahanjak Atei dan KUPS Budidaya Karet Batang Pambelum. Selain itu, diharapkan juga muncul semangat untuk semakin giat mengelola lahan mereka setelah mereka melihat bagaimana Pak Yanir dapat mengoptimalkan lahan yang ia dan kelompoknya kelola dengan model agroforestri di lahan gambut.
Referensi
Badan Restorasi Gambut. (2018). Desa Pulau Kaladan, Desa Peduli Gambut. Jakarta : BRG
Badan Pusat Statistik. (2020). Kecamatan Mantangai dalam Angka. Jakarta : BPS.