Cuka Kayu, si Sangit yang Membuat Penasaran

Dwi Rama Nugraha
Bekerja di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Konten dari Pengguna
18 Oktober 2021 16:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Rama Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Talisayan merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Kecamatan ini memiliki luas 1.798 km2, yang terdiri dari 1.026,44 km2 daratan dan 771,56 km2 perairan. Terdapat 10 (sepuluh) Desa di Kecamatan Talisayan dengan total jumlah penduduk sebanyak 14.614 jiwa dan hampir sebagian besar penduduk Talisayan menggantungkan kehidupannya dari mengolah lahan untuk pertanian. Padi ladang dan jagung merupakan komoditi utama pada sektor tanaman pangan, pisang pada sektor tanaman hortikultura, dan kelapa sawit pada sektor tanaman perkebunan (BPS, 2021). Komoditi-komoditi tersebut tentunya membutuhkan obat anti hama dan penyakit untuk dapat produktif. Selama ini, masyarakat Talisayan bergantung terhadap obat-obat kimia untuk mengatasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman pertanian mereka.
Pembuatan cuka kayu dengan menggunakan drum pirolisatori oleh masyarakat Kecamatan Talisayan, Selasa (15/10). Foto : Dok: Dwi Rama Nugraha.
Kondisi di atas mendorong mereka untuk mengikuti Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembukaan Lahan Tanpa Bakar (PLTB) dan Pengelolaan Bahan Bakaran yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Berau pada tanggal 14-17 Oktober 2021 di Aula Desa Capuak, Kecamatan Talisayan. Pada kegiatan ini, salah satu agendanya adalah pembuatan asap cair atau cuka kayu. Asap cair atau cuka kayu merupakan produk yang dihasilkan dari kondensasi asap dari pembakaran kayu atau bahan-bahan berlignoselulosa lainnya. Cuka kayu terbukti mampu mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman sehingga dapat menjadi bahan alternatif untuk obat anti hama dan penyakit tanaman yang ramah terhadap lingkungan.
ADVERTISEMENT
Kegiatan pembuatan cuka kayu ini merupakan pengalaman pertama bagi masyarakat Talisayan. Kegiatan yang diawali dengan paparan materi singkat kemudian dilanjutkan dengan praktik berjalan dengan sangat dinamis. Rasa penasaran terhadap produk yang terkenal dengan bau sangitnya ini membuat mereka bersungguh-sungguh mempraktikkan teknik pembuatan cuka kayu dengan baik dan benar. Persiapan alat dan bahan, teknik penyusunan bahan baku, teknik pembakaran, dan merangkai alat drum pirolisator dilakukan secara baik oleh mereka. Diskusi bersama narasumber berkenaan dengan desain alat drum pirolisator, konsentrasi penggunaan cuka kayu sebagai insektisida alami, serta modifikasi-modifikasi baik dari peralatan dan bahan baku juga juga sering terjadi.
Cuka kayu yang dihasilkan saat praktik pembuatan cuka kayu di Kecamatan Talisayan, Rabu (16/10). Foto : Dok: Dwi Rama Nugraha.
Hasil dari semangat masyarakat Talisayan terlihat dari hasil cuka kayu yang dihasilkan. Kurang lebih 30 liter cuka kayu berhasil didapatkan. Cuka kayu ini mereka bagi rata dan kemudian akan mereka coba di lahan pertanian mereka. Tak hanya sampai di sana, membuat alat/drum pirolisator dan memproduksi cuka kayu ingin segera mereka lakukan agar ketergantungan akan obat hama dan penyakit dari bahan kimia dapat mereka kurangi.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Talisayan berharap kegiatan seperti yang dilaksanakan BPBD Kabupaten Berau dan Kecamatan Talisayan ini semakin sering dilakukan. Kegiatan-kegiatan peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang aplikatif seperti ini menurut mereka sangat sesuai dengan kebutuhan masyarakat Talisayan dan harus terus dilanjutkan.

Referensi

BPS. 2021. Kecamatan Talisayan dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik. Jakarta.