Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Ikan Lele, Ikan Paus, Ikan Teri, Ikan Kon...
27 Januari 2017 0:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
Tulisan dari Eddward S Kennedy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ari Aditya, bocah SD yang mengidap 'freudian slip'--istilah psikologis untuk menyebut lidah yang terpeleset--ketika diajak berbincang Jokowi di atas podium, sungguh mengundang gelak tawa. Keterlaluan betul lucunya. Dari tongkol kok ke kont*l...
ADVERTISEMENT
(Silakan baca penjelasan mengenai 'freudian slip' atau juga dikenal dengan istilah 'parapraxis' itu di link ini)
Momen 'freudian slip' Ari tersebut terjadi dalam acara Peresmian Pembukaan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RPNK) Tahun 2017 dan Penyerahan Kartu Indonesia Pintar. Acara tersebut berlangsung di Hall D, JIEXPO, Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (26/1).
Di atas podium, Jokowi memanggil sembilan siswa-siswi mulai SD hingga SMA/SMK ke atas panggung. Ari salah satunya dan kebetulan pula ia yang kebagian apes ditanya Jokowi.
Begini dialog monumental tersebut:
Jokowi: "Ini negara kita Indonesia lautnya luas. 2 per 3 Indonesia adalah laut, samudera. Pertanyaannya saya, di laut banyak ikan, sungai banyak ikan, sebutkan empat nama ikan."
Ari: "Ikan lele, ikan paus, ikan teri, ikan... kont*l."
ADVERTISEMENT
Kont*l, saudara-saudara. Ikan kont*l. Gelak tawa penonton pun berhamburan. Di kantor, saya dan beberapa rekan nyaris pipis celana karena tertawa ngakak akibat omongan kocak si bocah tersebut.
Jokowi, untungnya, menanggapi selip lidah Ari dengan woles. Ia kembali meminta si bocah mengulangi jawabannya. Ajaib, lagi-lagi Ari salah ucap. Namun ia segera meralatnya.
Ikan kont*l 2 - Jokowi 0.
Aksi bocah seumuran Ari memang kerap menggemaskan. Dan sudah semestinya demikian. Adalah bodoh jika memaknai ucapan 'ikan kont*l' Aripan secara harafiah lantas merundungnya dengan sederet petuah moralis khas orang dewasa.
Saya kira, 'freudian slip' Ari hanyalah bentuk kegugupan seorang bocah kecil karena berdiri satu podium dengan orang nomor satu di republik ini. Kita butuh humor macam ini dan kepada Ari perlu kita berterima kasih.
ADVERTISEMENT
Bertahun-tahun lalu, pada acara Hari Anak Nasional di Istana Negara, seorang bocah SD lainnya juga pernah melakukan aksi lugu lainnya. Ketika itu, presiden Indonesia masih Soeharto dan ia tengah berada di senjakala kekuasaannya.
Dalam sebuah sesi tanya jawab dengan our smiling general kita itu, di depan puluhan mata kamera, Hamli, bocah SD yang berasal dari kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah tersebut, bertanya dengan santainya:
"Saya mau tanya, mengapa presiden Indonesia cuma satu, padahal Indonesia luas?"
You don't say, kiddo.
Jika momen tersebut adalah salah satu scene dalam film Kill Bill--film aksi garapan sutradara penggemar tema-tema slasher, Quentin Tarantino--saya sangat yakin Soeharto pasti sudah menebas leher si bocah dengan samurai dari balik punggungnya.
ADVERTISEMENT
Syukurlah, itu cuma fantasi belaka. Tapi nanti dulu...
Tahukah Anda bahwa ada banyak orang yang lenyap tak berbekas, hilang tanpa pernah terlacak rimbanya, juga dalam masa pemerintahan Soeharto, karena mereka dianggap mengganggu stabilitas pemerintahan Orde Baru?
Soeharto kemudian menjawab pertanyaan si anak dengan mimik wajahnya yang khas: mulut yang menyeringai, mata yang mendelik, dan kepala yang dimiringkan sedikit.
"Siapa yang nyuruh kamu tanya begitu? He? Siapa? Hehehehe..."
Tapi tak perlulah kita perpanjang ini lebih jauh. Apalagi sampai bertanya-tanya: Bagaimana nasib si anak setelah acara tersebut selesai? Di mana ia berada sekarang? Di mana letak kubur...
Suatu ketika, SBY, pepo-nya Mas Agus yang multitalenta itu lho, juga pernah berada dalam acara bersama anak-anak seperti Jokowi dan Soeharto. Namun yang ia rasakan jauh lebih pedih. Pedih sekali.
ADVERTISEMENT
Saat tengah berpidato, SBY mendapati beberapa anak tertidur. Dan entah merasa tersinggung atau memang terbawa sikap tegas kemiliter-militeran, SBY justru bersikap selayaknya bos perusahaan yang terancam gulung tikar.
"Coba itu yang tidur tolong dibangunkan!"
Saya tak tahu apa yang terjadi jika anak-anak SD tadi diminta mendengarkan album SBY. Bisa jadi mereka bukan hanya tertidur. Tapi tertidur selamanya. Bisa jadi lho, ya. Bukan menuduh. Takdir orang kan siapa yang tahu.
Betul? Betul.
Nah, jika Anda bertanya apa pesan moral dari tulisan yang membahas 'ikan kont*l', bocah yang bertanya kepada Soeharto, dan anak-anak yang tertidur ketika SBY berpidato ini, maka jawaban terbaik yang bisa saya berikan adalah:
Why so serious?
ADVERTISEMENT