Konten dari Pengguna

Review Buku Banjir di Kota Surabaya: Paruh Kedua Abad ke-20

edenatasya
Mahasiswa aktif Universitas Airlangga
25 November 2020 14:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari edenatasya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Review Buku Banjir di Kota Surabaya: Paruh Kedua Abad ke-20
zoom-in-whitePerbesar
Judul Buku : Banjir di Kota Surabaya: Paruh Kedua Abad ke-20
ADVERTISEMENT
Pengarang : Sarkawi B. Husain
Penerbit : Ombak
Tahun Terbit : 2020
ISBN` : 6022585589, 9786022585589
Tebal Buku : 366 hlm
Buku ini ditulis oleh Dr.Sarkawi B. Husein salah satu dosen Universitas Airlangga Surabaya tepatnya di Fakultas Ilmu Budaya Prodi Ilmu Sejarah. Beliau tetap berkarya dan menyelesaikan bukunya walau ditengah keadaan pandemi covid-19, beliau tetap produktif. Beliau berhasil membuat buku yang berjudul Banjir di Kota Surabaya: Paruh Kedua Abad ke-20. Buku ini resmi launching dan sekaligus dilakukan bedah buku oleh Prof. Dr. Nawiyanto, MA yang merupakan dosen Universitas Negeri Jember melalui media online zoom pada tanggal 10 November 2020.
Dalam buku ini penulis menyampaikan sebuah kajiannya tentang bagaimana penempatan sejarah sebagai bagian dari solusi untuk menyikapi permasalahan banjir yang dianggap sebagai sejarah yang terus berulang. Buku ini ada delapan bab yang akan menjelaskan pada pembaca tentang kaitan perubahan dan degradasi lingkungan dengan eskalasi dan siklus banjir di Surabaya. Dalam buku ini juga memuat informasi bagaimana pemerintah dan masyarakat dapat mengendalikan banjir yang terjadi khususnya di Surabaya.
ADVERTISEMENT
Pada bagian pertama dalam buku ini dijelaskan bagaimana formasi daratan dan pemukiman di Surabaya dimana daratan Surabaya merupakan hasil sedimentasi (pengendapan) atau pendangkalan rawa dengan beberapa bukti yang disebutkan di dalam buku. Buku ini juga menjelaskan tentang sistem hidrologi seperti sungai/kali, rawa, telaga, dan waduk sebagai bagian yang penting bagi Surabaya.
Buku ini juga menjelaskan mengenai eskalasi dan siklus banjir dengan membandingkan karakteristik banjir yang terjadi sejak akhir abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20 dan paruh kedua abad ke-20 tepatnya pada tahun 1977-1982 dan 1983-2000. Terdapat juga faktor-faktor banjir yang dijelaskan secara baik dari sebelum pertengahan abad ke-20 hingga setelahnya. Fase baru banjir terjadi ditahun 1977-1982 dimana banjir ini menyebabkan beberapa wilayah tergenang, hal yang menyebabkan terjadinya banjir ditahun itu merupakan faktor antropogenik dimana terdapat banyak bangunan yang dibangun di atas saluran air dan budaya masyarakat dalam membuang sampah ke kali/saluran air. Di tahun 1977-1982 banjir di Surabaya mulai meluas dengan genangan yang semakin tinggi dan terjadi dalam durasi yang lama, hal ini terjadi seiring dengan tekanan demografi dimana pertumbuhan penduduk di Surabaya yang mulai meningkat.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan secara ringkas dan cermat pada bagian-bagian selanjutnya mengenai berbagai bentuk degradasi lingkungan yang terjadi di Surabaya. Salah satunya dikarenakan budaya masyarakat yang masih saja membuang sampah di aliran sungai dan menyebabkan intensitas banjir meningkat. Selain itu juga meningkatnya permintaan lahan menjadi salah satu penyebab banjir karena hilangnya Ruang Terbuka Hijau. Bagian terakhir dari buku ini terdapat uraian mengenai bagaimana upaya pemerintah dan masyarakat dalam mengendalikan banjir dengan melukiskan pengendalian banjir yang pernah dilakukan oleh Belanda yaitu inisiasi Stadvormingordonnantie dan Statvormingordening namun untuk uraiannya masih terbatas.
Pada akhir dari buku ini memberi kesimpulan eskalasi dan siklus banjir makin pendek dan perlunya upaya untuk mengatasi banjir hingga ke akarnya dengan memperhatikan degradasi lingkungan di Surabaya. Secara keseluruhan buku karya Bapak Sarkawi ini sangat direkomendasikan untuk dibaca bagi siapapun yang tertarik dengan lingkungan apalagi untuk upaya pencegahan banjir yang merupakan permasalahan yang seringkali terjadi di Indonesia. Buku ini merupakan bagus dan menarik karena telah menyuguhkan pengertian tentang upaya untuk menyikapi banjir yang terjadi di Surabaya.
ADVERTISEMENT