Konten dari Pengguna

Gig Economy, Peluang atau Ancaman?

Edo Segara Gustanto
Dosen FEBI IIQ An Nur YK, Pusat Kajian dan Analisis Ekonomi Nusantara
15 Desember 2024 12:32 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Edo Segara Gustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pribadi/Mazhar Durrani dalam Kuliah Dosen Tamu di IIQ An Nur Yogyakarta
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pribadi/Mazhar Durrani dalam Kuliah Dosen Tamu di IIQ An Nur Yogyakarta
ADVERTISEMENT
Institut Ilmu Al Quran (IIQ) An Nur Yogyakarta kehadiran sebuah dosen tamu, Mazhar Durrami seorang yang mengaku pebisnis start-up bernama Parallaxnet. Di kesempatan tersebut, karena hanya saya satu-satunya dosen ekonomi yang hadir di ruangan tersebut, pembicara menanyakan saya soal Gig Economy. Jujur saya belum tau, bahkan baru dengar istilah tersebut. Namun, dalam keseharian saya sudah banyak menemui model pekerjaan seperti yang diungkap pembicara.
ADVERTISEMENT
Dalam kuliah tamu tersebut, Mazhar juga menceritakan pengalamannya dalam membangun start-up menggunakan metode Gig Economy, yaitu ekonomi dengan basis platform digital. Karakteristik dari sistem ekonomi ini, di antaranya berbasis teknologi digital, pekerja memiliki otonomi dan kekuasaan atas pekerjaannya, pekerjaan bisa dilakukan dari mana saja, pekerjaan bisa dilakukan sambil mengerjakan pekerjaan lain, pekerjaan bisa dipilih sesuai minat dan keahlian.
Gig Economy inilah yang terjadi saat ini, dan terus akan berjalan hingga esok,” ungkap Mazhar secara meyakinkan.
Gig Economy mengacu pada pekerjaan sementara atau berbasis kontrak yang sering difasilitasi oleh platform digital. Belakangan ini menjadi bagian penting dari ekonomi modern. Contoh pekerjaan gig economy adalah programmer, desainer grafis, pemilik platform digital, dan semacamnya. Namun, yang jadi pertanyaan, model ekonomi begini merupakan peluang atau justru ancaman bagi para pekerja?
ADVERTISEMENT
Peluang dalam Gig Economy
Ketika mengulas soal peluang (opportunity), maka ada beberapa peluang dalam Gig Economy, di antaranya adalah:
Pertama, Fleksibilitas Kerja. Pekerja memiliki kebebasan menentukan waktu dan tempat kerja. Hal ini cocok bagi individu yang membutuhkan jadwal fleksibel seperti mahasiswa atau ibu rumah tangga.
Kedua, Peningkatan Pendapatan. Gig Economy memberi peluang bagi pekerja untuk mengambil banyak pekerjaan sekaligus, sehingga dapat meningkatkan potensi penghasilan.
Ketiga, Kemudahan Akses Pasar. Platform digital memungkinkan siapa saja untuk menawarkan jasa atau keterampilan mereka tanpa batasan geografis.
Keempat, Inovasi di Pasar Tenaga Kerja. Gig Economy membuka ruang bagi pekerjaan baru yang tidak eksis sebelumnya, seperti jasa ride-hailing, pengiriman makanan, atau desain grafis freelance.
Kelima, Peluang Wirausaha. Banyak individu memulai karier sebagai pekerja gig dan berkembang menjadi wirausaha dengan membangun brand personal atau usaha mandiri.
ADVERTISEMENT
Ancaman dalam Gig Economy
Meski ada beberapa peluang dalam model ekonomi seperti ini, Gig Economy juga punya ancaman (threats), di antaranya adalah:
Pertama, Tidak Ada Jaminan untuk Pekerja. Pekerja dalam Gig Economy tidak mendapatkan perlindungan seperti asuransi kesehatan, jaminan hari tua, atau cuti berbayar. Ketidakpastian penghasilan juga menjadi risiko utama.
Kedua, Eksploitasi Pekerja. Dalam beberapa kasus, pekerja Gig Economy dibayar rendah dibandingkan dengan pekerjaan penuh waktu meskipun beban kerjanya tinggi.
Ketiga, Kurangnya Kepastian Hukum. Banyak Negara belum memiliki regulasi yang jelas terkait perlindungan pekerja dalam Gig Economy, sehingga hak-hak mereka sering terabaikan.
Keempat, Persaingan Ketat. Karena sifatnya yang terbuka, Gig Economy menciptakan persaingan ketat yang dapat menekan harga jasa hingga sangat rendah.
ADVERTISEMENT
Kelima, Ketergantungan pada Platform Digital. Pekerja dalam Gig Economy sangat bergantung pada algoritma platform, yang sering kali tidak transparan dan bisa merugikan mereka (misalnya, pengurangan visibilitas atau akun yang diblokir).
Penutup
Gig Economy merupakan pedang bermata dua. Di satu sisi, ini menawarkan peluang fleksibilitas, penghasilan tambahan, dan inovasi. Namun, di sisi lain, ada tantangan signifikan terkait kesejahteraan pekerja dan kepastian hukum. Agar Gig Economy menjadi berkelanjutan, dibutuhkan kolaborasi antara Pemerintah, platform digital, dan pekerja untuk menciptakan regulasi yang adil, insentif yang layak, dan perlindungan yang memadai.[]