Bermain Sepeda

edoazhara
seorang penggiat investasi dan sehari-hari bekerja sebagai analis senior di Divisi Penilaian Perusahaan 2, Bursa Efek Indonesia.
Konten dari Pengguna
5 April 2021 20:02 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari edoazhara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah enam bulan ini saya suka, kalau tidak dapat disebut keranjingan, untuk bermain sepeda. Semua sepeda saya coba, dari sepeda lipat, sepeda gunung, sampai yang terakhir sepeda balap. Sebagai seorang laki-laki, sebetulnya sebagian besar dari kita ini tentu sudah bisa dan terbiasa bermain sepeda sejak masih usia anak-anak. Tapi pandemi COVID-19 ini membawa saya ke dalam dunia bersepeda yang menurut saya lebih lanjut, dalam, dan lumayan serius.
ADVERTISEMENT
Saya biasa membagi pesepeda ke dalam beberapa kategori. Kategori pertama, pesepeda konten. Sepedaannya cuma sebentar, foto-foto yang banyak, selesai. Kategori kedua, pesepeda kuliner. Sepedaan dengan tujuan mencari tempat makan yang enak. Kategori ketiga, yaitu pesepeda yang menggunakan sepedanya sebagai alat transportasi. Pergi ke mana-mana naik sepeda. Tidak ada yang salah dengan tiga kategori pesepeda tersebut, namun saya lebih suka masuk kepada pesepeda kategori keempat. Menggunakan sepeda sebagai alat olahraga. Apa yang dirasakan selama bersepeda sebetulnya? Dalam enam bulan ini berat badan saya turun sekitar 13 kilogram berkat seminggu 5x sepedaan ini. Jam tidur lebih teratur, badan pun terasa lebih segar.
Sebelum pandemi datang, saya biasa berangkat ke kantor dari rumah sekitar pukul 6 untuk kemudian menghabiskan satu jam di jalan untuk bekerja. Sejak bekerja dari rumah, waktu yang tidak terpakai untuk commuting ini digunakan untuk bersepeda. Naik sepeda balap, keliling Bintaro Loop 5-6 kali, sekitar 50km. Mulai jam 6 sampai jam 7,30 sehingga jam 8 tepat sudah kembali stand by dan bersiap di meja kerja. Ada alasan khusus kenapa saya begitu senang bermain sepeda di Bintaro Loop ini. Selain karena paling dekat dengan rumah, atmosfer bersepeda di Bintaro Loop ini sungguhlah hangat. Sembari bersepeda, banyak juga warga sekitar yang berlari ataupun sekadar jalan kaki di trotoar. Jangan lupa untuk selalu tersenyum, mengingat terdapat sekitar sepuluh fotografer yang siap sedia setiap hari di sekitar kawasan Bintaro Loop untuk mengabadikan momen Anda berolahraga. Atmosfer yang sangat menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang sempat mengejutkan dan sampai sekarang masih berlaku, adalah antrean panjang untuk mendapatkan sepeda balap ini. Perputaran ekonomi untuk sepeda ini sungguh kencang dari sepedanya sampai dengan perlengkapan turunan. Helm, jersey, celana, kaca mata. Pesepeda pandemi seperti saya pada ini ternyata banyak jumlahnya, sehingga mengakibatkan kenaikan permintaan lebih tinggi dari biasanya. Efeknya, tentu harga akan naik akibat kelangkaan yang terjadi.
Foto hari pertama ketika beli sepeda balap dan 3 bulan kemudian
Tulisan kali ini tidak membahas tentang pasar modal, namun saya tidak bisa membayangkan potensi laba dari para pedagang sepeda ini mengingat laporan keuangan mereka yang tidak tersedia di Bursa. Tahun 2020 sampai sekarang memang benar-benar menjadi ladang rezeki pedagang sepeda yang entah sampai kapan terus berlanjut atau pecah gelembungnya. Mari kita pantau, sambil terus berolahraga, agar tetap sehat
ADVERTISEMENT
Edo Azhara- Seorang pandemic cyclist, bekerja di salah satu SRO Pasar Modal Indonesia.