Pentingnya Uang Cash!

edoazhara
seorang penggiat investasi dan sehari-hari bekerja sebagai analis senior di Divisi Penilaian Perusahaan 2, Bursa Efek Indonesia.
Konten dari Pengguna
27 September 2021 11:55 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari edoazhara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah sekitar 5 bulan ini saya tidak menulis di Kumparan, entah karena malas atau ya pura-pura sibuk. Mungkin juga belum ada ide. Tetiba tadi malam, sesudah membeli kudapan dari rumah teman saya, saya jadi kepikiran sesuatu.
ADVERTISEMENT
Ide tulisan ini berawal ketika seorang teman, memutuskan untuk menutup usahanya karena sudah tidak kuat menahan rugi yang ditanggung setiap bulan. Pilihan yang pahit, tapi mesti diambil karena tidak ada yang lebih baik lagi. Daripada membakar uang setiap bulan yang belum jelas ujungnya sampai kapan.
Seringkali, kita (bisa saya atau anda) yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan, merasa gaji bulanan yang diterima ini kurang, sehingga memutuskan untuk menjalankan bisnis sampingan, berharap mampu mendapatkan penghasilan extra. Mungkin, sampai dengan batas tertentu, bisnis sampingan kita tersebut tidak mengganggu gaji bulanan kita, tapi dengan modal yang masih terbatas tersebut, ternyata mampu memberikan tambahan pendapatan bulanan. Siapa yang tidak tergoda untuk melakukan ekspansi pasar bukan? Tapi Kembali lagi, perlu diingat bahwa dalam berusaha dan berdagang, tidak selamanya kita akan untung terus menerus. Untung perlu dihitung, tapi rugi juga perlu dipersiapkan.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana darah yang mengalir setiap hari di dalam tubuh kita, uang (cash) juga berfungsi layaknya darah dalam usaha. Uang cash di sini bukan berarti uang tunai, tapi setidaknya modal kita di rekening, yang siap digunakan, seandanya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam bisnis. Seringkali dalam memulai usaha, kita hanya mempersiapkan perkiraan laba bisa 20 persen nih, ayo ekspansi terus. Tanpa memperhitungkan, bahwa tidak selamanya laba yang kita hitung tersebut akan segera terkonversi menjadi uang cash karena ada yang Namanya pembayaran tempo, kredit ke pemasok, atau diskon karena pengambilan dalam jumlah banyak sehingga hitungan presisi yang mungkin sebetulnya sudah tepat, menjadi meleset.
Kembali ke tutupnya usaha kawan saya tersebut, saya tidak berani bertanya lebih dalam. Dia hanya bercerita bahwa sudah tidak sanggup lagi melakukan tombok (ternyata istilah ‘’tombok” ini sudah menjadi kosakata resmi di KBBI). Setiap bulan, bukannya mendapat keuntungan, yang ada malah menanggung kerugian. Di sini sebetulnya peranan uang cash dan modal berperan. Seberapa panjang nafas usaha Anda akan tergantung dari kekuatan modal yang dimiliki, terutama modal dalam bentuk uang cash. Persediaan, piutang, aset tetap berupa mesin dan alat produksi, mungkin dapat dicatat dalam Laporan Keuangan, dijaminkan kepada bank agar dapat diputar kembali uang cashnya. Namun yang perlu diingat juga bahwa tidak mudah mengkonversi barang-barang tersebut menjadi uang cash baik dengan menjadi jaminan pinjaman atau dijual kembali, dilikuidasi ketika bisnis sudah tidak lagi menguntungkan. Forced sell adalah pilihan pahit yang mesti ditempuh, ketika memang sudah tidak ada jalan lain. Tentu harganya menjadi tidak menarik lagi.
ADVERTISEMENT
Pandemi Covid-19 ini semakin mempertegas, betapa tidak mudahnya posisi yang harus diambil para pengusaha ketika sudah kehabisan nafas dan harus menutup bisnis. Tetap semangat, dan semoga segera menemukan secercah cahaya di ujung kegelapan.
Edo Azhara- Penulis adalah seorang penggiat investasi.