Konten dari Pengguna

Tentang Exchange Traded Fund (ETF) di Bursa Efek Indonesia

edoazhara
seorang penggiat investasi dan sehari-hari bekerja sebagai analis senior di Divisi Penilaian Perusahaan 2, Bursa Efek Indonesia.
15 Februari 2021 10:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari edoazhara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pergerakan saham. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pergerakan saham. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam 4 bulan terakhir, nilai transaksi saham di Bursa Efek Indonesia naik cukup signifikan. Dari rata-rata transaksi harian sebesar 9-10 Triliun Rupiah per hari, saat ini di tahun 2021 berkisar di rata-rata 19 Triliun Rupiah per hari. Salah satu penyebabnya disumbangkan dari meningkatnya jumlah investor ritel yang ada di Bursa. Di tengah euforia yang sedang naik tersebut, saya menjadi sering mendapat pertanyaan, saham apa yang sebaiknya dibeli? Tentu saya tidak bisa menjawab, kalau pun saya tahu jawabannya mungkin saya sudah tidak menjadi seorang karyawan lagi.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini akan membahas tentang apa yang seharusnya dilakukan, apabila seorang investor mengalami kebingungan dalam menyusun portofolio sahamnya, tentang saham apa yang sebaiknya dia beli. Alih-alih bingung dalam memilih saham secara individual, seorang investor bisa membeli Exchange Traded Fund (ETF) di Bursa. ETF sendiri itu apa? ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di Bursa Efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli. Jadi secara ringkas, ETF adalah reksa dana yang tercatat dan diperdagangkan secara real time di Bursa.
ADVERTISEMENT
Sangat berbeda dengan reksa dana saham konvensional di mana manajer investasi selaku pihak yang kita titipkan dana untuk dikelola, sering kali hanya menunjukkan sepuluh saham teratas dari isi portofolio reksa dananya, sedangkan apabila kita memiliki produk ETF, manajer investasi wajib menyampaikan dan mengumumkan seluruh isi portofolionya setiap hari melalui Laporan Harian atas Nilai Aktiva Bersih dan Komposisi Portofolio dan Laporan Jumlah Unit Penyertaan yang Beredar yang dapat dilihat di situs Bursa. Jadi, isi keranjang portofolio yang anda miliki, transparan, dan dapat dijual setiap saat selama jam perdagangan Bursa. Tidak perlu menunggu akhir hari hanya untuk melihat berapa Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari reksa dana anda.
Pertanyaan berikutnya, bagaimana cara membelinya? Sebetulnya, ETF dapat dibeli melalui dua mekanisme pasar. Pertama, melalui pasar primer, di mana seorang investor membeli unit penyertaan langsung melalui dealer partisipan dengan minimum pembeliaan 1 basket atau sebesar 1.000 lot. Nilainya tergantung dari harga NAB ETF yang akan anda beli. Harga di pasar primer ini masih relatif mahal mengingat berkisar dari Rp30 juta- Rp100 juta.
ADVERTISEMENT
Cara kedua untuk membeli produk ETF adalah melalui pasar sekunder di mana anda hanya perlu memasukkan ticker code dari produk ETF yang akan dibeli melalui aplikasi online trading yang anda miliki. Selain produk R-LQ45X dan R-ABFII, semua produk ETF memiliki awalan ticker code berupa huruf X seperti XIIT atau XBNI.
Sampai dengan 31 Desember 2020, terdapat 47 produk ETF tercatat di BEI yang dapat anda beli dengan berbagai macam tema yang berbeda. Sebagai contoh, produk dengan ticker code XIIT merupakan produk ETF yang menggunakan indeks IDX30 sebagai acuan. Huruf X dalam XIIT menunjukkan bahwa produk tersebut adalah ETF, huruf I menunjukkan inisial dari PT Indo Premier Investment Management selaku manajer investasi yang mengelola, dan huruf IT menunjukkan inisial dari IDX Thirty selaku indeks yang diacu sebagai contoh.
ADVERTISEMENT
Terakhir sebelum menutup tulisan ini, perlu saya ingatkan kembali bahwa investasi dalam produk ETF tetap mengandung risiko. Risiko tersebut dapat berupa turunnya nilai aktiva bersih, ataupun apabila terdapat salah satu saham dalam portofolionya terkena suspensi/penghentian perdagangan di Bursa, sehingga NAB ETF menjadi memiliki selisih dengan indeks acuannya.
Dari produk ETF tersebut kita jadi ingat pepatah berikut, “dont put all your eggs in one basket.” Nah produk ETF ini sebetulnya sudah sangat sesuai dengan prinsip diversifikasi tersebut. Selamat berinvestasi!
Edo Azhara- Penulis adalah seorang penggiat investasi dan sehari-hari bekerja sebagai analis senior di Bursa Efek Indonesia.